Share

Kenyataan Pahit

"Jadi ibu mau dengar cerita yang sebenarnya dariku, atau dari anak ibu?" tawar Shanum lagi seraya menunjuk tepat di wajah Arya.

Suaranya lembut namun penuh penekanan itu sanggup memecah keheningan yang menyapa di ruangan itu.

Arya terkesiap. Mana mungkin dia membiarkan istrinya itu menjelaskan yang sebenarnya. Bisa-bisa kebohongannya selama ini terbongkar.

'Aku nggak boleh diam saja!' tekadnya dalam hati.

"Biar aku aja yang jelasin, Sha. Sekarang, aku minta kita sudahi perdebatan ini, ya. Aku lelah, ingin istirahat." Arya berkata dengan nada memelas ke arah Shanum yang masih menatap tamu-tamu tak diundangnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. 

'Ck, tentu saja kamu lelah, Mas. Alasanmu ke luar kota selama hampir seminggu ini, rupanya untuk mempersiapkan kepindahan ibu, adikmu dan juga istri barumu.' Shanum membatin geram dalam hatinya. 

"Duh, udah deh, Mbak Shanum. Jangan kebanyakan drama! Aku tuh capek, mau istirahat. Mana, ayo tunjukkan kamarku." Lila yang sedari tadi diam, rupanya sudah tak sabar untuk menempati salah satu kamar di rumah mewah milik Shanum itu. Ucapannya sama sekali tak memiliki sopan santun terhadap Shanum yang merupakan kakak iparnya juga tentunya usia mereka tidak sebaya.

"Benar itu, ayo mana tunjukkan kamar kami," timpal Bu Desi yang seolah tak peduli dengan perasaan Shanum.

Arya menatap Shanum lagi, seolah-olah tengah meminta persetujuan dari istrinya dengan tatapan mengiba. Shanum hanya menanggapi tatapan Arya dengan acuh. 

"Ibu, Lila. Dengar ya, sekali lagi kalian harus tahu segala sesuatunya dulu sebelum memutuskan tinggal di rumah ini. Jadi Mas Arya ini—"

"Sudah, Sha. Tolong. Kamu nggak ngerti banget sih, aku capek. Kita kan bisa bicarakan ini nanti, Sha!" potong Arya sengaja menyela ucapan sang istri.

Shanum memiringkan sudut bibirnya. Seakan mengejek sikap pecundang dari Arya. "Enak saja kamu memintaku menyudahinya, Mas! Kamulah yang memulai semua ini!" seru Shanum geram dengan sikap Arya yang terlalu menganggap enteng masalah itu.

Arya bersikap masa bodoh saja, seakan-akan tak mendengarkan seruan Shanum yang tak menyukai kehadiran istri baru suaminya itu. 

"Sudah, Arya! Nggak usah hiraukan istrimu itu. Dia itu palingan marah karena kamu udah punya istri, dan istrimu lagi hamil! Jadi dia iri karena nggak bisa hamil!" sergah Bu Desi mendelikkan bola matanya sinis ke arah sang menantu.

Lagi dan lagi, Shanum menelan ludahnya seraya menegarkan hatinya. Dia memang sengaja tidak hamil dulu dan mengonsumsi pil KB tanpa sepengetahuan Arya. Hal itu dia lakukan demi menguji cinta dan ketulusan Arya. Lantas, hari ini semuanya terbongkar. Shanum bersyukur dia belum mengandung buah hati dari pria pengkhianat seperti Arya.

"Terserah, apa kata Ibu, yang jelas saya nggak sudi ada sampah yang masuk ke rumah saya ini," tukas Shanum dengan nada menyindir Anara.

"Mas, dengar nggak? Dia ngatain aku sampah!" protes Anara tak terima ketika melihat sorot meremehkan dari Shanum.

"Kalau kamu bukan sampah, lalu apa?" Shanum sengaja menantang Anara.

"Mas!" rengek Anara meminta pembelaan Arya. Pria itu merasakan kepalanya berdenyut akibat ulah dua istrinya yang berseteru itu.

"Huh, sebel deh! Berisik banget kalian!" Lila berdecak kesal, lalu bangkit dari tempat duduknya dan tanpa kata langsung masuk menjelajah seisi rumah Shanum. 

"Hei, kamu mau ke mana, tunggu ibu!" seru Bu Desi seketika menyusul langkah Lila.

"Bawa dia pergi, Mas!" tegas Shanum menyorot tajam mata Arya. Berusaha mencari celah dan alasan untuk mempertahankan rumah tangga yang masih seumur jagung itu. 

"Nggak bisa, Sha! Dia istriku, dia juga sedang mengandung anakku. Mana mungkin aku menelantarkannya," tolak Arya dengan wajah tertunduk lesu. 

