Share

Part 03-Bertemu

Axcel POV

Hatiku terasa sangat sakit mengetahui gadis yang sangat aku cintai pergi begitu saja tanpa pamit. Dia bahkan pergi tanpa mendengarkan penjelasan dariku terlebih dahulu. Akhirnya  aku berjalan gontai keluar bandara lalu melajukan mobilku menuju rumah orangtuaku.

"Indira, kenapa kamu ninggalin aku? Kenapa kamu gak percaya padaku? Kamu bahkan gak mau mendengarkan penjelasanku terlebih dulu." Kini aku duduk di ranjang king size miliku sambil memegang fotoku yang sedang bersama dengan Indira.

Aku tak menyangka kisahku dan Indira yang sangat sempurna akan hancur seperti ini. Kami berpacaran selama kurang lebih empat tahun tapi harus kandas hanya karena kesalahpahaman. Padahal aku dan Indira yang digadang-gadang oleh banyak orang sebagai pasangan paling romantis, serasi, bahkan diharapkan sampai ke pelaminan ternyata harus kandas seperti ini.

"Ini semua gara-gara gadis gila itu, awas saja aku kalau bertemu kami bertemu lagi! Aku akan pastikan bahwa aku akan membalas semuanya, semua kekacauan yang dia sebabkan!" geramku kesal.

Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata kak Andra meneleponku. Dia mengajakku bertemu, dia akan datang ke rumahku dan menginap di sini karena kebetulan papa Alex dan mama Andin sedang pergi ke rumah kakek dan nenek.

"Kak Andra, sini masuk. Aku mau cerita sesuatu sama Kakak," ucapku dengan muka sedih saat dia baru sampai di kediamanku.

"Kakak juga mau cerita sama kamu," jawabnya datar.

Kak Andra memang sejak dulu dingin dan datar, karena itu memang sifatnya. Tapi kalau dengan keluarganya tak jarang juga dia berlaku hangat. Selisih umurku dan Kak Andra adalah 6-7 tahunan, usiaku saat ini menginjak 17 tahun dan dirinya 24 tahun. Oh iya, kak Andra ini punya adik namanya Rayanna yang umurnya sekitar 15 tahun, dia baru masuk SMA. Aku sangat menyayangi sepupu-sepupuku ini karena aku anak tunggal dan tidak memiliki kakak atau adik kandung. Makanya aku selalu menganggap kak Andra dan Rayanna seperti kakak dan adikku sendiri.

Tapi diantara keluarga kami, hanya Anna yang sedikit berbeda. Memang sih keturunan keluarga kami semuanya tampan dan cantik, hanya saja Anna berpenampilan sedikit, nerd? Dia memakai kacamata tebal, gayanya juga cupu, makanya sejak dulu dia sering dibully oleh teman-temannya. Tapi aku dan kak Andra selalu berusaha keras melindunginya. Kami menerima Anna apa adanya, terlepas penampilannya yang tidak sekeren kami.

"Kak, aku putus sama Indira," ujarku mencurahkan masalahku.

"Loh, kenapa?" Kak Andra merasa heran pasalnya dia tau kalau aku dan Indira sudah berpacaran sejak lama. Hubungan kami bisa dibilang romantis dan selalu harmonis, dia juga paling tau kalau aku sangat mencintai Indira.

"Dia salah paham gara-gara tadi di Kafe ada gadis gila yang mengaku sebagai pacarku. Lalu Indira tidak sengaja mendengarnya kemudian salahpaham. Dia langsung meninggalkanku, bahkan dia tidak mau mendengar penjelasanku terlebih dulu. Dan yang lebih parahnya lagi, dia pergi ke London untuk melanjutkan sekolah disana karena orangtuanya memang pindah kesana." Kini aku menjelaskan semuanya pada kak Andra tentang kisahku dan Indira.

"Astaga Axcel, malang sekali nasibmu, tapi kamu tidak jauh beda denganku, kenapa cerita kita mirip sih?" Kak Andra merasa iba padaku, tapi perkataan terakhirnya membuatku bingung.

"Kakak kenapa?" tanyaku penasaran

"Ini semua gara-gara gadis gila itu!" ujar Kak Andra geram.

"Gadis gila? Wah, ada berapa banyak gadis gila yang merusak kebahagiaan orang lain di dunia ini? Sungguh menjengkelkan!" ujarku tak habis pikir.

"Kau tau Axcel, aku dan Kinan sudah berteman sejak lama. Aku sudah memendam rasa padanya sejak saat kami masih kecil, tapi dia hanya menganggapku sahabat. Makanya aku tidak pernah berpacaran selama ini, aku selalu menunggu saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku pada Kinan." Kak Andra memulai ceritanya tentang masalah yang tengah dia hadapi.

