Share

Bab 7

"Halo, Bu,  barang-barang sebagian sudah saya bawa,  dan ini sudah ada didalam truk, " ucap orang suruhan Nia pada Nia melalui sambungan telepon. 

"Bagus,  segera bawa ke alamat ini,  dan letakkan saja di dalam ruangan kosong yang ada disana,  karena memang sudah saya persiapkan sebelumnya,  untuk eksekusi berikutnya nanti saya hubungi kalian."

"Baik, Bu,  terima kasih. "

"Ibu,  Mas Indra dan Mimi, nikmatilah kemiskinan kalian secara perlahan, " ucap Nia sembari menyeringai. 

***

"Hu hu hu hu,  dasar menantu sialan,  dia yang punya hutang kenapa kita yang harus menanggung hutangnya,  hu hu hu,  mana sebentar lagi teman-temanku mau reunian disini lagi, " gerutu Ibu Indra sembari menangis. 

Disaat Ibu Indra masih menangisi barang-barang yang disita, datanglah Indra dengan wajah paniknya. 

"Ibu, bagaimana ceritanya barang-barang bisa disita,  tadi Mimi pas telepon aku masih meeting Bu,  makanya gak bisa langsung pulang, " ucap Indra panik. 

"Hu hu hu, indra,  istrimu itu memang benar-benar kurang ajar,  dia berhutang entah untuk apa,  dan katanya lagi kalau barang-barang yang diambil belum cukup nilainya untuk melunasi hutang Nia,  mereka mau balik lagi dan menyita juga rumah ini. "

"Ya gak bisa gitu dong,  seenaknya main ambil rumah orang. Aku juga berhak atas rumah ini secara aku suaminya Nia. "

"Tapi,  Ndra,  kalau memang Nia sudah menggadaikan sertifikat rumah ini,  lalu kamu bisa apa?"

"Ya tinggal kita tuntut ke pengadilan lah, Bu,  bagaimanapun rumah ini kan jadi harta gono-gini nantinya. "

"O iya,  ya,  kenapa Ibu lupa ya,  kan harta istri juga harta suami. "

"Nah,  itu Ibu ingat,  sudah gak usah nangis lagi,  dan kata Ibu,  Ibu mau ngadain acara reunian sama teman-teman lama Ibu disini kan?"

"Iya, tapi gimana dong,  sofa nya udah gak ada. "

"Alah gelar karpet aja,  bilang aja lagi beli sofa yang baru soalnya sofa yang lama udah jelek jadi dibuang gitu. "

"Iya juga ya,  kamu benar, tapi,  Ndra,  Ibu minta uang dong,  buat beli makanan di restoran untuk jamuan teman-teman Ibu. "

"Aku udah gak ada uang lagi, Bu,  kan Ibu bisa minta makanan dari  restorannya Nia."

"O iya,  tapi kalau mereka minta uang buat bayar gimana Ndra? "

"Bilang aja kalau gak mau kasih ntar dilaporkan ke Nia buat pecat mereka,  bagaimanapun juga Ibu kan mertua Nia jadi juga berhak memerintah mereka. "

"Oke deh,  ide kamu boleh juga,  yaudah Ibu mau pesan dulu. "

"Yaudah aku mau istirahat dulu aku capek. "

"Lho kamu gak balik lagi Ndra ini kan masih jam nya kerja. "

"Aku tadi sudah izin cuma setengah hari saja, Bu,  jadi gak perlu balik lagi,  sekarang mau istirahat dulu."

"Yaudah Ibu juga mau pesan makanan sekarang, soalnya acaranya sebentar lagi." setela Indra masuk ke kamarnya, Ibu Indra pun bergegas menghubungi nomor restaurant Nia untuk memesan makanan di sana. 

"Halo,  selamat siang,  terima kasih sudah menghubungi restoran Niajib,  ada yang bisa kami bantu? " ucap suara seorang customer service dari seberang telepon. 

"Heh,  saya Ibu mertua Bos kamu,  si Nia itu, saya mau pesan Ikan gurame bakar dua porsi,  udang saus tiram dua porsi,  cumi bakar madu empat porsi sama capcay kuahnya dua porsi dan cah kangkung nya dua porsi juga,  segera kirim ke alamat rumah Nia ya,  saya tunggu sekarang, harus di buatkan kalau tidak kamu saya adukan sama Nia dan akan dipecat!" Ibu Indra lantas mematikan sambungan teleponnya. Sementara sang customer servis hanya geleng-geleng kepala setelah mendapat telepon dari Ibu Indra. 

***

"Ya halo, " saat ini Nia yang masih berdiam diri di rumah rahasianya tengah menerima telepon dari salah satu karyawannya. Selama menyelesaikan misi,  Nia memang menyerahkan sementara restaurant pada orang kepercayaannya, sedangkan Nia hanya memantau dari jauh saja. 

"Maaf, Bu,  mengganggu,  ini barusan Ibu mertua Bu Nia telpon dan beliau pesan sejumlah makanan yang lumayan banyak, dia mengancam kalau tidak dibuatkan maka kami akan dipecat, Bu. "

"Oh ya?  Siapa yang berani pecat kalian selain saya?  Saya bosnya bukan Ibu mertua saya. "

"Iya Bu,  maaf,  tapi kami takut karena beliau Ibu mertua Bu Nia."

"Yasudah karena sudah terlanjur,  buatkan saja pesanan mereka TAPI ganti menu yang dia minta,  buatkan saja menu yang paling murah yang ada di restorant kita. "

"Tapi,  Bu,  kalau Ibu mertua Bu Nia marah gimana? "

"Itu urusan saya,  yang jelas tidak akan ada yang bisa mecar kalian selain saya. "

"Baik, Bu,  terima kasih. "

"Dasar satu keluarga parasit semuanya,  kayaknya aku harus cepat-cepat melepaskan diri dari mereka, makin lama kelakuan mereka makin menjadi. "

***

"Jeng Asri,  Jeng Neni,  Jeng Wulan,  Jeng Sari, ya ampun kita sudah lama ya gak ketemu." ucap Bu Nita, mertua Nia,  menyambut kedatangan teman lama nya. 

"Ya ampun,  Jeng Nita makin hari makin cetae aja deh Jeng, ngomong-ngomong ini rumah anakmu? Wah besar dan mewah ya," ucap Bu Asri sembari memandang kagum bangunan milik mendiang orangtua Nia itu. 

"Ah iya dong Jeng,  anak saya itu memang hebat,  di usia muda dia sudah punya jabatan penting di kantornya hingga bisa membangun rumah sebesar ini. "

"Tapi kalau gak salah dari kabar yang beredar,  katanya rumah ini milik menantu Jeng Nita? " tanya Bu Wulan. 

"Ah,  Jeng Wulan siapa yang bilang? Si Nia itu bisanya cuma nyusahin saja,  ini murni rumah hasil kerja keras anak saya, eh kok malah di luar begini,  ayo masuk,  kita makan dulu,  kebetulan sudah saya pesankan di restoran yang terkenal itu lho, bahkan bungkusnya saja belum saya buka,  karena gak keburu waktunya, yuk masuk,  o iya tapi maaf ya Jeng semua,  sofanya tidak ada,  yang lama sudah saya buang soalnya sudah jelek,  saya udah pesan yang baru tapi katanya baru ada minggu depan. "

"Ah Jeng Nita, santai aja gak masalah lagian gak usah repot-repot,"

"Gak ngerepotin kok Jeng Sari, kan sesekali saja, " jawab Bu Nita sembari menaikkan lengan bajunya sedikit ke atas sehingga menampakkan kilauan gelang emas yang digunakannya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status