Share

Ada dua kendis

Judul: Lenyapnya Suami Durjana.

Part: 4.

***

Ketika pagi tiba, Lasmi langsung meminta Lena datang ke rumahnya.

Lasmi menceritakan semua kejadian menggerikan semalam.

"Ibu sangat ketakutan, Len. Abangmu datang meminta tolong. Ibu tak berani membuka mata. Pokoknya malam nanti kamu harus nginap di sini sampai Rama pulang!"

"Masa sih, Bu? Mungkin Ibu cuma berhalusinasi saja. Toh Ibu belum rela ditinggal Bang Joko," ujar Lena.

"Ibu tidak berhalusinasi, Len. Tadi malam beneran Abangmu datang. Pokoknya serem banget. Bau amis darah juga jelas tercium."

Lena menanggapi seadanya. Bagi Lena tak mungkin Joko datang. Lena memang tak percaya dengan cerita hantu-hantuan atau sejenisnya.

"Aduh, Bu ... aku bukannya nggak mau, tapi Bang Farhan mana ngizinin aku nginap di sini. Aku harus ngurusin sarapannya dan ngurusin Tio juga. Kecuali hari minggu, Tio libur sekolah, jadi aku bisa bebas menginap," papar Lena.

Lasmi berdehem dengan lemah. Ia tahu, memohon pada Lena tak ada gunanya. Putrinya itu memang acuh tak acuh terhadap dirinya semenjak menikah.

"Aku pulang dulu ya, Bu. Kabari saja kalau terjadi sesuatu."

"Jangan sembarangan omong! Kau mendoakan sesuatu terjadi pada Ibu?" Lasmi menaikan intonasi suara.

Lena menggeleng dan segera berlalu.

Setelah Lena pergi, Lasmi mengumpat sendirian.

"Dasar Anak tak tahu balas budi! Bisa-bisanya dia menyepelekan ceritaku. Semoga saja nanti malam giliran dia yang didatangi Joko," gumam Lasmi.

-

-

Waktu berjalan, malam yang mencekam kembali dirasakan Lasmi.

Suara ketukan pintu terdengar di luar. Lasmi tersenyum senang. Ia mengira Rama yang datang.

Dengan langkah yang cepat Lasmi membukakan pintu.

Kreeeek! 

Lasmi terkejut dengan mulut yang terbuka lebar serta mata melotot besar.

"Bagaimana bisa kau di sini?" tanya Lasmi heran.

Wanita dengan mata sendu dan pipi tirus itu tersenyum sinis. 

"Ibu tak sopan sekali. Harusnya aku dipersilakan masuk terlebih dahulu."

Tanpa menunggu jawaban, wanita tersebut menerobos masuk dan Lasmi segera menyusul.

"Lancang! Kau pasti kabur dari penjara. Aku akan menelepon polisi."

"Silakan telepon saja!"

Lasmi dengan cepat menekan panggilan. Telepon Lasmi dijawab dengan cepat. 

"Halo, Pak. Saya ingin melaporkan kalau tahanan yang bernama Kendis ada di rumah saya. Bagaimana bisa dia kabur? Tolong segera ditangkap kembali," ujar Lasmi.

"Ibu bercanda? Saudari Kendis masih ada di sini."

"Pak Polisi yang bercanda. Jelas-jelas Kendis ada di rumah saya."

"Baiklah, saya akan menyuruhnya bicara pada Ibu."

Petugas itu berjalan menuju sel tahanan Kendis. Terlihat seorang wanita yang kemarin ia tangkap itu duduk dengan tenang.

"Kendis, bicaralah pada Ibu mertuamu!" pinta petugas itu.

Kendis mengangguk. 

"Halo, Bu! Ada apa?" tanya Kendis.

Lasmi seketika memegangi dadanya. Itu benar suara Kendis, dan petugas kepolisian pun mengatakan Kendis tetap di sana.

Sambungan kemudian diputus.

"Bagaimana, Bu? Apa polisi akan segera menjemputku?" tanya wanita misterius yang wajahnya sama dengan Kendis.

"Siapa kau? Bagaimana mungkin ada dua Kendis?"

Wanita misterius itu tertawa hingga membuat Lasmi bergidik ngeri.

Detik berikutnya ia mengambil pisau yang sedari tadi disembunyikan dalam jaketnya.

"Mau apa kau?" Lasmi mulai gentar dengan mundur selangkah demi selangkah.

Wanita itu terus maju mendekati Lasmi.

"Pergi! Tolong!"

Lasmi berteriak. Namun, ia lupa kalau rumahnya itu dibuat kedap suara. 

Wanita yang berwajah sama dengan Kendis tersebut mengangkat tinggi tangannya hingga pisau kecil nan tajam itu mengambang di depan matanya.

Kedua kaki Lasmi bergetar hebat, dan tercium bau pesing. Ternyata Lasmi mengompol di celana. Lalu tak lama kemudian ia pingsan.

Wanita berwajah Kendis pergi dengan cepat. Lasmi tak dilukai sama sekali. 

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status