Share

Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna
Ketika Rasa Hormat Istri Telah Sirna
Penulis: Silla Defaline

Chapter 1

     Sepasang manusia nampak menuruni mobil. Tangan si pria mengandeng pundak wanitanya. Mesra sekali. Lelaki yang telah menginjak usia kepala empat tersebut nampak begitu sumringah. Sesekali ia mencandai si wanita yang tengah ia gandeng, dengan kata-kata layaknya pasangan romantis.

     Apakah mereka suami istri?

     Tidak, mereka belum di ikat oleh hubungan apa-apa. Bahkan si pria telah memiliki seorang istri dan seorang anak yang sudah beberapa hari ini tidak ia beri kabar apapun. Demi wanita cantik yang sekarang berada di sampingnya.

     Keduanya berjalan menuju ke sebuah kafe di pinggiran pantai.  Busana pendek yang di kenakan oleh si wanita, menampakkan paha mulus nan s*ksi, semakin memanjakan mata sang pria.

     Mereka mengambil posisi duduk di bagian pojokan.

     Tiba-tiba muncul beberapa orang mendekati mereka.

     "Maaf, Pak. Bapak yang bernama Fernando Prasetyo?" Tanya salah satu di antara mereka.

     Fernando terkejut,

     "Iya, benar. Ada apa?"

     "Apakah ini istri Anda?"

     "Iya benar. Memangnya ada apa?" Jawab Fernando tanpa pikir panjang.

     Beberapa di antara mereka bergumam tidak jelas. Membuat Fernando kesal. Tentu saja kesal, karena kedatangan orang-orang itu mengganggu kemesraannya bersama sang pujaan hati.

     "Kalian suami istri. Tapi berita orang hilang itu istrinya bukan ini." Ujar salah seorang dari mereka. 

     Mendengarnya, Fernando semakin tidak nyaman.

     "Maksud kalian apa? Kami baru saja menikah. Sudahlah aku tidak punya urusan sama kalian." Fernando mengusir orang-orang tersebut dengan isyarat gerakan tangan.

     "Tapi... Tapi.. "

     "Tapi, tapi apalagi?" Gertak Fernando 

     Beberapa di antara mereka terdiam.

     Samar-samar terdengar gumanan mereka satu sama lain.

     "Sepertinya kita harus telepon polisi, soalnya aku tidak ingat nomor keluarga yang bisa dihubungi di televisi kemarin." 

     Namun ujaran dengan nada kecil itu terdengar oleh Fernando. Fernando segera mendekati orang yang baru saja berujar tadi.

     "Apa maksudmu ingin memanggil polisi? Aku bukanlah seseorang yang bermasalah."

     "Tapi bukankah di berita itu... Benar-benar wajah bapak?"

     "Berita ... Berita ... Berita apa lagi yang kalian maksud? Sudah ... Mungkin kalian salah orang. Sudah ... bubar kalian! Jangan mengganggu kenyamanan kami." 

     Fernando mendekati perempuan yang sedari tadi menemaninya yang masih terlihat bingung.

     "Ayo sayang kita pergi dari sini! Tempat ini membuatku tidak nyaman." Fernando menarik tangan wanitanya menuju ke mobil.

     Dengan cepat mobil mereka meluncur menuju ke tempat lain.

     "Kenapa sih Mas, orang-orang tadi menghampiri kita? Apa mas punya masalah. Kalau benar begitu,  Anggia tidak mau terlibat masalah." Si wanita terlihat tidak senang.

     "Tidak, Sayang. Mereka cuma salah orang. Kan memang banyak di dunia ini yang memiliki wajah yang hampir-hampir mirip."

     "Tapi kok mereka bisa menyebut nama Mas dengan benar dan lengkap?" Anggia penuh tanda tanya.

     "Ah sudahlah, paling-paling mereka mencuri-curi namaku dari perusahaan. Pokoknya hari ini jadwal kita untuk berlibur bersama, jangan biarkan ulah mereka mengganggu liburan kita." Fernando membelai rambut wanita yang tadi ia sebut Anggia.

    Akhirnya mereka turun di sebuah kafe yang terletak di kawasan elite. 

     "Kita makan di sini saja." Ujarnya.

     Namun baru saja mereka ingin memasuki restoran, sekonyong-konyong kembali dua orang pemuda mendatanginya.

