Berkat kejadian acara ulang tahun Gery, Feni dan kedua anaknya sangat sinis pada Dion dan Nanda. Mereka semua sarapan bersama, tidak lupa menerbangkan tatapan garang, Dion sendiri tidak peduli dengan Feni dan kedua anaknya."Serius kalau bukan permintaan Papa ajak sarapan bersama, aku tidak sudi satu meja dengan Feni," bisik Dion pada Nanda."Bagaimana pun juga Gery dan Bianca saudara satu Ayah sama kamu," ujar Nanda membalas bisikan Dion.Dion seakan menepis omongan Nanda, dia menolak mentah-mentah pernyataan Nandan melalui sorot matanya yang jutek. Nanda membatin, " Lagi-lagi aku salah bicara padahal aku bicara berdasarkan fakta akurat".Di pastikan Dion kembali lagi ke mode ketusnya karena dia tidak terima omongan Nanda bicarakan hubungannya tentang Gery dan Bianca.Dion berpikir, "Nanda, kamu tahu apa tentang hubungan keluarga ini, sok tahu pakai bicara saudara satu Ayah. Jelas-jelas campuran aliran darah Mama lebih kental dalam tubuh ku di banding darah Ayah, sebaliknya juga. Dar
Kemudian Dion keluar dari rumahnya bersama Hanif menuju kantor sedangkan Nanda dan Arya pergi melihat-lihat beberapa universitas. Di perjalanan, setelah melihat beberapa universitas, Nanda bingung mau masuk jurusan apa. Dia mau diskusi dengan Dion pun percuma pasti dia mendapatkan jawaban ketus. Arya menengok Nanda yang tampak uring-uringan. “Ibu Nanda kenapa?” tanya Arya.“Aku bingung mau ambil jurusan apa,” jawab Nanda mengeluh.“Ambil manajemen bisnis saja Buk,” tanggap Arya, di respon Nanda setuju. “Kak Arya kalau lagi berdua panggil Nanda saja jangan Ibu, aku masih mudah bukan Ibu-Ibu.” Omong Nanda. Arya agak tertawa mendengar ucapan Nanda tapi bagaimanan pun juga Nanda istri atasannya.“Kamu kenapa bisa menikah sama Pak Dion?” tanya Arya penasaran.“Di jodohkan sama Pak Hanif,” jawab Nanda sedikit kiku.“Oh...” respon Arya tidak percaya.Kedua bola mata Nanda menghindari tatapan Arya yang saat itu terus menatapnya. Dia mengalihkan kedua matanya ke arah jendela mobil.“Kamu sud
Nanda kecil hati pada Dion, sikap kerasnya bikin perasaan Nanda penat. Dia menunggu perubahan pada diri Dion agar bisa sedikit lebih bijaksana tapi Dion pasti kembali ketus dan suka menyakiti kalau bicara.Dion tidak pandang bulu jika dia marah. Ya, kenyataan Kejamnya drama kehidupan yang Dion rasakan, berdampak sampai ia dewasa. Nanda selalu terkena imbas terus di dekat Dion.Dion kembali ke rumah, begitu juga dengan Nanda. Mereka saling menatap tapi tidak ada yang berinisiatif untuk bicara duluan. Mereka saling membisu menutup rapat mulut mereka lalu masuk ke kamar masaing-masing.Hari yang panjang di lalui Nanda, dia gunda gulana memikirkan hubungan pernikahannya dengan Dion. Dia tahu, tidak berhak mengharapkan lebih dalam pernikahannya dengan Dion. Luka hati Dion tidak mudah di sembuhkan dan hanya Dion yang tahu dan merasakan seberapa sakitnya dia. Sulit sekali Nanda masuk ke dalam hati Dion, sampai Dion pun masih membatasi dirinya dengan cara ketus padanya.***Pagi harinya, Dion
Nanda dan Arya sampai di restoran tempat mereka makan siang bersama. Waktu pelayan memberikan menu makanan, Nanda sempat tidak nafsu makan. Lantas Arya yang memesankan makanan. Ketika makanan tiba, menyendok makanan saja Nanda lesu. “Sabar Nanda,” kata Arya coba memadamkan rasa kecewanya.“Pedih banget Kak, aku menikah dengannya hanya untuk di hina.” Keluh Nanda sangat bersedih.Arya berusaha menjadi pendengar yang baik, dia juga tidak meninggalkan Nanda seperti Dion yang tega begitu saja meninggalkan Nanda.Arya menunggu sampai rasa sedih Nanda menghilang dan baru makan bersama.***Di lokasi berbeda, Dion sudah berkumpul dengan teman-teman kuliahnya. Waktu Dion dan Nanda menikah hanya beberapa yang datang ke resepsi pernikahan Dion dan Nanda, mereka banyak penasaran dan ingin mengenal sosok Nanda.Tiba-tiba Laura Fania, Mantan Dion saat kuliah datang. Laura ikut berkumpul bersama. Dion terkejut sekali sekaligus sedikit terperangah dengan perubahan Laura. Tampilan Laura lebih tertutu