"Iya, aku tau kalau sejak dulu Kakak menyukai kak Kinan," ujarku.

Karena memang betul yang dikatakan kak Andra, dia sangat mirip dengan papanya pernah mencintai orang yang tidak menerima perasaannya. Hal itu membuat kak Andra tidak bisa membuka hati untuk oranglain dan membuatnya tidak pernah pacaran selama ini.

"Kau tau, aku sampai digosipkan gay hanya karena tidak pernah menerima gadis manapun yang mencoba dekat denganku. Mereka tidak tau saja kalau aku hanya ingin dekat dengan Kinan, makanya aku tidak pernah mau dekat dengan siapapun apalagi pacaran. Tapi kemarin sore, tiba-tiba saja ada seorang gadis gila yang mengaku hamil anakku. Padahal aku saja tidak mengenalnya, tapi hal itu membuat Kinan pergi menjauh dan membenciku."

Ternyata kisahnya tak jauh berbeda denganku, kehilangan gadis yang kami cintai hanya karena seorang gadis gila yang tidak kami kenal. Apa mungkin gadis yang dimaksud kak Andra sama dengan gadis yang menghancurkan hidupku? Kalau berbeda, sebenarnya ada berapa banyak spesies gila di muka bumi ini.

"Kita senasib, Kak." Aku menghela napas, Kami berdua hanya bisa pasrah menerima nasib, entah kesalahan apa yang sudah aku dan kak Andra lakukan sehingga membuat kami sial begini.

Clarissa POV

Hari ini hari pertamaku masuk SMA, kini hari-hariku akan berbeda jauh dari sebelumnya. Seperti yang sering oranglain katakan bahwa masa putih abu-abu sangat berbeda dengan masa sekolah yang lain. Bisa di bilang ini adalah masa yang paling indah.

Karena masa ini adalah masa transisi dari remaja menuju dewasa, dan bisa di bilang masa-masa emas. Biasanya banyak anak yang puber dan memulai kisah cinta romantisnya di bangku SMA. Seperti yang kita tau bahwa kebanyakan novel remaja atau sinetron remaja bertema percintaan semasa putih abu-abu banyak diminati remaja atau orangtua yang sedang bernostalgia.

Karena sebagian besar orang mengenang masa itu sebagai masa bertumbuhnya cinta, masa di mana kita memiliki banyak pelajaran baru dalam hidup. Bertemu teman-teman baru, memulai pelajaran yang jauh lebih sulit. Intinya dimasa ini merupakan penentu masadepan, masa untuk mencari jati diri.

Dan hari ini aku bersiap untuk mengikuti MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru) atau biasa di singkat dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Suatu kegiatan yang paling disukai oleh para kakak senior untuk sekedar balas dendam atau ajang pamer. Walau tak jarang juga banyak yang memang murni untuk mendisiplinkan juniornya. Tapi acara ini merupakan kegiatan yang pasti dibenci oleh sebagian besar siswa baru.

Hari ini aku berangkat dengan diantarkan oleh ayahku. Aku dan kak Angel berbeda sekolah, arah sekolah kami berlawanan. Dan karena arah sekolahku searah dengan ayah, makanya aku ikut dengannya dan kak Angel berangkat sendiri menggunakan angkutan umum.

Sesampainya di sekolah, kami anak baru langsung dibariskan di lapangan sekolah mengikuti arahan dari para kakak panitia kegiatan MOS. Pada awalnya kami semua melakukan upacara bendera bersama para guru dan kakak senior yang lain. Selanjutnya para siswa baru melakukan kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Kami dibagi tugas, ada yang menyapu halaman, mencabuti rumput, membersihkan koridor, membersihkan kamar mandi, membersihkan perpustakaan, membersihkan mushola, membersihkan lapangan, mengelapi kaca-kaca, menyapu lantai, mengepel lantai dan sebagainya.

Selanjutnya setelah selesai kerja bakti, kami diberi waktu untuk ISOMA (Istirahat Sholat Makan) sebelum melanjutkan kekegiatan selanjutnya. Setelah waktu ISOMA selesai, tak mau buang-buang waktu. Kami semua langsung diarahkan pada kegiatan selanjutnya yaitu berlari keliling sekolah sambil menyanyikan mars sekolah.

Setelah selesai, guru kesiswaan mengumumkan pembagian kelas kami. Karena pihak sekolah sudah membagi kami dalam kelas yang berbeda-beda. Tapi sayang sekali aku, Lala, Ares dan Chris tidak satu kelas.

Aku satu kelas dengan gadis nerd yang merupakan teman SMPku dulu, dia gadis yang menjadi sasaran dare Ares. Iya, siapa lagi kalau bukan Anna, setahuku namanya Rayanna Saputri N. Sebenarnya kalau dilihat-lihat lagi dari dekat dan diperhatikan dengan seksama Anna itu cantik loh.

