Bab 16Ajakan Makan Malam (2)Klien?Dibenakku seketika menari-nari bayangan tentang jamuan makan malam resmi dengan busana yang serba wah. Apalagi mas Ibra harus berhadapan dengan orang-orang yang akan bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja."Rasanya aku nggak pantas menemani Mas. Sebaiknya Mas cari wanita lain saja deh. Aku mungkin nanti akan memalukan Mas Ibra saja di sana." Aku menggeleng sembari mengamati penampilanku. Saat ini aku hanya mengenakan celana panjang lebar dengan atasan kaos berlengan panjang.Aku tidak terlalu suka berdandan, apalagi menggunakan make-up. Sehari-hari aku hanya mengenakan pakaian yang memang nyaman kukenakan. Celana atau rok panjang dengan blouse berlengan panjang pula. Tak lupa, jilbab instan melekat di kepalaku.Jujur, aku merasa inscure."Apanya yang nggak pantas sih, Kay?" Mas Ibra menyahut."Jika aku mengajakmu, berarti aku menganggap kamu pantas. Kamu nggak perlu takut. Ini hanya jamuan makan malam biasa dan kebetulan pertemuannya diad
Bab 17Sayang, Kamu Menyusulku?Mas Gilang berdiri dan disusul oleh Anggi. Sementara beberapa orang temannya nampak saling berpandangan, kecuali Mas Ibra yang segera berdiri dan menghampiriku."Sayang, kamu menyusulku?" Suaranya begitu lirih. Namun masih bisa didengar oleh beberapa orang yang duduk berdekatan dengan tempat kami berdiri.Perkataan mas ibra sukses membuat perasaanku menjadi tidak karuan. Ada debaran yang tak biasa berpendaran di dadaku."Maaf," lirihku sembari menunduk. Apa yang ingin kuucapkan seketika menjadi buyar tatkala interaksi kami ditonton oleh semua orang yang duduk mengelilingi meja besar itu.Aku benar-benar malu. Ternyata langkahku salah. Kurasa lebih baik jika aku membawa Keisha keluar saja dari restoran ini, daripada harus menghampiri Mas Ibra yang jelas-jelas sedang bekerja. Namun beberapa detik kemudian aku berpikir, bahwa area hotel ini terlalu luas dan kemungkinan aku bisa tersesat, sehingga akan membuat Mas Ibra semakin repot.Seolah paham dengan ap
Bab 18Dapat Berapa Ronde?Aku menghela nafas, kemudian segera berbalik melangkah menuju ranjang.Waktu tidak banyak?Ucapan Mas Ibra masih terngiang-ngiang di telingaku. Apa maksudnya? Mengapa pria itu menganggap waktunya tidak banyak? Ada apa ini? Pikiranku menjadi tidak karuan. Jika di runut dari perkenalan pertama kami dan bagaimana gigihnya selama ini ia mendekat pada kami, aku dan Keisha, memang terasa ada yang janggal. Mas Ibra seperti menyembunyikan sesuatu."Tapi sikapnya terhadap Keisha dan diriku malam ini begitu natural, bahkan di hari yang lain pun juga begitu. Tidak terkesan dibuat-buat," gumamku seraya menatap putri kecilku yang tertidur pulas. Putri kecilku yang entah kenapa begitu lengket dengan mas Ibra, satu hal yang sebenarnya membuatku merasa cemas.Aku takut Keisha ketergantungan dengan sosok mas Ibra, karena bagaimanapun hanya ia satu-satunya lelaki dewasa yang benar-benar memperlihatkan kepeduliannya. Keisha tentu mengenal mas Dicky, tetapi tidak sedekat mas I
Bab 19Bisakah Kita Tetap Berhubungan, Kay?"Oh, ya? Jadi memangnya siapa pria ini?" Tiba-tiba dadaku berdebar. Mas Ibra memang tidak pernah memberitahu apa pekerjaannya selama kami berhubungan dekat."Tuan Ibrahim Al-Fazari adalah pemilik Almeera Hotel tempatmu menginap tadi malam dan tempat kita bertemu dan mengadakan pertemuan...."Tubuhku seketika lemas, bahkan nyaris saja luruh ke lantai, andai saja tangan mas Ibra tidak menahan tubuhku sehingga tetap tegak berdiri."Kamu baru tahu, bukan? Apakah pria ini tidak memberitahumu jika dia sebenarnya adalah pemilik Almeera Hotel? Pria itu memunculkan seringai dari bibirnya, lantas kembali mendekat."Aku...." Tanganku yang lemah berusaha mengibaskan tangan mas Ibra yang tengah merangkul pinggangku."Jelasin Mas, apa benar yang dikatakan oleh Mas Gilang?!"Namun hanya anggukan yang kudapat dan genggaman erat yang membawaku untuk duduk di sofa."Jadi jangan bermimpi, Kayla! Jangan pernah bermimpi bisa menikah dengan Tuan Ibra setelah kita
