Saat kembali dari kantin, Bayu diseret enam orang gadis, semuanya adalah teman-temannya di pramuka, beberapa adalah teman sekelasnya. Bayu dituntun ke belakang kelasnya.
Di sana Eka yang ditemani Kiki telah menunggu. Eka terlihat gugup dengan kedua tangan saling bertautan.
Wajah Eka merah pucat saat Bayu berdiri tepat di hadapannya, kemudian Kiki bergeser dari samping Eka.
Pandangan Bayu mengikuti langkah Kiki yang berjalan menuju enam orang gadis yang berdiri di belakan Bayu, Bayu berbalik sekilas lalu kembali memusatkan pandangannya pada Eka.
Bayu tahu apa yang Eka lakukan, Bayu tahu apa yang akan Eka katakan, tapi Bayu tidak tahu apa yang akan ia katakan.
Bayu menyadari tekad Eka saat itu lebih kuat dari biasanya, rasa gugup yang terpancar dari matanya menunjukkan keseriusan yang bulat. Baru pertama kali Bayu melihat Eka segugup itu.
Semakin kuat rasa sebuah keinginan maka semakin kuat pula rasa keraguan yang muncul, lalu ra
"Rin, besok udah tanggal 14, ih ...." Eka memeluk bantal gulingnya, memejamkan erat matanya. Kata itu telah berulang kali ia ucapkan."Tidurlah, udah larut." Suara Rina terdengar lirih, ia tak lagi sanggup menahan rada mengantuknya, ia tak mampu lagi mendengarkan ocehan dari keponakannya itu, Rina terlelap.Eka, ia belum juga bisa tertidur, tubuhnya terus mencari posisi yang pas agar matanya bisa tertutup.Kisah khayalan tentang hari esok terus muncul dalam bayangan imajinasi nakalnya, tentang hari paling yang ia nantikan.Beberapa adegan tercipta dalam angannya, menyalin peristiwa romantis dari film percintaan yang pernah ia tonton.Semakin dekat, semakin melambat pula putaran waktunya. Rasa tak sabarnya seakan ingin melompati waktu seketika itu juga.Namun, akhirnya Eka tetap tertidur saat tubuhnya tak lagi mampu mengimbangi semangat jiwanya.***Eka berulang kali menguap saat kegiatan belajar sedang berlangsung.
Suara percikan air yang membentur batu sungai menjadi irama yang menemani mereka. Genangan air yang tenang memantulkan cahaya bulan yang menari menjadi penerang mereka.Eka masih terdiam kaku, ia tak berani mengambil satu pun gerakan yang akan berakhir dengan sebuah kesalahan."Satai aja." Bayu mencolek lengan Eka, jelas Bayu menyadari tingkah Eka yang berubah drastis."Iya," kata Eka."Kamu gak pernah segugup itu," terang Bayu."Tapi ini berbeda, Yu." Eka masih tertunduk.Bayu pun merasakan apa yang Eka rasakan, tapi ia berusaha sekuat tenaga menahan getaran tubuhnya, mengatur nafasnya agar ia tetap santai.Suhu dingin mereka rasakan semakin meningkat, itu akibat kepekaan indra mereka yang semakin meningkat.Bahkan suara Eka terdengar sedikit bergetar saat ia berbicara."Kamu dingin?" tanya Bayu."Iya, gak tau kenapa suhunya makin terasa dingin." Eka menggosokkan kedua telapak tangannya lalu menempe
Sebuah kenangan telah terlukis malam itu, sebongkah kejadian yang akan selalu mengisi ingatan mereka. Sesuatu yang hanya dapat di akses oleh memori dan tak bisa mengulangi hal yang sama. seperti sebuah jejak yang tak bisa dibentuk ulang. Bahkan bagi Idul yang tak dapat menggapai sesuatu yang ia inginkan malam itu, tetap akan tetap menjadi salah satu kenangan yang manis dalam ingatannya. Walaupun malam itu ia menelan kekecewaan. Mereka meninggalkan rumah Yuri sebelum pukul sepuluh malam. Mereka adalah anak sekolah yang memiliki jam tidur. Bayu dan teman-temannya menemani Eka dan Sri sampai ke depan tangga rumah Sri, lalu berjalan menuju ke rumah Idul. Saat sampai di rumahnya, Idul mulai bercerita tentang apa yang ia rasakan, tentang kecantikan Leila yang tak mampu ia dapatkan. Idul bercerita sambil meminum air satu demi satu gelas hingga tak tahu lagi berapa gelas air yang telah ia teguk, ia minum air terlalu banyak. Idul mengang
