Baru kali ini Devi menemukan sosok seperti Hendra. Andri pria beristri yang menjadikan Devi selingkuhan, bahkan bukanlah merupakan sosok sepanas dan selihai Hendra dalam bercinta. Selain materi yang didapatnya melalui Andri, sebagai seorang wanita yang memiliki libido tinggi, bathinnya juga mendambakan kehidupan seksual yang menyenangkan. Hal ini kini dirasanya sudah terpenuhi oleh keberadaan Hendra yang benar-benar mampu memberikan kebutuhan birahinya. Seperti yang sekarang sedang mereka lakukan. Meja dapur yang berisikan peralatan memasak yang masih berantakan pun dijadikan tempat bercinta oleh Hendra yang memang benar-benar pandai dalam membangkitkan hasrat seksual Devi yang ketika itu masih sibuk mencuci piring.
Tanpa berpikir panjang, Hendra mengangkat tubuh Devi yang sudah berdiri di hadapannya. Tubuh yang bagian depannya sudah setengah terbuka itu, didudukkannya di meja dapur permanen di samping tempat cuci piring. Devi terlihat pasrah dengan perlakuan Hendra yang mula
Hendra mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu apartemen Devi. Kemaluan mereka masih menyatu. Bibir mereka masih terlihat saling melumat. Diremasnya pantat Devi yang padat dan kenyal itu seakan menyuruhnya untuk bergoyang di atas pangkuannya. Devi pun mengerti akan kemauan Hendra. Seakan ingin membalas melayani kemauan Hendra, Devi pun mulai bergerak diatas pangkuan Hendra mempertontonkan goyangan erotisnya. Dengan posisi seperti itu, ia merasa leluasa menggerakkan pinggulnya. Kepala Hendra ditenggelamkannya diantara payudaranya. Hendra pun mencium dan menjilatinya puting payudara Devi secara bergantian, kiri dan kanan. Devi terlihat mendongakkan kepalanya menahan kegelian pada kedua payudaranya yang lagi-lagi menjadi obyek permainan lidah Hendra. Ia pun semakin dibuat agresif untuk menggoyang batang kejantanan Hendra.
Setelah selesai mandi, kini mereka sudah terlihat berbaring di atas tempat tidur Devi. Dengan posisi tidur berdampingan, kepala Devi bersandar manja di atas dada bidang milik Hendra yang membuat rambut halusnya menjadi obyek belaian tangan Hendra. Iringan musik romantis yang sengaja diputar Devi di handphonenya, mengiringi kemesraan mereka di atas tempat tidurnya. Hendra terlihat mulai yakin untuk menceritakan latar belakang keluarganya kepada Devi, yang entah kenapa setelah sekian kali bercinta, Hendra menilai Devi bukanlah sosok gadis seperti kebanyakan lawan jenis yang selama ini dikenalnya, yang begitu mengetahui latar belakang keluarganya, hanya menginginkan kekayaannya saja. Ia pun jadi semakin yakin bahwa Devi adalah sosok yang tepat menggantikan Gina, gadis di masa lalunya yang masih membayanginya hingga kini.Hendra pun mulai menceritakan kehidupannya kepada Devi, dari mulai latar belakang keluarganya, usaha papanya yang nantinya akan diwariskan kepadanya, hingga ken
'Gadis simpanan?' seakan tak percaya, Hendra terlihat masih terdiam dan bertanya sendiri dalam hati. Perkataan Devi yang baru saja didengarnya masih belum benar-benar bisa dicerna dengan akal sehatnya. 'Bagaimana mungkin, gadis secantik dan semenarik Devi bisa menjadi simpanan dari seorang pria beristri? Apakah dia tidak bisa mendapatkan lelaki lajang untuk dijadikannya sebagai kekasih?' Hendra masih berkutat dengan pikirannya sendiri manakala suara Devi mengagetkan lamunannya."Kenapa kamu diam setelah mendengarnya? Apa sekarang kamu beneran jadiilfil sama aku?" pertanyaan Devi itu seakan memecah keheningan di atas tempat tidur Devi. Keheningan yang terjadi sesaat ketika ia mulai menceritakan tentang siapa dirinya. Kini Devi pun menunggu reaksi Hendra sembari berharap apa yang ditakutkannya tidak menjadi kenyataan. Ia yang sedari tadi masih membelakangi Hendra dengan tubuhnya seketika berbalik dan memeluk Hendra seakan tak ingin kehilangan. Kepalanya pun kemba
