Share

Bab 7 Langit Sudah Menggariskan Elena Dan Rayyan Untuk Saling Terhubung

Rayyan Wang meremas teleponnya saat mengetahui bahwa bukan Elena Zhang yang mengangkat teleponnya. Padahal, dia menelpon mau mendengarkan suara Elena Zhang seorang. Tidak tahu mengapa seluruh pikiran sebelumnya dipenuhi semua tentang Elena Zhang. Rasanya dia mau gila bila tidak segera mendengarkan suara Elena Zhang didetik berikutnya. Karena itu, dia menelepon Elena Zhang. Begitu tahu orang yang mengangkat teleponnya bukan Elena Zhang, kebahagiaan yang sedang membuncah di hatinya langsung berubah menjadi kemurungan tiada akhir.

Rayyan Wang memerintahkan asistennya untuk menyiapkan mobil. Dia tidak bisa tetap berada di dalam kantor. Takutnya bila terus berdiam diri, kantornya menjadi hancur akibat kemarahannya yang tidak dapat dibendung.

Elena Zhang bertopang tangan di sandaran sofa. Mengapa hari ini begitu tidak bersahabat dengannya. Saat pergi menabrak mobil Rayyan Wang. Saat tiba di perusahaan dia menemukan perundangan staf personalia terhadap staf magang.

Leony Fu tahu Elena Zhang dalam suasana hati kurang baik. Dia lantas melayangkan serentetan pertanyaan yang mengganjal hatinya sejak melihat wajah murung Elena Zhang. "Ada apa dengan raut wajahmu itu? Apa ada hubungannya dengan telepon Rayyan barusan? Bagaimana bisa kau memberikan nomorku kepadanya?"

"Aku menabraknya!" beritahu Elena Zhang tetap dengan ekspresi murung bersemayam di wajah cantiknya.

"Apa?!" Leony Fu sedang duduk di kursi direktur di depan Elena Zhang langsung berdiri saking kagetnya. "Bagaimana dengan kondisinya? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana sampai kau bisa menabrak mobilnya?"

"Tidak perlu terlalu heboh seperti itu. Dia baik-baik saja. Hanya mobil bagian belakangnya saja yang rusak. Aku pun tidak tahu bagaimana bisa menabraknya. Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba. Aku memberikan nomormu untuk mengganti rugi kerusakan mobilnya."

"Elena, kau membuat keadaan menjadi rumit. Dia pasti memanfaatkan masalah ini untuk menjeratmu." Leony Fu sangat yakin dengan pikirannya saat ini. Seorang playboy seperti Rayyan Wang pantang mendapatkan penolakan dari seorang gadis. Ada celah untuk memasuki kehidupan Elena Zhang, tentu saja Rayyan Wang akan memanfaatkan semua peluang itu.

"Aku tidak sebodoh itu untuk dimanfaatkan olehnya. Makanya aku memberikan nomormu untuk mengantisipasi semua kemungkinan itu. Kau pikir siapa yang mau berhubungan dengan pria mesum sepertinya?"

"Bagus sekali, Sayang. Kau memang pintar!" Leony Fu memuji kecerdikan Elena Zhang. "Serahkan sisanya kepadaku. Aku akan menangani semuanya." Leony Fu tentu akan membantu Elena Zhang. Rayyan Wang mana bisa menang berurusan dengan mereka berdua.

Leony Fu mengajak Elena Zhang ke Rsetoran untuk makan siang sebelum serah terima jabatan. Elena Zhang pun menyetujui. Dia membutuhkan energi sebelum melakukan pekerjaan. Energi sebelumnya telah terkuras habis untuk menghadapi kegilaan Rayyan Wang dan menyelesaikan masalah perundungan di departemen personalia.

-

Elena Zhang dan Leony Fu berjalan memasuki restoran. Ketika di pertengahan jalan, Elena Zhang ditabrak oleh sosok seorang pria berpostur tinggi tegap dan sangat memesona. Mata sampai tidak ingin berkedip bila tidak sengaja melihat ke arahnya.

"Kau--" Elena Zhang mau memaki orang yang tidak sengaja telah menabrak dirinya. Akan tetapi, dia menghentikan perkataanya saat melihat wajah Rayyan Wang, sedang tersenyum lebar menatap dirinya.

Sepertinya langit sudah menggariskan bahwa Elena Zhang dan Rayyan Wang untuk saling terhubung. Tidak menjalin janji pun mereka dipertemukan di sebuah restoran dekat kantor EZ Cosmetics.

"Nona Zhang, kita bertemu lagi." Rayyan Wang tersenyum, tidak marah seperti Elena Zhang. Rasa gelisah dan tidak nyaman sebelumnya segera terhapus semua berganti kebahagian mengisi seluruh relung hatinya.

"Ini kesialanku! Sebelum keluar rumah seharusnya aku mengecek lamaran bintang terlebih dahulu."

Ini sudah ketiga kalinya mereka bertemu secara kebetulan. Elena Zhang mulai meragukan ini sebuah kebetulan. Dia berpikir bahwa Tuhan sedang membuat suatu rencana besar antara dirinya dengan Rayyan Wang. Dalam hatinya, Elena Zhang berdoa agar Tuhan memberinya rencana terbaik untuk memisahkan mereka berdua. Semoga saja Tuhan membantunya menyelesaikan seluruh permasalahan diantara mereka. Dia ingin hidup bebas tanpa terikat hubungan pernikahan dengan Rayyan Wang.

