Share

Raja Kucing Dari Negeri yang Jauh

'Astaga, aku ingat sekarang. Ini pasti kutukan sihir Amaraca sebelum aku masuk ke pusaran lubang hitam itu!' ucap Raja Edward dalam hatinya. Dia merasa cukup terganggu dengan suara kucing yang dihasilkan oleh pita suaranya sendiri.

Matanya memicing sembari duduk nyaman di keranjang rotan berlapis handuk lembut milik Stefany. Dia mengamati situasi dengan tenang. Ibu gadis tersebut ingin membuangnya ke jalanan, sungguh terlalu. Di luar kaca jendela salju mulai turun dengan deras, suhu udara pasti di bawah nol derajat. Itu tidak baik untuk seekor kucing ... seperti dirinya! 

"Jadi, apa kamu ingin memelihara kucing oranye kumal itu di rumah kita, Stefy Sayang?" tanya Nyonya Victoria menyebutkan identitas baru Raja Edward dengan sangat tidak hormat sehingga kucing jantan itu menggeram kesal.

'Kalau Anda berada di Centurion Land dapat kupastikan algojo memancung kepala Anda yang berkonde itu, Nyonya!' gerutu Raja Edward. Seumur hidup dia belum pernah dikatai kumal, itu sungguh menyakiti harga dirinya. 

Stefany yang membantu ibunya membereskan piring kotor dari meja makan pun menjawab, "Biarkan kucing lucu itu tinggal di rumah ini, Bu. Aku janji akan merawat kebersihannya dan membawa kucing itu ke dokter hewan besok pagi sebelum berangkat kerja!"

"Ohh ... baiklah kalau memang kau bertanggung jawab untuk merawatnya karena Ibu tak ingin bulu-bulunya menempel di bajuku, Stefy!" balas Nyonya Victoria sembari melemparkan lirikan tajamnya ke kucing berbulu oranye di keranjang rotan itu.

'Well, apakah salahku hingga memiliki bulu sebanyak ini seumur hidupku? Ini bencana nasional, Nyonya! Rakyatku akan sangat merindukan raja mereka yang dikutuk oleh Amaraca yang jahat, tolong sensitiflah sedikit!' cerocos Raja Edward seraya membalas lirikan tajam Nyonya Victoria dengan sepasang mata kuning keemasannya yang memipih pupilnya.

Gadis itu mendengar setiap patah kata yang diperkatakan raja kucing itu dengan jelas. Dia terkikik sendirian sambil mencuci peralatan makan di wastafel dapur. 

"Apa ada yang lucu, Stefy?" tegur ibunya cemas Stefany berhalusinasi dan tertawa sendiri tanpa sebab.

"Ohh ... hanya teringat buku dongeng lucu yang kubaca di perpustakaan tadi. Ibu pasti tahu kalau aku gemar membaca bukan?" kelit Stefany dengan cerdik. Dia tak mungkin menceritakan bahwa kucing yang ditemukannya di jalan bisa bertelepati dengannya dan ternyata adalah sosok jelmaan seorang raja dari Centurion Land yang dikutuk penyihir, konon katanya.

Kemudian Nyonya Victoria pun berpelukan dengan puterinya sebelum berpisah untuk beristirahat di kamar masing-masing. Stefany menunggu pintu kamar ibunya tertutup rapat lalu dia berbicara dengan sang raja kucing sembari berlutut di depan kursi tempat keranjang rotan itu berada.

"Hai, siapa namamu? Kita belum berkenalan dengan benar. Sungguh aneh tapi nyata, kita bisa saling mendengar dan berbicara melalui bahasa pikiran yang sama. Aku Stefany Rowland, kau boleh memanggilku Stefy!" Gadis itu meraih kaki kanan depan si kucing untuk berjabat tangan dengan cara yang imut.

Raja Edward tertawa geli dengan situasi konyol yang dihadapinya bersama gadis manis di hadapannya itu. Tak ada pilihan lain, sosok itu satu-satunya yang dapat menolongnya untuk kembali ke Centurion Land atau setidaknya bertahan hidup di kota antah barantah yang begitu asing sekaligus aneh di pandangan matanya. 

'Baiklah, Nona Manis. Namaku Raja Edward Forester, negeri asalku bernama Centurion Land yang terletak di sebelah selatan Samudera Atlantis. Apa kau tahu di mana itu? Aku ingin kembali ke negeriku yang sedang terancam oleh serangan penyihir jahat dan pengikutnya!' jawab Raja Edward melalui telepati. 

