Mengaku kalah? Tidak mungkin, kenapa Rudra Pati mengaku kalah, pikir banyak orang. Apa yang terjadi sebenarnya?
"Apakah Lanting telah melakukan perjanjian dengan Rudra Pati, seperti memberinya sumber daya pelatihan atau koin emas?"
"Maksudmu pemuda cacat itu telah menyuap dirinya?"
"Tentu saja, apa kau pikir Rudra Pati kalah begitu saja melawan manusia lemah?"
"Tapi darimana dia mendapatkan uang untuk menyuap Rudra Pati?"
Semua orang terdiam, tak bisa menjawab pertanyaan itu. Jika benar Lanting Beruga menyuap Rudra Pati, paling tidak pemuda itu harus memiliki banyak harta. Masalahnya Lanting adalah pemuda miskin.
"Apa yang telah terjadi pada mereka berdua?" tanya para penonton.
Rudra Pati tersenyum kecil, lantas memberi hormat kepada Lanting sebelum kemudian turun dari arena pertarungan.
Di sisi lain, tanpa diketahui orang lain hanya Raka Prama yang memahami hal tersebut. Menurut pemuda itu, tindakan yang diambil oleh R
Maaf terlambat, baru pulang dari rumah sakit.
Kurung Ludro telah tiba di antara Sunta Wira dan Raka Prama. Namun tentu saja dia bukan untuk membantu Raka Prama. Bahkan batu di tangannya belum menimbulkan cahaya.Kurung Ludra berbalik badan, menoleh ke arah Raka Prama dengan pandangan yang merendahkan. "Orang lemah tidak layak di atas arena."Setelah mengatakan hal itu, Raka Prama ditendang keluar dari arena, tanpa kasihan.Itu bukan tendangan biasa, tendangan barusan mengandung tenaga dalam yang tidak sedikit. Raka Prama muntah darah, tapi sebelum tubuhnya terhempas di tanah, Lanting Beruga menyambar pemuda itu."Hoi, Prama kau baik-baik saja? Prama?"Raka Prama membuka matanya dengan perlahan, luka dalam yang di dapatkan oleh pemuda itu tidak ringan.Serangan pertama dilakukan oleh Sunta Wira, dan serangan ke dua didapatkan dari Kurung Ludra."Elang ...Api," Raka Prama kehilangan kesadarannya."Siapapun, tolong Raka!" ucap Lanting Beruga, sedetik kemudian bawa
Pada saat yang sama, cahaya batu di tangan Lanting Beruga bersinar begitu terang, lebih terang dari milik Sunta Wira, dan itu membuat orang-orang menjadi sedikit kaget.Beberapa saat kemudian, batu itu kembali bersinar redup, dan mengangkat tubuh Lanting Beruga menuju arena pertandingan.Untuk beberapa saat semua tampak diam, memperhatikan Lanting Beruga dari jauh. Kenapa dia dijuluki sebagai Elang Api oleh Rudra Pati? kenapa?Dari segi apapun tidak ada yang istimewa dari sosok pemuda itu. Pimpinan Desa Ranting Hijau tidak berani mendongakan pandangan, dia tidak kuasa melihat rasa malu yang akan diterimanya setelah Lanting Beruga dihajar habis-habisan oleh Kurung Ludro.Sementara di sisi lain lagi, Angga Nurmeda menyipitkan matanya. Dia tidak tahu kenapa Lanting Beruga dijuluki sebagai elang api, burung legenda yang dianggap mitos oleh sebagian orang."Lanting Beruga ..." Eyang Sabat Saketi berbicara pelan dan lembut. "Belum terlambat
Tidak ada yang paham kenapa tubuh pemuda itu bisa mengeluarkan uap, dan tentu saja kulitnya berwarna merah seperti udang rebus. Angga Nurmeda yang paling kuat di sini, bahkan tidak menemukan penjelasan yang masuk akal.Beberapa orang mencoba merasakan tekanan tenaga dalam Lanting Beruga, berpikir jika sebenarnya pemuda itu mungkin saja tidak cacat, tapi pada akhirnya mereka tidak menemukan tekanan tenaga dalam itu.Rudra Pati tersenyum di luar arena, dia berkata, "Lihatlah bagaimana Elang Api bertindak!""Rudra Pati, dari tadi kau selalu mendukung pemuda itu, apa kau tahu sesuatu?" tanya beberapa peserta yang lain."Aku tidak tahu banyak, yang aku tahu cuma satu hal, ketika dia seperti itu, tidak ada yang bisa menghentikan dirinya.""Sekuat itukah dia?""Tidak, tapi dia cepat!"Di dalam arena, Kurung Ludra bersiap-siap menggunakan jurus pembalik cakra, masih mengira jika kekuatan yang ada di dalam tubuh Lanting Beruga bersumber