Bab 20Pergi Dari Rumah "Dan kamu tentu tahu alasanku, mengapa aku membawa Kayla dan Keisha ikut dalam pertemuan tadi malam....""Tapi sayangnya mantan suami Nona Kayla malah hadir," sahut Evan."Ini memang di luar dugaan, Van.""Aku juga tidak menyangka jika ternyata Gilang menjadi salah satu orang yang menjadi perwakilan perusahaan travel itu. Aku pikir yang datang hanya orang yang berada di level direktur, tapi ternyata Gilang malah ikut, bersama selingkuhannya itu pula." Ibra menghembuskan nafas."Tapi saya lihat tadi malam mantan suami Nona Kayla itu sangat kepanasan." Pria itu seketika terkekeh. Tentu saja Evan mengamati ekspresi wajah Gilang yang bak kepiting rebus meski di sisinya ada Anggi yang berusaha menenangkannya."Tentu saja. Gilang selalu berpikir jika Kayla akan terpuruk setelah keluar dari rumah itu dan bercerai. Tapi nyatanya tidak, kan? Mereka akan segera bercerai secara resmi dan aku bisa segera membawa Kayla kepada Ummi dan Abi...."Sorot mata Ibra terlihat send
Bab 21Tetaplah Di Sisiku, Kay"Kenapa aku bisa berada di sini? Tempat apa ini? Bukannya aku tengah tertidur di mobil? Atau, jangan-jangan aku sedang bermimpi?!"Aku mencubit pergelangan tanganku berkali-kali. Namun tetap saja terasa sakit. Aku mulai mempercayai jika ini adalah nyata. Aku menatap sekeliling, ruangan yang indah dengan ranjang besar yang kini menjadi tempat tidurku. Ada meja rias dengan lemari pakaian yang sangat besar.Belum sempat tuntas aku mengagumi keindahan ruangan ini, mendadak pintu terbuka."Kamu sudah bangun, Kayla?" Suara yang sangat kukenal. Suara dari sosok lelaki yang ingin aku hindari saat ini "Mas Ibra?" Aku beringsut hingga punggungku menyentuh kepala ranjang."Kamu tidur nyenyak sekali, Kayla. Sampai tidak menyadari jika aku memindahkanmu ke apartemen ini." Senyum lelaki itu terbit, mungkin lantaran melihatku yang tengah kebingungan."Apartemen?" Bibirku bergerak saat langkah-langkah pria itu semakin mendekat. Jarak diantara kami sudah kurang dari sat
Bab 22Ikut Ke Almeera Hotel Baru saja Ibra merebahkan tubuhnya di kasur mendadak dia harus bangkit kembali manakala mendengar ponselnya menjerit-jerit. Telepon dari ibunya, Azizah.Pria itu mendesah. Ini pasti masih ada kaitannya dengan pemberitaan itu. Benar-benar menyebalkan."Apa benar kamu pernah liburan bersama dengan Fahda?" Pertanyaan itu lebih bernada sebuah tuduhan."Jadi Ummi lebih percaya dengan pemberitaan itu, ketimbang denganku? Bukankah hal seperti itu sudah biasa terjadi dan dilakukan oleh keluarga kita untuk membentuk opini publik?" sahut Ibra kesal. Dunia seolah tidak berpihak kepadanya dan ia hanya sendiri menghadapi keluarga Al-Ahdal."Ummi hanya ingin memastikan, Nak." Suara Azizah merendah. "Sebab ada yang lebih Ummi cemaskan, mengingat kalian yang sudah sama-sama dewasa. Ummi tidak mau mendapatkan cucu dadakan.""Cucu dadakan dari Hongkong?" Ibra terkekeh."Ummi pikir saja deh, memangnya aku dan Fahda berani mempertaruhkan nyawa? Apa Ummi lupa dengan hukum y
Bab 23Kabar Dari Icha"Ada apa, Sayang?" Rupanya pria itu pun turun dari mobil dan mungkin mengamati raut wajahku yang terlihat muram."Rumah Mama Kumala." Aku menunjuk kepada tulisan itu dan ditanggapi oleh Mas Ibra dengan sebuah anggukan.Dia meraih tanganku dan memberi isyarat agar aku segera kembali ke mobil. Aku menurut. Setelah mendaratkan bokongku di jok, mobil kembali meluncur, meninggalkan bangunan yang pernah menjadi kebanggaan mantan mertuaku itu.Ada apa ini? Kenapa rumah mama Kumala malah disita? Bukankah selama ini tidak pernah terdengar jika mantan mertuaku itu terlilit hutang? Apalagi sikap jumawanya selama ini sampai ke ubun-ubun dan aku selalu menjadi pihak yang direndahkan.Pikiranku segera berkelana mengingat pertemuan terakhir kami dan juga mas Gilang yang akhir-akhir ini selalu menguber-uberku soal rujuk. "Apa ini berarti mereka semua kini tinggal di rumahku yang dulu?" Dibenakku penuh pertanyaan."Kalau kamu ingin mengetahui kenapa rumah mantan mertuamu itu d