"Bukankah Atlantis itu hanya mitos saja? Hmm ... menarik, rupanya memang ada dahulu kala. Dan artinya juga kau berasal dari masa lampau, bisa jadi ribuan tahun yang lalu. Ohh my God!" ujar Stefany mulai tertarik dengan asal usul raja kucing itu. Dia lalu berkata, "Raja Edward Forester, aku lelah sekali bekerja seharian, mungkin kau bisa menceritakan segalanya di kamarku saja sambil aku berbaring di kasur."

Raja Edward pun menyetujui permintaan Stefany, dia melompat turun dari keranjang rotan tempat duduknya ke lantai kayu yang berpelitur cokelat muda lalu mulai melangkah dengan keempat kakinya yang kokoh. 

'Ohh yeaah ... aku melakukan catwalk sekarang dengan keempat kaki yang ramping ini dan dilengkapi cakar tajam berbahaya!' Dia mengoceh sendiri seolah mengabaikan fakta bahwa gadis yang berjalan di depannya menaiki tangga kayu ke lantai dua itu juga bisa mendengarkannya.

Stefany membuka pintu kamar tidurnya dan tertawa cekikikan. "Kau sangat imut sebagai seekor raja kucing. Ngomong-ngomong, apa wujud aslimu memang kucing?" tanya gadis itu sembari menghempaskan tubuhnya yang penat ke atas kasur yang empuk.

Kucing oranye itu mengedarkan pandangannya dan menemukan satu-satunya tempat yang nyaman untuknya hanya kasur Stefany. Maka dia pun melompat naik lalu duduk di samping gadis itu di atas kasur berseprai merah muda dengan motif stroberi besar-besar.

'Okay, mari kita bercerita tentang kisah hidupku. Aku juga tadinya manusia sepertimu, wajahku sangat tampan menurut rakyat di negeriku. Mungkin kau pun akan jatuh hati bila melihatku dalam versi manusia, percayalah!' ujar Raja Edward dengan penuh percaya diri. 

"Baiklah, aku percaya. Kau pun seekor kucing yang tampan dan menggemaskan saat ini, jangan berkecil hati!" hibur Stefany dengan tulus. Dia merebahkan kepalanya miring di bantal sambil tetap menghadap ke Raja Edward yang duduk santai dalam posisi khas kucing.

Kemudian Raja Edward kembali bercerita, "Aku sedang bertarung dengan Amaraca di angkasa bersama naga tunggangan kami masing-masing. Seharusnya aku tak berbelas kasihan dan melenyapkannya saja saat itu. Dia menyerangku saat lengah dan mengirimkan mantera kutukan agar aku berubah menjadi kucing lalu tersedot ke pusaran lorong waktu. Mungkin ini adalah masa depan. Oya kita berada di kota mana?"

"Ini kota Houston, negara bagian Texas, Amerika Serikat. Kebetulan aku bekerja di perpustakaan, mungkin besok akan kucoba mencari keterangan tentang Centurion Land. Terus terang, aku belum pernah mendengarnya di pelajaran sejarah saat dulu bersekolah," jawab Stefany. Dia tertarik dengan kisah bak dongeng yang diceritakan oleh kucing oranye itu.

'Jadi kau bekerja sebagai pustakawati? Baguslah, itu awal yang baik untuk menolongku kembali ke Centurion Land, kau pasti suka membaca!' tebak Raja Edward dengan cerdik. Dia mulai merasakan sedikit optimisme dalam hatinya sekalipun belum dapat melihat adanya jalan keluar sama sekali atas semua persoalannya.

Gadis itu pun menguap karena kantuk dan letih yang menguasai tubuhnya. "Sudah malam, sampai besok pagi, Rajaku. Nampaknya aku satu-satunya rakyatmu saat ini. Beristirahatlah dan mimpi indah!" ujar Stefany lalu menutup matanya untuk tidur.

Raja Edward Forester justru gelisah memikirkan nasibnya hingga sulit tidur. Kucing pun alaminya hewan nocturnal yang terjaga di malam hari. Dia melompat ke meja belajar Stefany dan mengamati jalanan di depan rumah melalui kaca bening jendela kamar. 

Centurion Land terasa begitu jauh baginya saat ini. Dia bertanya-tanya, apakah Alamus Eldoran berhasil menemui Estefan Riddler, sahabatnya yaitu ksatria Holly Water Mountain. Pria itu tahu kepada siapa dia harus bertanya tentang situasi yang dihadapinya saat ini; Oleander Newton, The Highpriest.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
aku senang stefy bisa menerima edwar, semoga saja sfety bisa membawa edward kembali ke tempatnya .. hehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status