5 Hari kemudian Raka Prama datang menemui Lanting Beruga di gubuknya. Dia datang dengan membawa sumber daya pelatihan."Besok aku akan pergi ke Sekte Macan Giok," ucap Raka Prama. "Kedatanganku kesini, hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada dirimu, karena telah memberikan sesuatu yang harusnya menjadi hakmu, kepada diriku.""Hehehe ... aku tidak melakukan apapun," jawab Lanting Beruga. "Itu adalah keberuntungan dirimu."Raka Prama sepenuhnya tahu bahwa orang yang layak masuk ke dalam Sekte Macan Giok adalah Lanting Beruga, dia adalah pemuda terbaik di desa ini. Hanya saja Angga Nurmeda tidak tertarik kepada pemuda yang tidak jelas asal-usul kekuatannya."Ini, ambilah!" Raka Prama menyodorkan beberapa sumber daya pelatihan yang dapat memperkuat otot pendekar, "Anggap saja sebagai tanda terima kasihku kepada dirimu," Lanting Beruga terdiam cukup lama, dan itu membuat Raka Prama menjadi murung, "Kau tidak menyukainya, kalau begitu buang saja-"
Esok harinya, Lanting Beruga bersiap pergi dari gubuk ini, melihat seperti apa dunia luar yang sebenarnya."Dewa Beralis Tebal akan menjaga dirimu," ucap Seno Geni. "Jangan khawatir, dia bukan orang yang lemah."Lanting Beruga meneteskan air mata, sudah waktunya berpisah, pikir pemuda itu. Satu-satunya yang dia khawatirkan adalah kondisi Seno Geni dan Wulandari."Cucuku, keadaan diluar sana tidak seaman di tempat ini, jaga dirimu baik-baik. Bertemanlah dengan semua orang, makanlah yang banyak ...""Nenek, aku sudah makan banyak," timpal Lanting Beruga."Hikhikhik ..." Wulandari tertawa sambil menangis, dilihatnya wajah Lanting Beruga lekat-lekat, rupanya cucu kesayangannya, yang dulu dia timang tiap hari kini sudah cukup dewasa.Anak elang ini sudah cukup umur untuk pergi meninggalkan saranganya. Dikecupnya kening Lanting Beruga dengan pelan, "Pergilah cucuku, ukir namamu setinggi bintang."Lanting Beruga akhirnya meneteskan air
Dewa Beralis tebal mencegah Lanting Beruga untuk memeriksa tubuh dua orang itu.Luka yang mereka miliki sedikit aneh, dan tidak wajar."Tolong-tolong kami ..." Rintih salah satu dari dua orang yang barus aja sampai itu.Dewa Beralis Tebal mendekati salah satunya, tapi dia tidak berniat menyentuh luka yang mereka miliki."Racun Kelabang Merah," ucap Dewa Beralis Tebal setelah cukup yakin dengan luka yang mereka miliki. "Siapa yang menyerang kalian berdua?""Mereka menyebut diri sebagai Kelompok Banaspati ... Tuan, tolong kami ..."Kelompok Banaspati mulai membuat resah beberapa pekan terakhir. Mereka mengaku diri sebagai Kelompok yang membawa malapetaka bagi golongan putih.Tapi hingga hari ini, belum ada pimpinan dari kelompok itu yang menunjukan wajahnya secara langsung. Korban berjatuhan banyak dari kalangan pendekar level lima atau paling tinggi pendekar level perunggu.Rumor mengatakan, pimpinan Banaspati berniat menyusun r
Ada 5 pusaka kuat yang menguasai 5 elemen dasar. Api, air, tanah, angin dan logam. Setiap pusaka yang mewakili lima elemen itu berbeda-beda. Menurut Nyai Trang Hati, pusaka yang mewakili elemen air adalah kitab kuno yang mempelajari mengenai pengobatan. Hampir segala macam jenis penyakit dan cara pengobatannya dituliskan di dalam kitab tersebut. Apakah sudah ada yang mendapatkan kitab itu? belum, Nyai Trang Hati tidak yakin jika ada manusia yang sudah berhasil mendapatkan kitab tersebut. Sementara yang mewakili elemen logam, adalah sebilah pedang terkuat yang ada saat ini. Konon itu adalah pedang terakhir yang diciptakan oleh Empu Pelak, empu terbaik yang ikut andil dalam perang Sursena pertama. Sementara tiga pusaka yang lain, Nyai Trang Hati belum berhasil mendapatkan informasinya, tapi secara garis besar dia mengatakan salah satu dari tiga pusaka itu merupakan sosok siluman. "Tunggu, lalau apa hubungannya dengan pemuda ini?" tanya Dew
Setelah selesai menghabiskan semua makanannya, yang terlihat mustahil bagi orang lain, Lanting Beruga bersendawa keras. Ah menjijikan sekali. "Masakan ini benar-benar nikmat," ucap Lanting Beruga, "Bagaimana menurutmu?" Pengemis yang dia undang masuk ke dalam tempat ini tersenyum riang, perutnya benar-benar buncit dan mencuat keluar dari pakaiannya. Sementara di sisi lain, Dewa Beralis Tebal mengurut keningnya yang sakit. Ada dua hal yang membuatnya seperti itu, pertama karena dia menahan malu, seolah menahan untuk buang air besar, dan kedua karena Lanting bisa saja menghabiskan semua isi di saku bajunya. Dewa Beralis Tebal rasanya tidak ingin terlalu lama berada di perjalanan ini, dia ingin cepat sampai di Sekte Awan Berarak. Baru pula selesai makan, dari luar sana terdengar sorakan banyak orang. Semua orang melihat ke arah yang sama, seorang pria berpakaian serba putih sedang menunggang kuda bersama dengan para pengawalnya. Itu