Share

Bab 8. Keinginan Pria Aneh

Bella sedang menghitung jumlah tabungan miliknya, dia memikirkan pengeluaran dan juga kebutuhan Aria yang semakin besar. Dia kebingungan harus mencari pekerjaan tambahan kemana lagi, sedangkan satu kerjaan saja belum ada yang membantunya. Seketika ingat masa di mana Rafa selalu tahu apa yang sedang dipikirkan Bella, dia melihat lagi ke arah putrinya yang sudah tidur pulas di atas tempat tidur kecil meski cukup untuk berdua, tapi itu jauh berbeda dari dulu. "Bagaimana aku bisa membuat ini lebih baik dari sebelumnya?" gumam Bella.

Merasa kesulitan menghadapi hari yang berat dengan pekerjaan yang sudah dia lalui. Menjadi pelayan cafe tidak sulit, tapi yang membuat dia berat ketika ada banyak tamu yang memperlakukannya dengan tidak baik. Terlebih lagi, dia juga takut jika putrinya tahu dan akan merasa malu jika ibunya bekerja sebagai pelayan di tempat hiburan.

Bella mengela nafas tidak tahu harus melakukan apalagi agar dia bisa dapat penghasilan yang sepadan dengan kebutuhannya. Sebuah ketukan dibalik pintu terdengar membuat Bella mengerutkan dahi, apalagi ada banyak aktivitas malam di luar. Dia tidak berpikir untuk keluar malam setelah berhenti mengambil shif malam di cafe.

Tapi ketukan itu berulang membuat Bella takut putrinya akan terbangun dan membuatnya harus membujuk anak gadis yang banyak pertanyaan itu.

Bella mengerutkan dahi melihat seorang pria berdiri tepat di depan pintu.

"Ada apa?" tanya Bella.

"Nyonya memanggil Anda."

Meski Bella tidak tahu apa tujuan Mona memanggilnya, dia mengangguk dan pergi setelah mengunci pintu berharap Aria ridak terbangun dari tidurnya. Langkah kakinya memasuki rumah setelah melewati orang-orang yang memperhatikannya, Bella duduk sambil melihat beberapa pria yang pernah dia lihat ada duduk di sana tanpa bicara padanya.

Bella duduk diam menunggu tantenya datang setelah tahu dia masih di dalam berbicara dengan seseorang dibalik telepon.

"Dia bicara dengan siapa, lama sekali?" gumam Bella mengerutkan dahi setelah lama duduk di sana.

Mona datang sambil tersenyum bersemangat sudah melihat Bella ada di sana menunggunya.

"Kau sudah tidak ambil shif malam lagi?" tanya Mona.

"Ada apa Kau memanggilku?" tanya Bella tanpa menanggapi pertanyaan Mona terlebih dahulu.

"Kau ini, selalu terburu-buru dalam banyak hal," gerutu Mona.

Bella terdiam menatap Mona tanpa bicara.

"Bekerja denganku Kau mau?

Bayarannya lebih dari tempat Kamu bekerja sekarang?" Mona langsung ke inti pembicaraan.

"Kau pikir menjadi wanita penghibur lebih baik dati bekerja di shif malam di cafe?" tatap Bella.

"Kau tidak akan banyak melakukan pekerjaan, hanya menemui klienku yang mau bertemu denganmu. Tapi dia memintamu ada setiap kali dia minta," jelas Mona.

"Oh, aku tidak mau," tegas Bella.

Mona tertegun mendengar jawaban Bella tanpa banyak bertanya padanya.

"Hei, ini kesempatan bagus bekerja tanpa lelah dan menguras waktu!" seru Mona.

"Waktu yang terbuang justru melelahkan, Tante," balas Bella.

Mona berpikir keras mencari cara agar Bella patuh padanya. "Bagaimana dengan Aria?"

Bella mengerutkan dahi mendengar Mona mengatakan tentang Aria. "Apa maksudmu dengan putriku?" tatap Bella.

"Dia sekolah dan sedang dalam masa pertumbuhan yang tidak boleh kekurangan apapun," jelas Mona.

"Jangan lupa, Aria justru tidak akan menyukainya jika aku menggunakan cara itu untuk mendapatkan kehidupan lebih baik," ucap Bella.

"Darimana Kau akan mendapatkan biaya semester dan juga alat peraga dia di sekolahnya?" tanya Mona lagi.