Shanum menghela napasnya panjang. Rasa cinta yang mulai tumbuh pada suaminya itu kini menguap begitu saja. Rasanya sia-sia saja mempertahankan rumah tangganya dengan Arya. 

"Kamu sungguh nggak bisa mengusirnya dari rumahku, Mas?" Sekali lagi, Shanum bertanya. Arya hanya menggelengkan kepalanya, tanpa berani menatap wajah Shanum. 

"Anara, Ayo kita masuk. Kita ke kamar tamu." Arya lantas berlalu sembari menggiring istri keduanya itu ke kamar tamu. Tanpa menghiraukan Shanum yang masih menatap mereka dengan raut keberatan. Sementara, Shanum yakin kalau ibu mertua dan adik iparnya itu sudah masuk ke kamar lainnya. Karena memang rumah ini terdapat banyak kamar. Tiga di lantai bawah, dan tiga di lantai atas. 

Rumah yang ditinggalkan oleh Dhanu Mahendra, ayah Shanum begitu besar dan megah untuk anak tunggal sepertinya. Dhanu selalu berharap suatu saat Shanum berumah tangga dan memiliki banyak anak sehingga rumah ini akan riuh ramai oleh kehadiran cucu-cucunya. Namun, amat disayangkan ketika setahun yang lalu Dhanu meninggal dunia. 

Satu-satunya keluarga yang Shanum miliki sudah tiada. Dan saat ini, dirinya hanya memiliki Arya saja sebagai pasangan hidupnya. Namun, sepertinya mulai saat ini Shanum harus terbiasa sendiri, setelah Arya terang-terangan berkhianat di depan mata kepalanya sendiri. Lelaki itu sudah melewati batasnya. 

Shanum menghela napas panjang demi meredam emosinya, "Ya, biarkan saja deh. Setidaknya untuk malam ini aku akan membiarkan mereka tidur dengan nyaman," gumamnya.

Bukan. Bukannya Shanum bodoh membiarkan mereka tetap tinggal di sini. Hanya saja, sisi kemanusiaannya tetap tak tega jika melihat kondisi Anara yang katanya tengah hamil. Shanum dapat melihat dari balik dress biru laut selututnya kalau perutnya sudah tampak mulai membuncit. 

Shanum menebak-nebak jika usia kandungannya mulai menginjak trimester kedua.

"Astaghfirullah." Shanum memekik pelan ketika menyadari sesuatu.

"Kalau Mas Arya mengatakan baru menikah tiga bulan yang lalu. Itu artinya … mereka sudah terlebih dulu melakukan hubungan terlarang sebelum menikah. Mereka sudah berzina!" Shanum berkata lirih atas keterkejutannya yang masuk akal mengenai hubungan suaminya dan Anara.

Ia bahkan bertanya-tanya sejak kapan Arya mulai berhubungan dengan Anara. Shanum bergidik jijik saat sadar jika suaminya itu telah menjamah perempuan lain selain dirinya. 

'Ya Allah, kenapa kenyataan ini begitu kejam?' lirih Shanum dalam hatinya. Suaminya sudah berselingkuh, dan ia baru mengetahuinya sekarang. Dan tepat di saat dia sedang ingin berhenti mengonsumsi pil KB demi melakukan program hamil. Tapi, kenyataan ini begitu saja terkuak, membuat Shanum sedikit senang karena dia belum sampai mengandung benih Arya di rahimnya. 

"Entah apakah aku harus bersyukur atau bersedih atas kenyataan ini." Shanum menggumam pelan, dengan dua tetesan bening yang meleleh di pipinya. Wanita itu beranjak berdiri dari tempat duduknya, setelah menyeka kasar air matanya, lalu dia berniat untuk masuk ke kamarnya. 

Ia mencoba menghalau pikirannya tentang kemungkinan yang ada. 

"Hufh… sudahlah, aku harus belajar tak peduli dengan mereka. Besok, aku pastikan mengusir mereka dari rumah ini. Harus!" gumam Shanum yakin sembari berjalan menuju ke arah tangga yang akan membawa dirinya naik ke kamar, tempatnya mengistirahatkan tubuh lelahnya. 

***

 

 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Repih Hati
ah sebel sama shanum ngapain make nawarin si arya buat jelaain segala, tinggal blak blakan aja siapa majikan sesungguhnya.. ahh dasar seneng melihara penyakit..
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
yang semangat buat ngusir Mbak Shanum kamu pemilik sebenarnya kok MELEMPEM hadapi manusia macam keluarga suamimu jangan pake hati nggak dapat PAHALA
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kirain hebat kau njing. ternyata kebanyakan bacot. pantas kau diselingkuhi krn tolol,lemot dan menye2
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status