Home / Rumah Tangga / Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua / Bab 80   Tebakan Dokter Harun

Share

Bab 80   Tebakan Dokter Harun

Author: Ardhya Rahma
last update Last Updated: 2023-04-28 21:54:56
"Maksud dokter … keluarga saya berbeda dengan keluarga pasien dokter lainnya itu bagaimana, ya, Dok?" Marisa menatap mata Dokter Harun yang hitam pekat. Tatapannya lekat yang mengisyaratkan permintaan yang tak ingin dibantah.

"Sekali lagi maaf, Bu Marisa. Sejak saya bertemu dengan kedua orang tua Pak Irawan selalu ada drama di sekitar mereka. Tidak pernah saya jumpai suasana tenang dan tidak ada drama. Pertengkaran dan keributan selalu mewarnai kedua mertua Bu Marisa itu. Terakhir kemarin sewaktu saya bertabrakan dengan tamu perempuan di pintu ruang VVIP. Saya merasakan aura ketegangan di ruangan. Saya juga mendengar ancaman yang tamu itu lontarkan ketika dia pergi." Dokter Harun menghentikan ucapannya.

Doktwr Harun lalu menghela napas sambil mengamati reaksi Marisa. Namun, melihat perempuan yang duduk di depannya itu hanya diam, dia kembali melanjutkan kata-katanya, "Saya khawatir drama-drama itu mempengaruhi kondisi psikologis Pak Irawan dan membuatnya tidak punya keinginan untuk
Ardhya Rahma

Halo Sahabat Marisa. Maafkan kalau saya tidak update beberapa hari ini. Kesibukan IdulFitri membuat saya tidak sempat menulis. Terima kasih untuk kalian yang masih setia. InsyaAlloh akan semakin menarik dan banyak kejutan di bab selanjutnya. I Love You all 🥰🥰🥰

| 2
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nina Susanti
Guru kok lambat mikirnya yaa dibuat...️ lama-lama jadi makin malas ini bacanya karena gini2 terus ampe 50% sudah
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
bener Marisa mungkin Irawan males sadar nanti akan tmbh pertengkaran kedua orang tua nya k Marisa juga k Irawan karena masi banyak yg Irawan sembunyikan ..
goodnovel comment avatar
Anna
Tolong ya.. gobloknya dikondisikan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 81 Kenapa Irawan Belum Sadar? 

    "Kenapa Dokter punya pemikiran bahwa saya menjadi korban bullying mertua?" Marisa menatap tajam Dokter Harun. Dia penasaran darimana dokter itu tahu apa yang dialaminya. "Bu Marisa masih ingat pertemuan pertama kita?" Dokter Harun bertanya balik.Marisa tertegun. Dia sedikit lupa dengan peristiwa itu. "Sepertinya Bu Marisa lupa, tetapi saya tidak pernah lupa tatapan kosong itu. Juga bagaimana tubuh gemetar Ibu yang mencoba meredam isak tangis ketika menabrak saya." Dokter Harun menjelaskan sambil memandang Marisa. Sepasang mata Marisa yang berwarna hazel itu terbelalak mendengar penjelasan dokter berusia pertengahan tiga puluh itu. Raut wajah bulat telur Marisa tampak sedikit lucu ketika bibirnya yang berwarna merah muda terbuka sebentar kemudian terkatup lagi. Rupanya dia ingin mengomentari ucapan Dokter Harun, tetapi kemudian membatalkannya. "Bagaimana? Sudah ingat, kan?" tanya Dokter Harun ketika melihat ekspresi Marisa.Marisa mengangguk. Bagaimana mungkin dia lupa pada har

    Last Updated : 2023-05-03
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 82  Permintaan Dokter Harun