"Nona Zhang, marah-marah tidak bagus untuk kesehatan. Kau bisa terkena stroke juga cepat menua."

"Aku tidak butuh nasehatmu! Mulut punyaku sendiri, terserah aku mau menggunakannya seperti apa, ada masalah apa denganmu? Menyingkirlah, aku mau lewat!" Elena Zhang tidak luluh mau bagaimana pun lebarnya senyuman menghiasi wajah Rayyan Wang. Dalam pandangan Elena Zhang saat ini, Rayyan Wang tidak lebih dari setumpuk kotoran yang harus disingkirkan sesegera mungkin.

"Sebagai permintaan maaf telah menabrak Nona Zhang. Bagaiman kalau aku traktir makan siang?"

"Terima kasih banyak, Tuan Wang. Sayangnya aku belum begitu miskin, sehingga harus ditraktir olehmu. Kalau kau mau berbaik hati. Di luaran sana ada banyak anjing kelaparan. Kau boleh mentraktir mereka dan makan bersama mereka." Elena Zhang tersenyum lepas usai mengatakan perkataan sarkastiknya.

"Kalau aku mengajak anjing di luaran sana dan mengajakmu makan bersama, apa boleh?" mata Rayyan Wang berkedip bebas menggoda Elena Zhang.

Rayyan Wang tahu Elena Zhang sedang berbicara sarkas kepadanya, tapi dia tidak peduli malah bersikap seolah tidak mengerti. Untuk urusan menebalkan muka di hadapan orang lain dia adalah ahlinya. Menaklukkan hati seorang wanita memang membutuhkan perjuangan. Wanita mana yang tidak bisa dia taklukkan. Sudah ada beberapa wanita bersikap jual mahal sebelumnya. Nyatanya, wanita itu takluk semua dengan semua trik yang dimilikinya. Untuk Elena Zhang, Rayyan Wang yakin hanya menunggu waktu saja. Saat itu terjadi dia mau lihat Elena Zhang masih bisa bersikap sombong seperti ini, atau tidak? Tunggu saja! Dia adalah pria pemburu wanita sejati, mana mungkin mudah menyerah ketika dihadapkan dengan segelintir permasalahan seperti ini. Kalau pun ada gunung melintang, dia mampu untuk meratakannya menjadi jalanan datar tanpa usaha berarti.

"Tuan Wang, apa kepalamu ada terbentur benda keras? Tolong pergi ke dokter untuk memeriksa otakmu. Aku takut ada bagian yang korslet sehingga kau selalu berbicara melantur."

"Nona Zhang, kepalaku memang ada terbentur sesuatu. Tapi, aku tidak membutuhkan dokter, yang kubutuhkan adalah perawatan darimu. Ingatlah tadi siang kau baru saja menabrakku."

Elena Zhang tidak tahan lagi mendengar omong kosong Rayyan Wang. Elena Zhang melambaykan tanganya memenggil bagian keamanan. "Pak, tolong usir pria di depanku ini. Dia sudah menggangu ketenanganku."

Jarak penjaga keamanan tidaklah jauh. mereka langsung menarik Rayyan Wang untuk pergi. "Nona Zhang, kau tunggu saja. Aku pasti bisa membutmu tunduk di hadapanku!"

Rayyan Wang tersenyum pongah menatap Elena Zhang dengan tatapan menggoda.

"Tuan Wang, kalau mau bersikap sombong tunggu nanti saja!"

Selesai berkata begitu, Elena Zhang menarik tangan Leony Fu mengajaknya masuk ke ruang VIP.

-

"Elena, nampaknya suamimu itu telah terjerat dengan penampilanmu. Tidakkah kau berencana untuk hidup bersamanya saja? Jika dia mengetahui identitas aslimu, aku yakin pernikahan kalian akan baik-baik saja." Leony tidak berbicara sebenarnya. Dia sedang berbicara tentang perandaian untuk menggoda Elena Zhang.

"Untuk apa mempertahankan pria bajingan sepertinya? Tidak tahu burungnya sudah singgah ke mana saja."

Yang dimaksud burung oleh Elena Zhang barusan merujuk barang milik Rayyan Wang. Pria seperti Rayyan Wang pasti sudah menghabiskan malam dengan puluhan bahkan ratusan wanita selama hidupnya.

Rasa jijik akan Rayyan Wang mendominasi pikiran Elena Zhang.

Elena Zhang kembali mengingat perkataan sarkastik Rayyan Wang saat itu yang menganggap dirinya babi ternak dan karung beras. Rasa sakitnya masih membekas di dasar hatinya yang terdalam.

Apa dia wanita bodoh? sehingga masih memiliki minat untuk bersama Rayyan Wang?

Jelas saja dia tidak akan terpikirkan hal seperti itu!

Setiap mengingatnya, dada Elena Zhang terasa sesak. Tanpa sadar, Elena Zhang mengepalkan tangannya, meremasnya berulang kali seolah Rayyan Wang ada dalam genggamannya.

Elena Zhang memastikan akan membalas setiap penghinaan Rayyan Wang terhadap dirinya.

'Pria bajingan itu! Aku akan menendangnya keluar seperti babi ternak, juga melemparkannya seperti karung beras!' pikir Elena Zhang dengan tatapan berapi-api sudah tidak sabar menantikan hari itu tiba.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status