     "Maaf, bapak yang bernama Fernando Prasetyo?" Salah seorang dari mereka bertanya.

     "Mmm memangnya ada apa?" Lagi-lagi Fernando terkejut.

     Dua orang pemuda tersebut memperhatikan Fernando dengan seksama.

 

    "Tolong kalian mikir dulu tidak usah memperhatikanku seperti ini. Aku ini bukan maling." Tidak senang. Kedua orang di depannya malah menyipitkan mata.

     Malas diperhatikan sedemikian rupa. Fernando kembali menarik tangan Anggia menuju ke tempat yang sedikit lebih sepi.

     "Sayang maaf sebaiknya kita pulang dulu ke hotel sekarang. Sepertinya ada yang tidak beres. Mengapa ada orang-orang yang memandangku dengan pandangan aneh."

     "Ya aku juga nggak nyaman nih. Masa kemana-mana kita diperhatikan seperti seorang selebritis aja." Anggia cemberut.

     "Iya kamu benar. Ayo, Sayang." Ajak Fernando, Anggia menurut.

     "Mas, sebaiknya kenakan maskermu dengan baik. Supaya tidak ada orang yang bisa melihat wajahmu." Anggia mengingatkan.

     "Yup, kamu benar, Sayang."

     Dengan cepat Fernando merogoh tasnya, mengambil dan memasang masker dengan baik ke wajah.

    Hari ini sungguh hari yang membingungkan bagi kedua sejoli dengan hubungan terlarang tersebut.

     

***

     

     Di sebuah ruangan hotel, Fernando dan seorang wanita seksi begitu menawan dan memanjakan mata, duduk di pangkuannya. Wanita itu adalah Anggia.

     "Aku masih bingung dengan orang-orang tadi, Mas." Dia mengungkapkan kekesalannya.

     "Tidak apa-apa, Sayang. Jangan terlalu dibawa pusing. Mereka adalah orang-orang yang salah mengira. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah masa depan."

    

      Fernando membelai rambut panjang dan lurus yang di bleaching kecoklatan tersebut.

     "Apa tekat Mas sudah bulat dan berjanji tidak akan menyesal menikahi aku? Kan dengan begitu artinya Mas juga menduakan istri pertamamu itu Mas?" Anggia menatap pria yang memangkunya.

 

     "Iya dong, Sayang. Melanie sama sekali bukan penghambat untuk pernikahan kita yang akan dilakukan dalam waktu yang tidak lama lagi. Semuanya pasti akan berjalan dengan mulus." Ujar lelaki tersebut.

     "Bagaimana dengan istrimu itu apa dia tidak tahu soal ini? Atau perlu untuk memberitahunya?"

     "Tidak, dia tidak perlu mengetahui  pernikahan kita. Tidak ada gunanya juga. Yang penting nanti akad nikah kita selesai. Kalau pernikahan kita sudah selesai, dan dia mengetahuinya, ya sudah terserah dia mau bilang apa."

     ujar Fernando sambil membelai-belai rambut panjang kekasihnya, yang sebentar lagi akan ia nikahi secara sah, meskipun sebagai istri kedua.

    "Tapi aku takut, Mas. Nanti dia tahu lalu malah melabrak saya." Anggia memasang mimik wajah khawatir.

    "Tenang saja, mas akan melindungi kamu. Mas tidak akan membawamu dalam masalah. Mas akan memberikanmu sebuah rumah, yang lokasinya jauh dari kediaman Melanie. sudah begitu kamu tidak usah khawatir, Melanie kan tidak terbiasa pergi kemana-mana. Palingan dia itu cuma sibuk di butiknya yang tidak seberapa itu...," 

     "Sayang lihat itu?" Teriak Anggia tiba-tiba sambil telunjuknya menunjuk ke arah layar televisi.

     Teriakan Anggia mengejutkan Fernando.

     Fernando menolehkan kepalanya kearah layar televisi yang ditunjukkan oleh Anggia. betapa terkejutnya dia ketika ia melihat fotonya terpampang dengan jelas di sana, disertai dengan nama lengkap tertulis jelas di urutan daftar nama pengumuman orang hilang.

     "Haaa? Mengapa foto dan namaku terpampang di sana?"di daftar orang hilang?"

    Fernando terbelalak.

Bersambung...

     

 

     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status