"Pasti Bayu mau putusin aku, trus pacaran ama Leni," ringis Eka sembari mencubit lengan Bayu. "Aduh ... Sakit." Bayu berusaha menjauhkan tangan Eka. "Beneran?" Eka menunjuk wajah Bayu. "Iya ... Beneran, baru juga beberapa hari masa langsung bubaran," jelas Bayu. "Tapi kalo kita udah putus, ya mungkin aja aku bakalan pacaran ama Leni," canda Bayu yang sengaja memancing kemarahan Eka. "Tuh, kan ...," pekik Eka. "hahahaha." Bayu tertawa. "Pacaran aja terus, anggap aja aku haya batu di sini," protes Idul yang diabaikan. "Maaf, Kak. Makanya jangan kelamaan jomblo," ledek Eka sambil menutup mulutnya yang tersenyum kecil. Idul hanya sanggup membalas ucapan Eka dengan wajah kesal. Lalu, mereka kembali melanjutkan latihan sore itu. Bayu tidak begitu memikirkan perihal pernyataan Leni, Eka pun perlahan melupakannya. Idul juga terpaksa mengubur harapannya yang ingin memiliki Leni sebab akan sanga
Kedekatan Bayu dan Eka terlihat mulai merenggang, sebab Bayu tak lagi berkeliaran bersama Eka yang biasanya selalu bersamanya. Sebuah perubahan besar terjadi pada diri Bayu tanpa ia sadari. Meski Bayu merasa perlakuannya terhadap Eka sama seperti biasanya. Namun, sikapnya yang seakaan menjauhkan diri dari Eka sangat jelas dirasakan oleh Eka. Bahkan dalam sehari Bayu tak pernah berbicara sekalipun pada Eka. Rasa sayang yang memudar adalah penyebab perubahan sikapnya. Sadar arau tidak, rasa bosan akan sesuatu akan mendorong manusia untuk bertindak sebaliknya. Perasaan yang sangat kuat bahkan bisa luntur bila tak dijaga, begitulah yang Bayu alami pada pengalaman perasaan pertamanya yang mungkin kelak akan memberinya sebuah pejajaran. Eka tak pernah meminta penjelasan pada Bayu, ia tak berani melakukan itu, meskipun teman-temannya menyarankan untuk malukan hal tersebut. Eka hanya diam, ocehan cerewetnya menghilan
"Leni, aku minta maaf," pinta Bayu dengan tulus. "Ada apa, Kak? kenapa tiba-tiba minta maaf?" Leni tak melihat kesalahan yang dilakukan oleh Bayu. "Sebenarnya, satu minggu kemarin ada banyak cowok yang minta aku untuk nyampein salam mereka ke Leni, tapi tidak aku lakukan," jelas Bayu yang merasa tindakannya itu adalah sebuah kesalahan. "Gak papa, Kak. Lagian Leni juga gak bakalan terima mereka, itu udah pasti," tutur Leni penuh keyakinan. "Tetap saja aku ini egois, tapi itu aku lakuin karena aku punya alasan sendiri." Pegangan tangan Bayu semakin erat. "Alasan Kakak apa?" tanya Leni. Bayu menatap Leni dalam-dalam. "Itu karena ... aku gak mau Leni jadi milik mereka, aku maunya Leni jadi milik aku. Sejak liburan kemarin, aku terus memikirkan Leni dan gak sabar untuk cepat-cepat ungkapin perasaan aku le Leni," ucap Bayu penuh percaya diri. Mendengar penjelasan dari Bayu, mata Leni perlahan melebar, dadanya s
Terkadang, apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga tidak selalu menjadi petunjuk akan sebuah kebenaran yang ada di baliknya. Saat seperti itu pikiran akan menciptakan sebuah pendapat yang berdasar pada apa yang dilihat, tapi hati akan berbisik kala itu juga, bisikan yang terlalu kecil hingga terlalu sulit untuk didengarkan. Saat Eka menyatakan kejadian yang bertentangan dengan apa yang Bayu ketahui, hati bayu sekilas berbicara padanya. "Sudah kukatakan, tidak mungkin Eka akan berkhianat." Dalam benak Bayu. Kata hati memang tak pernah berbohong, meskipun seseorang mengucapkan sebuah kebohongan, dalam hatinya ia tetap sadar akan kebohongan itu. Peringatan itu telah diberikan kepada Bayu, tapi ia tak mendengarkan atau mungkin sengaja tak menghiraukannya. Bayu tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan ketika melihat Eka yang diliputi kesedihan menangis deras di hadapannya. Meski bukan hanya Eka yang merasa
Eka terus memikirkan saran dari Bayu, ia menganggap itu merupakan suatu isyarat agar dirinya segera melupakan Bayu dengan menerima Rahmat sebagai pacarnya. Hal itu juga berarti bahwa Bayu tak lagi ingin kembali padanya, begitulah menurut Eka. Meskipun sebenarnya maksud Bayu bukan demikian. Rahmat yang tak pernah menyerah kembali menyatakan perasaannya pada Eka keesokan harinya. Dan benar, Eka menerimanya dengan senyuman. "Beneran kan? Eka gak main-main kan?" Dengan gembira rahmat merasa tidak percaya dengan jawaban Eka. "Ya udah kalo gak percaya, gak jadi aja," ancam Eka. "Ok, ok, aku percaya." Rahmat melompat kegirangan. Setelah kembali ke kelasnya, Eka menceritakan hal tersebut pada Bayu. "Huh...? Beneran? jadi sekarang kamu udah pacaran dengan Rahmat?" Bayu sama tidak percayanya dengan Rahmat. "Loh, Bayu kok kaget? bukannya kemarin Bayu sendiri yang nyaranin aku buat nerima rahmat biar dia gak pernah n