Kulitnya putih bersih tanpa balutan bedak, bulu matanya panjang dan lentik walau tertutup kacamata tebalnya itu, bibirnya tipis dan berwarna merah muda alami walau dia tidak pernah memakai lisptik atau pewarna bibir lainnya. Alisnya juga bagus, tidak berantakan, lumayan tebal tapi rata dan bentuknya sudah bagus tanpa perlu di gambar lagi dengan pensil Alis.

Hanya saja gaya dan penampilannya yang begitu tidak menarik membuatnya terlihat cupu, padahal rambutnya hitam panjang dan sepertinya lurus. Tapi dia selalu mengepang dua rambutnya di tambah kacamatanya terbal hampir setengah menutupi mukanya, gayanya juga kikuk kerap kali menunduk tidak percaya diri.

Gaya berpakaiannya juga membuatnya terlihat makin cupu, karena roknya terlalu panjang dari lutut dan dia memakainya seperti jojon. Bajunya yang di masukan ternyata kebesaran membuatnya terlihat seperti orang-orangan sawah.

Seandainya dia bisa bergaya sepertiku, walau aku tidak bisa di bilang cantik dan modis tapi setidaknya aku tidak masuk kategori cupu. Aku tidak begitu cantik dan tidak pula masuk kedalam deretan list most wanted sekolah, karena memang aku tidak begitu populer seperti layaknya anak gaul yang hits dan mengikuti trend terkini.

Tapi setidaknya aku bersyukur memiliki teman-teman yang satu frekuensi dan selalu bersama dalam keadaan apapun. Walau aku tidak terlalu kaya dan masih masuk standar keluarga biasa. Tapi lumayan lah, sejak dulu aku tidak pernah terlibat masalah atau dibully. Penampilanku yang sederhana juga belum masuk kategori cupu dan masih terlihat wajar oleh teman-teman yang lain.

Akhirnya kami diminta membuat kelompok berisi dua orang, nantinya per kelompok diminta pergi mencari para kakak senior dan kakak purna senior untuk meminta tanda tangan mereka. Mereka akan berpencar di seluruh penjuru sekolah dan kami harus mencarinya dan meminta tandatangan. Aku bergegas menghampiri Anna, karena hanya dia yang terlintas diotakku saat diminta membuat kelompok.

"Hay Anna, kamu udah punya kelompok?" tanyaku padanya

Aku mendekatinya karena kebetulan hanya Anna yang aku lumayan kenal dari teman-teman lain yang masih asing. Aku rasa dia yang paling enak dijadikan satu kelompok karena anaknya baik.

"Belum nih, kalo kamu?" tanya Anna balik

"Aku juga belum, gimana kalo kita bareng aja?" usulku kemudian

“Boleh.” Anna menyetujui usulanku, akhirnya aku sekelompok dengan Anna, kami bekerja sama untuk meminta tanda tangan kepada para senior. Tapi rasanya begitu susah, mereka sok jual mahal karena memang sudah disetting seperti itu. Aku dan Anna kebingungan karena kami masih kurang sangat banyak tanda tangan dari para panitia. Tapi kami tiba-tiba melihat sang ketua panitia dan bergegas menemuinya untuk meminta tandatangan darinya.

Dia melihat kertas milik kami dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan muka mengejek. Wajar saja sih, kami memang masih kurang banyak mendapatkan tandatangan dari senior yang lain.

"Aku punya sebuah tawaran yang menguntungkan untuk kalian berdua. Kalian mau tidak? Kalau kalian setuju, kalian tidak perlu minta tanda tangan ke semua senior panitia." Kak Ridwan yang merupakan ketua panitia kegiatan ini memberikan sebuah penawaran yang terdengar menarik, saat aku dan Anna meminta tanda tangannya. Awalnya kami tengah meminta tanda tangan miliknya, tapi dia tidak mau karena kolom tanda tangan kami belum lengkap. Dia hanya akan tanda tangan ketika semua panitia telah tanda tangan. Maka dari itu dia akhirnya memberikan penawaran menarik itu pada kami.

"Mau, Kak!" jawabku dan Anna serentak, kami begitu antusias dengan tawaran dari kak Ridwan.

"Kalian berdua harus mendapatkan tanda tangan dari purna OSIS yang bernama kak Axcel," ujar kak Ridwan dengan senyum miringnya.

Axcel? Seperti nya aku pernah mendengar nama ini, tapi dimana? Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Tapi dari ekspresi wajah kak Ridwan menunjukan bahwa sepertinya tidak mudah mendapatkan tandatangan kak Axcel. Ya, mana mungkin ada tawaran yang begitu mudahnya tanpa perlu rintangan. Sudah kuduga, pasti dia tidak mungkin memberikan kemudahan secara cuma-cuma.