    "Saya tidak bilang Pak Irawan berpura-pura. Akan tetapi memang cukup mengherankan di saat kondisi vitalnya semakin membaik, tetapi Pak Irawan belum sadar juga dari koma." "Lantas kalau begitu apa maksud kata-kata Dokter tadi?" Marisa menatap tajam Dokter Harun. Dia meradang mendengar ucapan dokter yang selama ini dianggapnya orang baik. Sekarang barulah dia merasa telah salah menilai. "Sekali lagi maaf, Bu. Saya tidak bermaksud membuat Bu Marisa salah paham dengan ucapan saya. Apa yang saya lakukan ini semata-mata untuk kepentingan Pak Irawan. Sebagai dokter tentu saya menginginkan pasien saya lekas sembuh." Dokter Harun menjelaskan secara perlahan kepada Marisa. "Kalau tidak ingin saya salah paham, tolong jelaskan sekarang juga, Dok," tuntut Marisa. Sorot matanya masih menatap tajam Dokter Harun. Dokter Harun membuang napas dengan kasar. Dia jadi menyesal karena ternyata niat baiknya disalah artikan. Dia tidak menyalahkan Marisa yang salah memahami maksudnya. Justru dia menyalahk

    Last Updated : 2023-05-07
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 83   Ujian atau Hukuman?

    "MasyaAlloh … pantas dokter itu menyarankan keluarga pasien untuk meminta doa. Ternyata yang jadi dokternya suami Bu Marisa adalah Dokter Harun. Bu Marisa beruntung suaminya dirawat oleh beliau. Dokter Harun dokter yang baik dan sholeh, sayangnya beliau masih diuji oleh Alloh." Ucapan Ustazah Kamila membuat Marisa tersentak dan spontan bertanya, "Dokter Harun masih diuji oleh Alloh? Diuji apa, Ustazah?" "Maaf, ya Bu Marisa saya tidak bisa menceritakannya. Saya tidak berhak bercerita tentang keadaan Dokter Harun. Kita doakan saja ujian beliau segera berakhir. Begitu pula saya akan doakan agar ujian Bu Marisa juga segera selesai. Suaminya diberikan kesembuhan kembali. Aamiin. Saya bisa minta nama lengkap suaminya?" "Bisa, Ustazah." Marisa membuka tas dan mencari selembar kertas. Setelah menemukannya dia menulis nama lengkap Irawan dan menyerahkannya ke tangan Ustazah Kamila."Baik Bu Marisa akan saya serahkan kertas ini ke suami saya. Biar suami saya bisa memimpin doa untuk suami ib

    Last Updated : 2023-05-09
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 84  Irawan Kritis

    "Mas Irawan …." Marisa menyebut nama suaminya dengan suara bergetar. Dia teringat kejadian yang menimpa istri Sandhy. Saat itu perempuan yang ditemukan satu mobil dengan suaminya juga sempat mengalami henti nafas. Meski malam itu dia selamat tetapi keesokan harinya harus menghembuskan nafas terakhir.Marisa mulai sesenggukan. Dia tak lagi mampu menahan laju air mata yang semakin deras membasahi kedua pipinya. Kakinya terasa lunglai dan tidak kuat menahan bobotnya. Tubuhnya pun menjadi oleng. "Loh Ibu kenapa?" Perawat yang tadi diajak Marisa berbicara terkejut dan segera memegangi tubuhnya agar tidak merosot ke lantai. "I-itu ka-kamar su-a-mi saya, Suster!" bisik Marisa terbata-bata. "Tenang, Bu. Berdoa saja kondisinya segera stabil. Banyak kok pasien yang mengalami kondisi gawat hanya sesaat dan kemudian baik-baik saja," hibur perawat tersebut. Dia membimbing Marisa menuju deretan kursi terdekat dan membantu Marisa duduk. "Ran, kenapa kamu masih di sini? Eh Siapa itu?" Seorang pera

    Last Updated : 2023-05-13
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 85   Ada Apa dengan Irawan?