Bella terdiam, dia memang sedang kekurangan dana untuk permintaan Aria yang mengatakan akan ada banyak kebutuhan dan alat yang harus dia beli dan gunakan untuk kegiatan sekolahnya. Meski maaih punya simpanan tapi itu tidak akan cukup untuk Aria.

"Aku akan memikirkannya nanti," ucap Bella.

"Tidak ada waktu untuk berpikir La! Malam ini juga Kau harus menemuinya," tegas Mona.

"Kau terlalu memaksakan dan aku tidak akan melakukannya," tatap Bella.

"Apalagi yang Kamu pikirkan, biar aku yang mengatasi Aria!" tegas Mona.

"Cukup Mona, jangan melewati batas."

Penegasan Bella membuat Mona berhenti bicara, Bella sudah pergi sekarang tanpa memberikan jawaban yang pasti untuk Mona.

"Sialan, kenapa harus wanita ini sih yang dia mau?" rutuk Mona berbalik pergi masuk ke kamar dengan perasaan kesalnya.

Bella berjalan perlahan dengan banyak hal yang dipikirkannya. Apalagi perkataan Mona benar tentang kondisi keuangan dia untuk putrinya sangat tidak membaik jika dia terus seperti itu. Padahal ada begitu banyak orang yang melihat Bella berjalan mengabaikan mereka, tapi wanita itu kembali ke rumahnya tanpa menjawab seseorang bertanya padanya.

Pagi harinya seperti biasa Bella sudah menyiapkan sarapan dan melihat Aria sudah siap untuk berangkat sekolah. Dalam pikirnya jika Aria bersama ayahnya dan juga banyak hartanya mungkin mereka tidak akan kesulitan memikirkan seperti iuran sekolah. Tapi dia tersadar lagi mengingat mantan suaminya itu bahkan tidak mengingat dia memiliki anak dan istri tanpa harta peninggalan.

"Apa yang sedang dipikirkan Ibu?" tanya Aria.

"Apa yang diperlukan Aria di sekolah?"

"Mungkin belajar dengan baik," jawab Aria menahan diri untuk membahas tentang iuran yang selalu di tanyakan oleh wali kelas dan menambah beban sang ibu.

"Kalau begitu, sekolah yang baik dan lakukan apapun menurut Aria benar!" seru Bella dibalas anggukan Aria.

Aria sudah berniat membatalkan mengikuti kegiatan sekolah yang harus merogoh kantong ibunya dengan sangat kritis. Dia tidak berpikir ibunya memiliki uang sebanyak itu hanya untuk biaya sekolahnya.

"Jangan menahan diri jika mau mengikutinya, lakukan saja. Aku akan berusaha untukmu," tegas Bella.

Aria tertegun setiap kali memikirkan banyak hal dan ibunya mengetahui apa yang sedang dipikirkannya membuat Aria penasaran bagaimana Bella bisa tahu isi hatinya.

Setelah membiarkan Aria pergi sekolah, Bella keluar rumah berjalan-jalan. Rencana Mona pergi hari ini juga membuat dia kebingungan. Bella pergi ke cafe dengan pikiran yang kacau setiap kali mengingat Aria dan ucapan Mona.

"Apa yang terjadi, Bella?" tanya Manager.

"Saya mau ambil cuti sehari apa boleh?" tanya Bella.

"Pergilah, kalau ada hal yang harus Kamu kerjakan!"

"Apa Anda sungguhan mengizinkan saya?" Bella ingat dia masih baru bekerja di sana.

"Atau Kamu mau aku tidak mengizinkanmu?"

"Tidak, biar saya pergi!" seru Bella.

Si tengah Mona yang sibuk dengan anak buahnya dan juga berniat pergi kesibukan dan juga panggilan telepon dari seseorang membuatnya terlihat repot melakukannya. Mobil sidah siap begitupun dua anak buahnya dan juga beberapa gadis. Mona mengerutkan dahi melihat Bella berdiri di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Mona.

"Aku akan pergi denganmu," tegas Bella.

"Astaga, itu baru benar! Cepat Kamu masuk jangan khawatir tentang Aria. Lisa akan menanganinya dan mengurusnya dengan baik!" Mona terlihat bersemangat kali ini, dia pikir hari akan suram karena dia tidak berhasil mengajak Bella untuk ikut pergi ke dermaga menuruti permintaan kliennya yang tidak masuk akal menginginkan seorang wanita yang sudah memiliki anak untuk melayaninya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status