Share

Chapter 3 Memberikan Hukuman

Regina melangkah memasuki pekarangan luas rumah megah itu. Ekspresinya terlihat rumit. Dia membalikkan tubuhnya, tetapi mobil itu sudah tidak ada di sana. "Apa keputusan yang aku ambil tepat? Aku akan menghubunginya lagi untuk mempertimbangkannya."

Regina melangkah masuk ke dalam rumah dan langsung disambut dengan tatapan tajam dan tamparan mendarat di pipinya. Pukulan yang begitu keras membuatnya terlempar ke tanah. Regina memegangi pipinya yang merah.

"Dasar anak nakal! Kau hanya bisa menyebabkan masalah saja!" Seorang pria paruh baya menatapnya dengan kemarahan. Di sampingnya, seorang wanita berpakaian glamor hanya menatap dengan acuh tak acuh.

"Selama ini, aku telah membesarkanmu untuk menjadi wanita sempurna, elegan yang bisa menjadi role model di kota ini, tapi yang kau lakukan justru menghancurkan nama baik keluarga dengan memiliki anak haram bahkan hamil di usia muda!"

"Papa, kau salah paham. Aku tidak memiliki anak. Anak itu adalah anak Henry Jian--"

"Ya, itu anakmu dan Henry Jian. Bisa-bisanya kau berhubungan seperti itu dengan keturunan dari keluarga saingan kita?"

"Papa, aku--" Lidah Regina menjadi kelu saat melihat tatapan mata tajam yang tidak bisa dilawan. "Aku minta maaf," ucapnya dengan wajah tertunduk. Ini adalah aturan yang tidak bisa dia langgar untuk mengakuinya.

Wanita berpakaian glamor itu akhirnya angkat bicara dengan memprovokasi, "Regina, kau sudah membuat skandal besar. Suami, kita harus mendisiplinkan anak kita yang tidak dewasa ini."

"Bawakan aku pemukul! Aku akan memberikan hukuman yang pantas bagi anak nakal!"

Pelayan itu dengan ragu mengambilkannya dan mulai memukuli lengan wanita itu dan juga punggungnya. Regina hanya diam menerima hukuman yang tidak selayaknya ini. Tidak ada teriakan kesakitan atau air mata yang mengalir. Wajahnya hanya datar dengan pandangan kosong.

Tuan dan Nyonya Tan tidak berbelas kasihan sedikitpun pada anak perempuan mereka. Mereka bahkan tidak menyadari suara pintu yang terbuka lebar. "Apa-apaan ini?"

Suara asing itu membuat kedua orang tua yang kejam itu menoleh. "Kau! Apa yang kau lakukan dengan menerobos rumah orang sembarangan? Lebih baik kau jangan ikut campur masalah keluarga kami."

"Aku harus ikut campur dalam hal ini karena...." Pria tampan berperawakan tinggi yang tidak lain adalah Henry mendekat ke arah Regina. Dia mengangkat tubuh wanita cantik itu dan merangkulnya dengan erat. "Regina adalah istriku. Siapa yang menganggunya akan berurusan denganku!"

"Aku juga akan melindungi Mama." Seorang anak laki-laki berlari dan berdiri di depan Regina.

"Kalian?" Regina kebingungan dengan keadaan ini. Tidak ada seorangpun yang pernah berdiri di sisinya, tapi seseorang yang dia anggap sebagai rival justru membelanya. Dekapan Henry juga terasa nyaman dan juga hangat.

"Istri? Mama? Apa aku mengizinkan putriku untuk masuk ke keluarga Jian? Kalian tidak akan bisa menikah. Aku tidak akan pernah menyetujuinya!" ucap Tuan Tan dengan keras.

"Benarkah Anda tidak akan setuju walau saya memberikan tanah kota B untuk Anda? Anda mengincar tempat itu, kan?"

Mata merah dan tajam Tuan Tan langsung berubah jadi hijau. "Kau yakin akan memberikan tanah di kota B? Pembangunan di sana akan menguntungkanmu."

"Aku tidak menyesal, asalkan itu untuk mendapatkan istriku."

"Kau sepertinya sangat mencintai anakku. Sebagai seorang ayah, aku ingin anakku mendapatkan pria yang tulus dan kau pantas untuk mendapatkannya!" Sikap Tuan Tan langsung berubah.

" Bukankah Anda membenci keluarga Jian kami?" ucap Henry dengan tajam.