    "Apa maksud Dokter? Bagaimana bisa masa kritis belum berlalu? Apakah kondisi anak saya bisa kembali gawat?" Bu Santi memberondong Dokter Harun. Dia bertanya dengan nada panik. Dokter Harun menghela napas berat. "Sebagai dokter, saya tentu ingin bilang kepada keluarganya bahwa masa kritis pasien sudah berlalu. Kondisinya sekarang stabil dan akan segera sembuh. Namun, sayangnya saya tidak bisa memberikan kepastian itu." Wajah Bu Santi memucat. Marisa pun menyusut air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya mendengar penjelasan Dokter Harun. Mereka menatap Dokter Harun lekat menunggu ucapan selanjutnya. "Kondisi Pak Irawan memang saat ini sudah stabil. Akan tetapi belum seratus persen. Apa pun bisa terjadi sesuai kehendakNya. Jadi sekarang yang bisa keluarga lakukan adalah doa. Karena ikhtiar sudah ditunaikan maka selanjutnya adalah memohon kesembuhan kepada Sang Pemilik Jiwa. Apakah sudah melakukan saran saya kemarin, Bu Marisa?" Dokter Harun melirik Marisa dengan pandangan b

    Last Updated : 2023-05-14
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 86   Kabar Gembira

    "Laila," bisik Marisa ketika melihat layar ponselnya yang sedang berdering. Ada apa perempuan yang dia minta menjaga suaminya itu menelepon? batin Marisa yang merasa heran. Benak Marisa seketika membayangkan hal yang buruk ketika melihat nama Laila di layar ponselnya. Selama ini perempuan yang bertugas menjaga suaminya itu tidak pernah meneleponnya. Jantung Marisa mulai berdebar dengan kencang. Keringat dingin pun muncul tanpa bisa dia cegah. Marisa segera menekan tombol hijau pada ponselnya. Namun, belum sempat dia menyapa, dari seberang terdengar suara Laila. Jantung Marisa berdetak semakin kencang mendengar nada suara terbata-bata dari seberang"Bu Marisa … Pak Irawan …." "I-i-ya … ke-napa? Su-suami saya?" Tangan Marisa memegang erat pinggiran mejanya di ruang guru. Dia berusaha sekuat tenaga menahan agar tubuhnya yang gemetaran tidak merosot ke lantai. "I-iya, Bu. Sepertinya Ba-bapak mulai sadar." Suara Laila masih terbata-bata, tetapi bukan karena cemas seperti yang di

    Last Updated : 2023-05-15
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 87  Sebuah Kejutan

    "Berbeda? Maksud Dokter apa? Berbeda bagaimana, Dok?" desak Marisa menuntut jawaban. Dokter yang 5 paruh baya itu menatap Marisa. Bola matanya melebar sesaat pertanda dia kaget dengan nada suara Marisa yang sedikit tinggi. Namun, dia tidak marah dan justru tersenyum lembut. "Baik, Bu saya jelaskan. Mungkin Ibu sedikit lupa. Jadi, suami Ibu mengalami koma karena kecelakaan yang menyebabkan cedera otak. Dulu, kami sudah melakukan pemeriksaan lengkap untuk mengetahui seberapa luas area otak yang mengalami kerusakan dan seberapa luas area otak yang masih bisa berfungsi. Kami pun sudah menunjukkan hasilnya kepada Ibu, betul?" Marisa mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dokter itu. Dokter yang duduk di depan Marisa tersenyum samar sebelum melanjutkan, "Kami pun sudah melakukan pengobatan dan perawatan sesuai SOP. Pak Irawan diberikan nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya. Perawat melakukan upaya mencegah terjadinya infeksi dan menggerakkan tubuh pasien secara rutin demi menghindari te

    Last Updated : 2023-05-17
  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 88   Tuduhan tak Terduga

    "Sa-saya ada di mana? Dan kamu siapa?" Wajah Irawan terbengong-bengong menatap Marisa.Marisa menghembuskan napas keras. Meski sudah mendapatkan peringatan dari dokter, tetapi tak urung hatinya diliputi kesedihan. Sampai kapan ujian ini akan berakhir? batinnya. Dokter Andi memberi isyarat Marisa untuk menjawab apa adanya. "Kamu di rumah sakit, Mas. Waktu itu kamu mengalami kecelakaan dan koma, jadi kamu dirawat di sini." "Koma? Kecelakaanku parah, ya?" Irawan menatap lekat Marisa. Dia masih belum mengenali siapa perempuan cantik bermata hazel yang menatapnya khawatir ini. "Iya, Mas kecelakaanmu parah tapi Alhamdulillah kamu sekarang sudah sadar." Marisa tersenyum sambil mengelus lengan suaminya. "Lalu … kamu siapa?" tanya Irawan sambil memindai seluruh wajah Marisa. Dia masih berusaha mengingat wajah perempuan di depannya ini. "Aku istrimu, Mas." "Istri?" Pupil mata Irawan melebar mendengar jawaban Marisa. Dia memindai wajah Marisa untuk mencari tanda-tanda kebenaran ucapan per