"Baiklah Kak, akan kami dapatkan!" jawab Anna dengan percaya diri.

Aku sampai menatapnya heran, kenapa bisa dia sepercaya diri itu? Ah, mungkin memang benar kalau dia terlalu lugu dan polos. Dia masih belum menyadari kalau senior bernama Ridwan ini tidak sebaik yang dia pikirkan, pasti akan sulit mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel.

"Tapi keduanya harus dapat, kalau cuma satu yang dapat. Maka Kakak akan anggap kalau kalian gagal. Dan ya, Kakak tidak akan tanda tangan juga, yang artinya kalian tau sendiri kan?" ancam kak Ridwan.

"Baik Kak, kami akan mendapatkan tanda tangan dari kak Axcel," jawabku pada akhirnya.

Lalu aku dan Anna pergi mencari senior yang bernama Axcel itu, sesungguhnya aku tidak terlalu percaya diri. Bisa saja ini pilihan yang jauh lebih sulit dibandingkan meminta tanda tangan dari semua panitia.

"Anna, memangnya kamu tau kak Axcel yang mana?" tanyaku pada Anna

"Aku tahu, dia senior kelas tiga disini. Dulu dia menjabat sebagai ketua OSIS dan mantan kapten team basket sekolah ini." Anna menjelaskan apa yang dia ketahui tentang Axcel, aku hanya mengangguk sembari penasaran mengapa dia bisa tau detail itu sedangkan aku malah jauh lebih kudet darinya.

"Tapi kamu tau mukanya?" tanyaku lagi memastikan

Menurutku akan gawat kalau misalkan dia juga tidak tau wajah dari orang yang sedang kami cari.

"Iya Clarissa, aku tau, nah itu dia di sana. Ayo kita kesana!" pekik Anna bersemangat sambil menunjuk seseorang, dia menarik tanganku mengikutinya.

Aku lihat ada seorang lelaki berseragam sekolah ini sedang duduk di kantin. Seperti nya aku tak asing dengan mukanya, pernah lihat dimana yah?

"Kak Axcel,” Anna memanggil pria itu sehingga membuatnya menoleh kearah kami.

Seketika tubuhku menegang saat melihat wajahnya yang familiar. Astaga, pria ini kan yang waktu itu jadi sasaran dare ku. Lelaki yang aku temui di kafe dan aku mengakuinya sebagai pacarku sehingga membuatnya bertengkar hebat dengan gadis cantik yang sepertinya adalah kekasihnya.

"Kenapa, Anna?” tanyanya lembut pada Anna

Aku kaget ketika tau bahwa lelaki itu mengenal Anna. Apakah Anna mengenal lelaki ini? Sebenarnya bukan ini masalahnya, sekarang yang aku harus cemaskan adalah nasib sialku yang harus bertemu lagi dengan lelaki ini. Aku khawatir dia masih mengingatku atas kejadian itu, bagaimana kalau dia dendam padaku. Bisa habis diri ini melewati masa putih abu-abu, bisa saja warna hidupku akan suram karena secara tidak sengaja bermasalah dengan senior yang berpengaruh.

"Aku sama temenku yang namanya Clarissa mau minta tanda tangan Kakak, boleh yah?" Anna nampak memohon tapi seketika langsung diangguki oleh lelaki bernama Axcel itu. Tanpa banyak basa-basi dia langsung menandatangi kertas milik Anna.

"Itu Kak, punya temen Anna juga yah!" pinta Anna menunjuk diriku, membuatku menundukkan kepalaku takut kalau sampai dia mengenaliku.

"Dia temanmu? Seperti nya Kakak pernah lihat.” Kak Axcel bangkit dari tempat duduknya, dia berjalan ke arahku untuk melihat wajahku dari dekat.

"KAU!" pekiknya membentakku sambil menunjuk wajahku dengan jarinya.

"Kenapa, Kak? Kakak kenal teman Anna?" tanya Anna penasaran padanya

"Anna, Kakak ada urusan dengan gadis ini. Anna kembali dulu ke teman yang lain yah, biarkan Kakak berbicara berdua dengannya," pinta Axcel lembut pada Anna hingga akhirnya Anna pun menurut, dia pergi meninggalkanku dan kak Axcel.

"Kau gadis gila yang di Kafe waktu itu kan?” tanya kak Axcel padaku

"Emm, anu, i-itu Kak..," aku tergagap tak tau harus menjawab apa.

"Kau ikut denganku!" kak Axcel menyeret tanganku mengikutinya, aku hanya bisa pasrah saja mengikuti dirinya. Tamatlah sudah riwayatku, kenapa bisa sesial ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status