Mendengar pertanyaan Hendra itu, membuat gairah seksual Devi yang baru saja bangkit, menjadi kembali menurun. Padahal ia baru saja menikmati ketika Hendra mulai menciumi lehernya. Ia pun teringat untuk menguji keseriusan Hendra pada dirinya. Dan kemudian, "Emang kenapa kalo dia datang? Kamu ga mau memperjuangkanku di depannya?" sambil menatap mata Hendra yang tepat berada di depannya, Devi berusaha menanyakan dan menguji keseriusan Hendra.Hendra yang menyadari tatapan tajam Devi menjadi terkekeh dibuatnya. Sambil sedikit tertawa ia pun menjawab "Haha... aku bisa aja memperjuangkan kamu. Tapi sekarang kembali ke dirimu sendiri dulu dong, seberapa besar perasaanmu sama dia? Masa iya aku memperjuangkan orang yang masih menyimpan perasaan sama orang lain dihatinya? Berjuang sendiri dong namanya..." Hendra terdengar menjawab pertanyaan Devi dengan kalimat yang membuat Devi berpikir.Seketika itu Devi menjadi terdiam dibuatnya. 'Benar juga. Apakah aku sudah tidak memiliki p
“Hey..ini gimana caranya? Kok susah dibuka ya?” tanya Devi kepada Hendra yang terlihat kesulitan membuka pintu mobil Hendra. Ketika itu mereka baru saja sampai di parkiran basement apartemen Devi. Pengaruh 3 botol wine yang tadi diminumnya di café bersama Hendra, tampaknya lumayan mengurangi konsentrasi Devi ketika itu hanya untuk sekedar membuka pintu mobil. Hendra yang berada di kursi kemudi, kemudian mencoba membantu Devi membuka pintu itu dengan tangan kanannya sehingga membuat wajah mereka kini saling berhadapan. Dalam situasi seperti itu, wajah Devi makin memperlihatkan kecantikannya. Hendra memang sudah terpesona melihat kecantikan Devi sejak awal perjumpaan mereka di kafe tadi. Ditambah situasi lampu penerangan area parkir basement yang agak gelap membuat wajah Devi terlihat menggairahkan dari jarak yang lebih dekat sepert
Tarikan tangan Hendra seketika mengagetkan Devi dan membuatnya berbalik yang kala itu mereka baru saja memasuki unit apartemen Devi. Belum sempat Devi menaruh handbag yang masih melingkar di lengannya, tangan kiri Hendra sudah dengan sigap menarik pinggangnya sehingga kini mereka sudah berdiri dengan posisi saling berhadapan. Hendra sengaja melebarkan kedua kakinya sehingga Devi bisa masuk dengan sempurna ke dekapannya. Kedua tangan Hendra sudah melingkar di pinggang ramping Devi. Suara pintu apartemen yang terdengar tertutup dengan cukup keras ketika Hendra mendorong dengan kakinya seakan menjadi pertanda akan dimulainya permainan panas mereka. Wajah mereka kini kembali saling berhadapan. Wangi parfum mahal nan menggairahkan milik Devi dan aroma wine yang tadi tercium di mobil, kembali menggugah hasrat terpendamnya. Tatapan matanya seolah
Devi terdiam beberapa saat untuk mengatur nafasnya. Tubuhnya sekarang lemas tak berdaya akibat guncangan hebat puncak kenikmatan yang baru saja dialaminya. Ia berusaha menetralisir sekujur tubuhnya. Mukanya merah merona tersipu malu. Ia tidak menyangka, Hendra yang belum memulai permainan sesungguhnya tapi sudah berhasil membuat dirinya mencapai puncak kenikmatan hanya dengan foreplay! Hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sensasi seperti apa yang bakal ia dapatkan ketika permainan yang sesungguhnya terjadi? Begitu gumamnya dalam hati.
“Ndra..cepetan masukin..aku uda ga tahan..” Devi terdengar memohon kepada Hendra dengan sedikit mendesah. Ia pun seketika membuka kedua kakinya dan memperlihatkan vaginanya yang memang terlihat sudah sangat basah. Hendra hanya bisa tersenyum mendengar desahan permohonan Devi itu. Batang kejantanannya yang sedari tadi sudah berdiri tegak maksimal, mulai diarahkannya ke vagina Devi. Digesekannya kepala batang kejantanannya pada bibir vagina dan clitoris Devi naik turun sehinnga membuat Devi menggelinjang menahan geli tak karuan. “Ssshhh..hhaahh..ssshhh..hhmmph” tarikan serta hembusan nafas Devi terdengar mengiringi permainan ujung batang kejantanan Hendra pada bibir vaginanya.. Bleeesss! seketika Hendra terlihat sukses memasukkan batang kejantanannya pada liang vagina Devi tanpa hambatan dikarenakan vagina itu sudah cukup basah sedari tadi.