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 137 Honeymoon

    "Mas Rian … jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Bangun, Mas! Aku membutuhkanmu!" ratap Marisa. Namun, lelaki yang dipeluk dan ditangisinya masih tetap mengatupkan matanya. Rapat. "Sudah, Mbak jangan nangis terus. Lebih baik kita doakan Mas Rian agar diberikan kesehatan." Marisa mengangguk mendengar saran Dokter Harun. Memang tangis tidak akan membuat Rian sembuh. "Alhamdulillah Allah masih melindunginya. Tusukan pisau itu tidak mengenai organ vital. Geser satu centi aja akan sangat berbahaya. Namun, mengingat dia ditusuk tiga kali dan mengeluarkan banyak darah, kondisinya belum terbilang stabil. Perlu banyak kantong darah untuk transfusi. Sementara stok golongan darah O di PMI menipis."Marisa mengusap wajah lega. "Ambil darah saya saja, Dok. Golongan darah saya O." "Jangan. Kamu butuh istirahat, Mbak. Darah saya saja, Dok. Saya juga bergolongan darah O," ucap Dokter Harun."Baiklah … nanti kita periksa dulu untuk melihat kecocokannya."Marisa menelepon ibunya untuk mengabarkan di

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 136 Misi Penyelamatan

    "Ada apa dengan Marisa?" sambar Rian.Dokter Harun menatap Bu Rahmi dengan prihatin. "Sabar, ya, Bu. Mbak Marisa mengalami penculikan di dekat sekolah. Kasusnya sedang dalam penyelidikan polisi." "Apa diculik?" teriak Rian."Tidak! Jangan polisi. Nanti Marisa tidak selamat!" seru Bu Rahmi yang kemudian menangis. "Kenapa tidak selamat? Ibu tahu kalau Mbak Marisa diculik?" desak Dokter Harun. "Iya." Bu Rahmi mengusap wajahnya dan terduduk lemas di sofa. "Itu sebabnya tadi Bulek telepon kamu." Tatapan Bu Rahmi terarah ke Rian."Sebenarnya Bulek berharap itu cuma bercanda, tapi kabar yang dibawa Dokter Harun membuat Bulek tahu kalau orang itu sungguh-sungguh menculik Marisa." Air mata Bu Rahmi pun menderas di kedua pipinya. "Orang itu? Siapa?" "Siapa orang itu, Bu?"Dokter Harun dan Rian bertanya bersamaan. "Tadi ada telepon. Ngaku temannya Marisa ke Bik Siti. Setelah ibu angkat dia bilang sudah menculik Marisa dan melarang untuk melapor ke polisi kalau mau anak ibu selamat. Tapi ta

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 135   Diculik

    "Apa-apaan ini? Siapa mereka?" tanya Marisa ketika melihat tiga orang lelaki turun dari mobil yang menghadangnya.Salah satu lelaki yang turun dari mobil penghadang itu kemudian menggedor jendela di samping Marisa. "Buka pintunya! Cepat!" Marisa terlonjak kaget dan mundur dari jendela. Untuk beberapa saat dia hanya diam dan memandang ketiga lelaki berwajah menyeramkan itu. Marisa tidak mau membuka pintunya. Berada di dalam mobil dengan pintu yang terkunci membuatnya sedikit merasa aman. Sayangnya rasa aman itu hanya bertahan sebentar, karena tak lama kemudian kaca jendela mobilnya pecah berhamburan. Salah satu lelaki menyeramkan itu memegang semacam palu yang besar dan berhasil memecah kaca. Belum hilang rasa kaget Marisa, lelaki yang sama berhasil membuka pintu mobilnya dari dalam dan menarik Marisa keluar. Kemudian dia diseret memasuki mobil milik ketiga lelaki itu. Meski Marisa meronta dan berteriak, tetapi itu tidak ada artinya. Karena tenaga Marisa jelas kalah dibanding ketig

