Share

BAB 6 — PERJANJIAN

16A02

Sudah tiga kali Yura mencocokkan nomor yang tergantung pada papan pintu berwarna hitam itu dengan pesan text yang dikirimkan pada ponselnya.

Tidak ada yang salah, semua angka dan hurufnya sama.

Hanya saja, wanita itu tak memungkiri bahwa apartemen ini terlalu mewah untuknya.

Mimpi apa ia sampai bisa menginjakkan kaki ke tempat ini? Sungguh, ia merasa bagai rakyat kecil yang sedang menginjak istana raja.

Lagi-lagi ini membuktikan bahwa Tuan Gin bukanlah orang biasa sepertinya.

“Dengan Ibu Yura?”

Wanita berambut sebahu itu spontan membalikkan badan dan menemukan Seorang pria berstelan jas hitam tengah berdiri di hadapannya dengan sebuah senyum yang tersimpul tajam.

Tangan kanannya membawa sebuah map kain berwarna hitam dengan bendelan kertas di atasnya.

Seolah menyadari kebingungan Yura, pria itu mengulur tangan untuk dijabat. “Saya Arkatama, pengacara Tuan Gin,” ujarnya membuat Yura lantas menganggukkan kepala kemudian menjabat tangan pria itu. 

“Tuan Gin mengutus saya untuk bertemu dengan Ibu Yura. Kita akan membicarakan masalah pernikahan kontrak kalian di dalam, mari.”

Tanpa basa-basi, lelaki itu selanjutnya berjalan mendahului Yura yang menurut  karena tak ingin buang-buang waktu.

Dimasukinya ruangan yang ternyata lebih mewah dari yang ia bayangkan.

Tidak tahu apakah sudah lama disewa atau belum, yang jelas apartemen ini layaknya hunian baru.

“Silakan duduk.” Arkatama mempersilakan setelah lebih dulu duduk pada sebuah sofa dan Yura mematuhinya. Sedangkan pria yang mengaku sebagai pengacara Tuan Gin itu mengambil beberapa lembar kertas dari map hitam yang tadi ditentengnya.

“Ini adalah perjanjian kontrak antara Tuan Gin dengan Anda. Silakan dibaca terlebih dahulu pasal demi pasal yang tertera, jangan ragu bertanya bila ada yang belum dipahami. Lalu jika sudah mohon untuk mengisi data diri pada kolom pihak kedua dan tanda tangan pada kolom di sebelah kanan.” Arkatama menyodorkan lembaran hvs yang dipenuhi dengan barisan huruf kepada Yura.

Tidak ada jawaban dari Yura. Wanita itu hanya mengangguk dan menerimanya. Dibacanya satu persatu kalimat di dalam perjanjian itu. Pada kolom identitas pihak pertama belum dilengkapi. Mungkin itu sengaja agar Yura tak mengetahui identitas suami barunya.

Ada beberapa syarat yang dituliskan dalam sebuah pasal. Secara keseluruhan sama dengan apa yang diucapkan oleh Tuan Gin semalam. Bedanya kali ini ada sanksi yang harus diperhatikan olehnya. Jika melanggar, maka perjanjian akan berakhir, dan Yura harus mengembalikan nominal uang yang diberikan senilai dua kali lipat. Yang terakhir, Yura hanya boleh bertemu dengan suami pertamanya dua kali dalam satu bulan. 

Jujur, ini berat.

Dia bisa tidak mencari identitas Tuan Gin dan menjaga rahasia, atau bahkan memakai penutup mata saat Tuan Gin di sampingnya.

Namun, jika harus dibatasi untuk bertemu dengan Rama, rasanya sulit. Selama ini Yura berkunjung tanpa batas waktu, bahkan setengah malamnya bisa ia katakan untuk menunggu Rama. Bagaimana bisa tiba-tiba ia harus dibatasi semacam ini?

