Share

Bab. 2

Di perusahaan begitu sibuk semua orang bergelut dengan pekerjaannya masing-masing. Elijah yang hanya pegawai kontrak itu juga tak luput dari pekerjaan yang semakin menumpuk. Rasa jenuh selalu menghampiri Elijah yang tidak bisa menolak ketika mendapat perintah dari senior maupun atasannya.

          “Elijah, tolong kau selesaikan semua ini,” Seorang wanita membanting meja kerja Elijah dengan setumpuk kan kertas yang begitu tinggi.

          Elijah menatap wanita yang mana dia adalah seniornya di kantor.

          “Ini bahkan bukan pekerjaanku, mengapa kau selalu melimpahkannya padaku?”

          “Kau ini hanya pegawai kontrak, aku sudah berbaik hati padamu dengan memberimu pekerjaan. Lalu seperti ini kau membalasnya?”

          Elijah menghela napasnya, ia tak habis pikir jika seniornya berkata demikian.

          “Sebenarnya apa yang telah kau berikan padaku? Kau hanya terus menambah beban kerjaku bukan membantuku!” Elijah beranjak dari kursinya dan berniat pulang. Namun, hal yang tidak diduga pun terjadi.

          Senior yang tidak terima karena dipermalukan oleh pegawai kontrak itu pun berusaha menarik rambut Elijah yang kusut.

          “Dasar jalang, apa yang kau katakan?”

          Seniornya terus menarik rambut Elijah tanpa tanda akan melepasnya. Elijah sudah cukup lama bersabar dalam melewati hari-hari kantor yang menyebalkan. Kini ia sudah tidak ingin bersabar lagi, Elijah balik menarik rambut seniornya dan terjadilah saling menjambak satu sama lain.

          Di sisi lain Emilio yang baru saja ditugaskan oleh kakeknya untuk mengisi posisi presdir di kantor pun sedikit terkejut karena mendapati perkelahian antara pegawainya. Ia memicingkan matanya berusaha memberi isyarat pada Sebastian untuk mencari tahu penyebab keributan mereka.

          Seorang pria berpakaian rapi datang menghampiri kerumunan, dengan wajah yang sangat jengkel ia pun berteriak hingga urat di lehernya menonjol.

          “Apa yang kalian semua lakukan? Hentikan!”

          Seketika kedua orang yang sedang berkelahi itu menghentikan aksi saling jambak mereka dan mencoba untuk merapikan pakaian yang sudah sangat berantakan itu.

          “Meeta, dan kau ikut aku ke kantor!” sembari menunjuk ke arah Elijah.

          Dengan wajah yang tidak bisa dijelaskan Elijah berjalan mengikuti atasannya untuk menerima semua cacian walau dirinya tidak bersalah karena ingat bahwa dirinya hanyalah pegawai kontrak yang tidak punya hak.

          Di dalam sana Elijah mendapatkan cacian seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Elijah tidak bisa membantah karena pada akhirnya dirinya sendiri yang terluka lebih dalam lagi.

          Elijah berjalan gontai, raut wajahnya begitu muram. Tak ada semangat di sana yang ada hanya keputusasaan yang semakin dalam dan tak terbendung lagi. Elijah menghela napas beratnya lalu berlalu meninggalkan area kantor. Semua mata sinis memperhatikan langkahnya.

          Di depan jendela ruangan yang besar seorang pria tengah berdiri menatap ke arah luar gedung. Di sana terlihat bahwa Elijah berjalan sendirian sembari sesekali mengusap wajahnya yang kuyu.

          “Tuan, ini berkas yang ada minta,” Sebastian menyodorkan sebuah berkas dan menyimpannya di meja kerja.

          Alexavier Emilio, seorang presdir yang tidak pernah tertarik pada wanita mana pun setelah kekasihnya meninggal dalam sebuah kebakaran di masa lalu. Ia selalu menyendiri di rumahnya.

          Emilio berjalan menghampiri meja kerja nya dan mulai membaca berkas milik Elijah.

          ‘Diora Elijah, tinggal dengan seorang nenek angkatnya. Kedua orang tua angkatnya sudah meninggal. Dia adalah seorang pegawai kontrak. Dan terlilit hutang dengan rentenir.’

          “Diora Elijah,” ucapnya pelan.

          Emilio menyunggingkan sudut bibirnya saat melihat berkas Elijah membuat Sebastian bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi antara bos nya dengan pegawai kontraknya itu.

          Hari sudah beranjak malam, Elijah berjalan menuju rumahnya yang berada di pinggiran kota yang sepi. Saat ia menaiki tangga yang menuju rumahnya ia melihat seorang pria tengah mencoba memaksa masuk ke dalam rumah nya dengan mengotak-atik lubang kunci.

          Elijah berjalan menghampiri pria yang berhasil membuka kunci pintu.

          “Sudah kukatakan, aku tidak suka ketika orang lain mengganggu ruang pribadiku.”

          Si pria berbalik dan menatap tajam ke arah Elijah.

          “Dan aku sudah bilang... hanya akan melakukan hal-hal yang kau benci.” Si pria kembali berbalik dan akan masuk  ke dalam.

          “Sudah kukatakan, Hentikan!” Elijah berusaha menghentikannya dengan cara menarik jaket yang dikenakan oleh pria itu.

          “Oh sial!” Si pria menepis lengan Elijah hingga tubuh Elijah sedikit terhuyung ke belakang.

          Si pria menatap acuh pada Elijah dan berusaha masuk ke dalam lagi. Elijah yang tidak putus asa pun kembali menarik tubuh si pria, mencoba untuk menghalanginya untuk masuk ke dalam rumah.

          Dan terjadilah saling tarik-menarik antara Elijah dan si pria. Si pria yang mulai jengkel dengan tingkah Elijah pun tanpa segan memukuli Elijah tanpa ampun. Elijah tersungkur sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Si pria datang menghampiri Elijah dan mencengkeram wajah kecilnya.

          “Hei, hidupmu sudah hancur jalang. Kau tidak akan pernah bisa membayarnya. Dan kau hanya akan membayar bunga selama hidupmu sembari aku mengejarmu sampai akhirnya kau mati.”

          Elijah menyeringai, lalu tertawa kecil di hadapan si pria.

          “Kau tertawa?”

          “Kau menyukaiku bukan?” cibir Elijah.

          “Apa?”

          “Kau menggunakan hutang ayahku sebagai alasan untuk mengikutiku dan berbohong untuk membalas dendam, bukan?” Elijah menyeka darah di sudut bibirnya dan menatap tajam ke arah si pria.

          Si pria bangkit, ia balas menatap Elijah dengan tatapan yang tidak percaya. Ia menyeringai dan tertawa  seram. “Kau sangat pemberani, kau memintaku untuk membunuhmu bukan?”

          Si pria kembali memukuli Elijah dengan ganas. Setelah puas pria itu pergi meninggalkan Elijah yang terkapar sendirian. Matanya yang lebam menatap langit malam yang begitu gelap dengan tidak berdaya.

          “Ah, mengapa hidupku sial seperti ini? mengapa aku berada dalam dunia yang begitu kejam? Aku sungguh tidak sanggup dengan semua ini.”

          Elijah mencoba bangkit, memunguti belanjaan yang sudah dibelinya. Ia berjalan perlahan masuk ke dalam rumah. Ia menjatuhkan tubuhnya setelah masuk ke dalam rumah. Tubuhnya beringsut dan mulai menangis sendirian begitu pahit dan menyakitkan suara tangis tertahan dari balik pintu usang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status