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 134   Ta'aruf

    "Iya betul, Bu. Dan kedatangan saya sekarang ini untuk meminta restu dari Ibu. Saya ingin melamar putri Ibu yang bernama Marisa." Bu Rahmi terpana melihat keterusterangan Dokter Harun. Dia tidak menyangka lelaki di hadapannya ini akan mengatakan hal tersebut di pertemuan pertama. "Alhamdulillah. Saya, sih, terserah kepada Marisa, saja, Nak Dokter. Tapi … kenapa terburu-buru? Apakah Nak Dokter nggak mau kenalan dulu dengan Marisa? Atau jangan-jangan kalian sudah kenal lama?" "Tidak, Bu. Saya baru bertemu dengan Mbak Marisa ketika saya merawat mantan suaminya. Saat itu tidak ada perasaan apa pun kecuali simpati seorang dokter kepada keluarga pasiennya." Bu Rahmi mendengarkan penjelasan Dokter Harun. "Lantas kapan mulai berubah?" Marisa mendelik mendengar pertanyaan ibunya. Dia menyenggol tubuh ibunya dengan siku untuk memintanya diam. Namun, Bu Rahmi tidak mempedulikannya. Sebenarnya Marisa juga penasaran seperti ibunya, tetapi dia terlalu malu untuk bertanya. Jadi, ketika Bu Rahm

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 133   Dilamar Lagi

    Marisa berjalan mendekat. Mungkin karena mendengar suara langkah Marisa, lelaki itu mengangkat wajahnya dan Marisa pun berseru, "Kamu?"Lelaki itu kemudian bangkit dari kursinya dan berdiri dengan sikap sopan ala abdi kerajaan yang menunggu sang putri datang. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum. Mata hitam yang dinaungi sepasang alis yang melengkung sempurna itu menatap Marisa lekat. Namun, ketika tatapan dua insan berlawanan jenis itu bertemu, keduanya sama-sama segera mengalihkan tatapannya. "Maaf kalau saya datang tanpa kabar lebih dulu, Bu Marisa," ucap lelaki itu. "Iya. Tidak apa-apa. Silakan duduk, Dok." Marisa pun duduk di seberang sofa yang ditempati Dokter Harun. "Ada yang bisa saya bantu, Dok? Ada apa dengan Amanda?" "Kedatangan saya kemari nggak ada hubungannya dengan Amanda, Bu."Marisa mengangkat wajahnya dan menatap mata Dokter Harun. Ada tatapan bertanya di mata Marisa.Melihat pandangan bertanya di mata hazel Marisa, tiba-tiba saja Dokter Harun menjadi gugup. "B

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 132    Tamu tak Diundang

    Tiba-tiba Marisa berhenti melangkah. Raut wajahnya tampak seperti seseorang yang baru menyadari sesuatu. Dia kemudian berbisik, "Kenapa aku merasa senang mengetahui fakta terbaru tentang Suster Ratri? Apakah ini artinya aku mulai membuka hati untuk Dokter Harun?"Untuk beberapa saat Marisa berdiri termangu, lalu dia menghela napas dan kembali berbisik, "Aku nggak boleh linglung di sini. Lebih baik sekarang aku segera pulang. Tentang bagaimana perasaanku sebenarnya bisa aku pikirkan nanti saja kalau sudah di rumah."Lantas, Marisa pun memutar tubuh dan kembali ke halaman sekolah. Dia segera memasuki mobil kesayangannya dan memacunya menuju rumah. "Loh … katanya mau ke toko buku. Kok sudah pulang? Nggak jadi?" tegur Bu Rahmi ketika melihat Marisa turun dari mobil. "Enggak, Bu," jawab Marisa sambil melangkah menuju teras. Lalu dia duduk di salah satu kursi yang ada di teras. Marisa menyelonjorkan kaki dan memandang ibunya yang tengah merapikan rumpun mawar.Tidak adanya penjelasan atas