“Maaf, Pak. Saya boleh mengajukan perbaikan? Saya sedikit keberatan jika harus dibatasi untuk bertemu dengan suami saya. Apakah bisa lebih diringankan? Masalahnya, saya tidak bisa meninggalkan suami saya selama itu, saya harus memastikan kondisinya baik ibu mertua saya juga akan kerepotan jika berjaga sendirian. Seminggu satu kali, mungkin saya bisa terima,” ujar Yura seraya mendongak ke arah Arkatama yang kini malah menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

“Maaf, Bu Yura, tetapi sesuai dengan perintah Tuan Gin, saya tidak bisa mengabulkan permintaan itu. Anda sudah dikontrak dan dibayar oleh Tuan Gin untuk menjadi istrinya, jadi sebaiknya ada batas dengan suami pertama dan fokus Anda selama masa perjanjian ini hanya untuk Tuan Gin.”

“Tapi—”

“Jika Ibu keberatan, bisa dibicarakan kepada Tuan Gin setelah perjanjian ini ditandatangani. Hanya saja, saya menyarakan sebaiknya patuh dengan perintah yang tertera. Sebab, jika Tuan Gin marah, maka kemungkinan besar perjanjian ini akan batal. Dan ibu harus mengganti dua kali lipat.”

Helaan napas panjang meluncur dari bibir Yura. Sejenak teringat perintah Madam Lily yang mengatakan bahwa lelaki itu suka dengan wanita penurut.

Tidak akan ada kesempatan untuk menolak dan mau tidak mau Yura harus mematuhinya jika tak ingin merepotkan diri setelah ini.

Pada akhirnya, Yura meraih sebuah pulpen yang diletakkan Arkatama di sebelahnya. 

Dengan demikian ia telah resmi menjadi istri Tuan Gin. Ah, bukan. Mungkin lebih tepatnya ia telah resmi menjadi budak nafsu lelaki itu.

“Baik, terima kasih. Surat ini akan segera saya berikan kepada Tuan Gin. Dengan begitu kalian telah resmi menjadi suami istri. Ada yang ingin anda tanyakan?” tanya Arkatama tetapi di jawab dengan gelengan kepala oleh Yura.

“Kalau begitu, saya anggap semuanya sudah cukup jelas. Anda bisa istirahat di apartemen ini dan menunggu Tuan Gin pulang, biasanya beliau akan tiba pukul tujuh malam. Baju dan keperluan Anda sudah disiapkan di kamar.” Arkatama berkata demikian setelah meraih bendelan kertas yang dikembalikan oleh Yura dan mengemasinya, memasukkannya kembali dalam map hitam itu. Berikut bangkit berdiri dan berkata lagi kepada Yura yang masih duduk

“Kita akan bertemu lagi bila perjanjian ini akan berakhir. Saya permisi dulu.” Usai mengatakan itu, Arkatama beranjak dari tempatnya.

Namun baru baru saja melangkah Yura kembali menahannya. “Tunggu, Pak Arka!”

“Ya? Ada yang bisa saya bantu?”

“Em, maaf, saya .... saya ingin tahu berapa usia Tuan Gin? Saya tidak bermaksud lancang, hanya ingin menyesuaikan dan agar saya tahu bagaimana harus bersikap selama bersama dengannya.”

Sebuah senyum terkembang di bibir Arkatama. “Beliau hanya berbeda lima belas tahun dengan Anda,” jawabnya kemudian meneruskan langkah meninggalkan Yura yang kini menganga tak percaya.

Berbeda lima belas tahun?!

Itu artinya usia Tuan Gin adalah 43 tahun! Tapi, mengapa malam itu Yura merasa tubuhnya tidak seperti pria paruh baya...?

Bahkan lebih bagus dari suaminya yang belum kepala tiga! Apakah ini upaya agar Yura benar-benar tak menemukan identitas asli Tuan Gin?

****

"Tuan, Nyonya Yura sudah menandatangani perjanjiannya," lapor Arkatama begitu tiba di mobil, "dia sah menjadi istri Anda secara hukum."

Senyum miring seketika muncul di wajah pria yang dipanggil Tuan itu.

Akhirnya penantian panjang Arya Girindra Satwika berhasil. 

Kali ini, dia tak akan terlambat seperti dulu dan membuat Yura--wanitanya--kembali ke pelukannya....

"Kerja bagus! Aku akan memberikanmu bonus besar," ucapnya sebelum benar-benar menutup telepon sang pengacara sebelum bersiap menemui Yura.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Martha tya
beda 15 tahun udah kakek-kakek
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status