Dion, [Aku hari ini pulang kerja jam 3 soreh,]Nanda,[Terus,]Dion,[Bersiaplah sebentar lagi aku pulang, kita belanja baju keperluan buat ke puncak]Nanda,[Buat apa belanja baju, di lemari masih banyak baju ke gantung belum di pakai]Dion,[Ikuti saja omongan aku,]Lantas Dion berhenti mengirim chat pada Nanda. Dion bertanya pada Hanif tentang perkembangan Leon.“Gimana pekerjaan baru Leon?” tanya Dion pada Hanif.“Leon bekerja kebanyakan mengeluh Pak. Dia juga sempat kabur, dia menghilang tidak pulang ke rumah tapi orang kita berhasil menemukan dia.” Terang Hanif.Sejak Leon main fisik dengan Nanda, Dion mengerahkan semua suruhannya untuk mencari Leon dan dalam pengawasan Hanif. Sekali Leon melawan Hanif, sabuk hitam Hanif keluar menghajar Leon. Alhasil Leon ketakutan dan menurut setiap perintah Hanif. Leon di training bekerja di gudang milik perusahaan Dion.***Sesampai di rumah untuk menjemput Nanda, Dion papasan dengan Papanya di depan rumah.“Gimana keadaan Mama kamu?” tanya
Usai makan malam bersama, Laura tampak sinis menoleh pada Nanda. Terlihat karena tangan Dion masih merekat genggam tangan Nanda.Semua kantong belanja pun Dion yang bawa. Laura makin menyesak kesal, bisa-bisanya Dion takluk dengan gadis ukuran kualitasnya rendahan. Secara mengejutkan Laura berpamitan mencium kedua pipi Dion. Siapa pun tak menyangka termasuk Dion terkaku diam seribu bahasa, Anton juga terperangah melihat ulah Laura. “Lau,” bentak Anton coba menarik tangan Laura untuk segera menyingkir dari hadapan Dion dan Nanda. Wajah Nanda begitu asam, dia sungguh tidak suka dengan apa yang di lakukan Laura. Secepat mungkin Nanda lap kedua pipi Dion pakai tangannya sendiri.“Kamu cemburu ya?” goda Dion bertanya pada Nanda.“Enggak,” jawab Nanda bikin moodnya buruk.“Ngaku deh kamu cemburu kan?” goda Dion lagi ngotot."Kamu ya, di cium Laura diam saja atau emang tabiat kamu seperti itu. Terima aja di sosor wanita lain,” sewot Nanda.“Sorry ya aku bukan cowok murahan, asal terima di
Saatnya ke Puncak tiba, Dion beserta teman-temannya berkumpul di rumah Daniel. Mereka berasa reunian sambil jalan-jalan. Sebelum naik mobil, mereka berpoto dan mengambil video tertawa bersama. Tampak Laura mendekati dan agak menempel pada Dion bikin Nanda jijik. Istri Fero bernama Tanti pun memperhatikan kegenitan Laura pada Dion. Tanti terngangah melihat pakaian Laura yang membentuk garis tubuhnya.“Kamu gak enek Nanda lihat suami kamu ditempelin makhluk halus?” bisik Tanti mencibir Laura, Tanti dan Nanda sudah berkenalan ketika akad pernikahan Dion dan Nanda.“Mau gimana lagi memang susah punya suami tampan, resikonya ya itu Tanti. Di luar kuasa aku bisa menjaga Dion dari makhluk apapun di muka bumi,” respon Nanda dengan bibirnya muncung. Nanda dan Tanti menggelengkan kepala mereka sama-sama tidak menyukai Laura. Selesai Dion dan teman-temannya berpoto ria, mereka melanjutkan untu menaiki mobil menuju puncak.Ada tiga mobil saat itu, mobil pertama milik Fero, Tanti dan satu anak
Setengah jam berlalu, Nanda terbangun dari tidur. Bercampur kaget, dia sudah mendapati dirinya terbaring di ranjang. Dia melihat sekeliling kamar tidak ada siapa-siapa, lalu dia keluar dan terdengar suara ramai. Nanda mancari asal suara tersebut, ternyata mengarah taman samping pada kolam renang di vila.“Nanda ayo berenang, seru banget tuh lihat pemandangannya.” Pekik Tanti yang sedang asyik berenang dengan putranya. Tidak ketinggalan Laura dan Tiara juga sedang berenang.Vila milik keluarga Laura posisinya berada di atas, sangat indah sekali pemandangannya di lihat dari Vila keluarga Laura. Terdapat lima kamar di vila keluarga Laura.Nanda begitu minder melihat lekukan indah tubuh Laura, sedangkan Dion dan teman laki-laki lainnya sedang sibuk mengobrol duduk di kolam renang. Lantas Nanda berganti baju renang, setelan baju renang nya berwarna abu-abu, berlengan pendek dan juga Kerah leher agak terbuka. Disertai rambut ikal Nanda yang hitam yang sekarang sangat terawat, membuat aurany