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 131   Dokter Harun Kembali

    Mata Marisa terbelalak mendengar ucapan Dokter Harun. "Sudah sedekat itukah hubungan mereka hingga Suster Ratri membawakan bekal untuk makan siang Dokter Harun?" batinnya."Suster Ratri itu seperti seorang ibu sekaligus kakak buat saya. Cerewetnya sama," lanjut Dokter Harun sambil menatap Marisa."Seperti ibu? Cerewet?" Marisa mengulangi kata-kata Dokter Harun dengan nada kebingungan. "Iya. Kalau Suster Ratri lagi ngomelin saya bisa dua puluh ribu kata per jam dia lontarkan." Dokter Harun terkekeh sambil matanya menerawang. Dia mengenang saat-saat Suster Ratri mengomelinya. "Suster Ratri berani ngomelin Dokter?" Marisa bertanya dengan heran. Dia semakin kebingungan mendengar fakta terbaru tentang sosok suster luar biasa yang menjadi kesayangan keluarga Dokter Harun itu."Loh kenapa nggak berani? Kan dia juga sudah saya anggap seperti kakak tertua," jawab Dokter Harun. Marisa melongo mendengar jawaban Dokter Harun yang semakin membuatnya bingung. Benaknya sibuk merangkai semua fa

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 130  Suster Ratri

    "Bu Marisa … apa kabar? Lama kita tidak ketemu. Kapan kita bisa mengobrol lagi seperti beberapa bulan lalu, ya, Bu? Saya kangen kepada Ibu."Marisa mengangkat kepalanya. Dia melihat seorang siswi mendekatinya yang tengah asyik membaca di perpustakaan sekolah. "Amanda? Alhamdulillah kabar ibu baik dan sehat. Semoga Amanda juga sehat. Iya, kita lama nggak ketemu, ya. Soalnya tahun ajaran baru ini ibu nggak mengajar di kelasmu lagi. Ayo sini duduk di sebelah Ibu, mumpung lagi jam istirahat." Amanda menurut dan menarik kursi kosong di sebelah Marisa. Setelah duduk, dia lalu berkata,"Alhamdulillah … syukurlah kalau ibu baik-baik saja. Manda juga Alhamdulillah baik, Bu. Cuma kangen aja karena jarang ngelihat Ibu." "Iya, loh. Ibu juga baru sadar kalau sudah lama nggak lihat kamu nunggu jemputan di bangku halaman sekolah." "Iya, Bu. Sekarang ini Manda nggak perlu nunggu jemputan lagi."Marisa terkesiap. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, apakah ini ada hubungannya dengan kemarahan Dokter

  • Kuminta Talak setelah Suamiku Mendua   Bab 129  Kembali Menolak

    "Iya, Mas. Aku baru saja memberi tahu dia kalau aku menolak lamarannya." "O pantas saja mukanya ditekuk seperti itu. Terus apa rencana kamu selanjutnya?""Rencana? Rencana apa maksudmu, Mas?" tanya Marisa dengan wajah kebingungan."Ya rencana masa depan kamu. Misalnya … apa kamu akan kembali menutup diri atau mau membuka hati lagi? Apa kamu mau terima perjodohan yang kemarin diatur ibuku? Atau bagaimana? Kamu pasti sudah memikirkannya, kan?" selidik Rian."Sepertinya aku ngalir aja, Mas. Aku ikut takdir Allah. Maksudku … aku nggak siapin waktu secara khusus untuk cari pasangan hidup, tapi kalau Allah takdirkan aku ketemu seseorang, ya, aku terima." "Meskipun itu aku?""Maksudnya gimana, Mas?""Kalau Allah takdirkan aku adalah jodohmu gimana?" Rian tidak menjawab pertanyaan Marisa, tetapi justru bertanya balik. Tatapan mata Rian menghujam tepat ke bola mata Marisa. Dia menatap penuh harap kepada perempuan yang sudah dikenalnya sejak kecil itu."Kalau memang Allah takdirkan, ya,

DMCA.com Protection Status