"Tidak apa-apa, Bagaimana bisa kami membenci keluarga Jian. Walau keluarga kita bersaing selam ini, tapi ada bagusnya dua keluarga yang kuat bersatu."

"Suami, bukankah kita harus--" Nyonya Tan hendak berbicara, tetapi Tuan Tan memotong ucapannya.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan. Jika Regina bahagia dengan pria ini, kita tidak boleh menghalanginya. Lagipula mereka juga sudah memiliki anak, kita tidak bisa menghalanginya." Tuan Tan bersikap seolah adalah ayah yang baik, "Jadi, kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu? Kita akan membicarakannya tentang pesta pernikahan. Kau harus membuat pasta mewah untuk putriku dan mengundang keluarga kelas atas."

"Kami akan mengurusnya nanti. Sementara, aku dan Regina hanya akan mendaftar pernikahan kami ke biro catatan sipil."

"Jangan begitu, kalian anak muda harus memiliki pesta yang dapat dikenang, kalian harus mempertimbangkan ini. Tuan Muda Jian tidak mungkin tidak memiliki uang untuk mengadakan pernikahan mewah, kan? Selain itu apa kau tidak memikirkan pandangan publik jika dua keluarga terpandang hanya mendaftarkan pernikahan tanpa pesta mewah?"

Henry mengangguk, "Anda benar, Tuan Tan. Seperti yang kau katakan, ini adalah pernikahan yang akan menjadi kenangan bagi kami, biarkan aku dan Regina yang mengurusnya, para tetua tidak seharusnya ikut campur!" Tegas Henry. Auranya begitu kuat membuat Tuan Tan tidak bisa membuka mulutnya

Henry melepaskan rangkulannya dan berganti mengenggam tangan Regina. "Sekarang, bisakah aku membawa Regina tinggal bersamaku?"

Tuan Tan menunjukkan ekspresi keberatan, Henry dengan cepat melanjutkan ucapannya,

"Apa kau tidak ingin secepatnya tanah itu jatuh di tanganmu?"

Tuan Tan mengangguk setuju, "Baiklah. Sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan tentang tanah, tapi tidak masalah jika kalian tinggal bersama dan mendaftarkan pernikahan. Kalian juga sudah punya anak, tidak baik untuk berpisah."

Henry diam-diam menunjukkan seringai melihat Tuan Tan yang dengan mudah terbujuk.

"Tapi, biarkan kami berbicara berdua dengan putri kami sebentar. Sulit jika kami harus berpisah secara tiba-tiba."

Henry menoleh ke arah Regina yang tidak mengatakan apapun sama sekali. Tuan Muda Tampan dari keluarga kelas atas itu mengangguk.

Wanita berpenampilan glamor dengan warna rambut yang mirip dengan Regina, menarik lengan putrinya itu dengan kuat.

Kevin yang melihat Regina di bawa pergi, dia menunjukkan wajah cemas. Tangan kecilnya itu meraih tangan Henry. "Papa, cepat hentikan mereka membawa mama menjauh!"

"Kenapa kau begitu khawatir? Mereka tidak akan berani menyakitinya. "

"Siapa yang bisa menjamin itu? Papa, kau sudah melihat sendiri apa yang mereka lakukan tadi. Apa mereka benar-benar hanya mengobrol. Ah, aku tahu Papa tidak peka, tapi aku dapat melihat tatapan mata ketakutan yang terpancar dari Mama? Cepat lakukan sesuatu," ucap Kevin membujuk Henry.

Henry memanggil Nyonya dan Tuan Tan yang belum terlalu jauh. "Tunggu, kalian bisa bicara di depanku. Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu jika kalian terlalu lama."

"Tuan Muda Tan, ini adalah obrolan untuk keluarga. Kami hanya butuh 5 menit," bujuk Nyonya Tan.

"Bicara saja sekarang juga di sini!"

"Sebenarnya aku hanya ingin memeluk anakku," ucap Nyonya Tan yang langsung memeluk Regina. Dia membuat pose menutupi tindakannya yang sedang berbisik sesuatu pada Regina. Ekspresi wajah Regina masih datar, tapi sorot matanya menujukkan kecemasan samar yang coba untuk di sembunyikan. Henry memandang sesuatu dan langsung melangkah.

"Henry Jian!" Regina justru berteriak saat melihat apa yang dilakukan oleh Henry di depan matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status