Home / Rumah Tangga / Ketika Adikku Inginkan Suamiku / Bab 16. Suamiku Bersama Adikku di Restoran

Share

Bab 16. Suamiku Bersama Adikku di Restoran

last update Last Updated: 2024-12-25 08:04:16

*****

“Rani! Kau bisa jelaskan semua ini!” lirihku. Lututku tiba-tiba terasa lemas. Tubuh ini sangat berat. Aku tak sanggup berdiri lebih lama. Tanpa ragu, kujatuhakn tubuh di trotoar jalan. 

“Mala … kau baik-baik saja?” Rani mengguncang bahuku.

“Lho, kenapa, Mbak? Kok malah meniru ibu-ibu yang kemarin itu, duduk lemas dengan wajah pucat, persis di trotoar itu,” celetuk abang tukang cilok. Hatiku kian teriris. Ibuku duduk di sini? Dia duduk di sini sambil menyaksikan pernikahanku? Kenapa disini? Harusnya dia mendampingiku di sana! Di samping pelaminan mewah waktu itu.

“Jangan di situ, dong, Mbak. Itu menghalangi orang lewat, Menghalangi pengguna jalan! Nanti Pak KamTibMas datang, dagangan saya yang diangkut, Mbak. Tolonglah! Jangan terulang lagi, dong peristiwa seminggu yang lalu!” oceh

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 17.  Penyelidikan Dilanjutkan

    ****“Tunggu!”Rani menarik lenganku dengan kencang. Dia membawaku kembali ke luar restoran.“Kenapa kau tidak bilang kalau di sana ada suamimu? Jadi itu sebabnya kau membisu dari tadi? Bodoh!” omelnya sambil melepas pegangannya di lenganku.“Ternyata yang bersama Rara adalah Mas Diky. Aku mau tahu apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka bersama-sama? Di tempat ini, Ran? Ini jauh dari lokasi kampus Rara, jauh juga dari kantor Mas Diky. Berarti mereka sengaja, kan, datang ke sini? Untuk apa?” sergahku pelan.“Kau cemburu? Hehehe … begitu cintanya kau sekarang pada Pak Pol itu? Dulu aja, kau cuek banget?” tuding Rani terkekeh kecil.“Bukan masalah cemburu! Tpi Rara! Dia bermaksud tidak baik pada rumah tanggaku, Ran!” desisiku lemah.Ponselku yang masih berada di tangan Rani tiba-tiba berbunyi.

    Last Updated : 2024-12-25
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 18. Kulepas Suamiku dari Jeratan Adikku

    ****Rani turun, setelah aku mengambil alih kemudi motor meticku.“Besok pagi, aku jemput bareng Mas Andy. Desa Karang sari itu terlalu jauh kalau kita tempuh dengan motor. Aku akan rayu Mas Andy buat mengawal kita besok,” katanya sekali lagi.“Makasih, Ran. Kamu baik banget. Tapi, urusan kampus gimana?”“Enggak apa-apa. Kta tinggal nyusun, kan? Yang penting kamu fokus dulu ke urusan ibu kandungmu, setelah itu baru fokus nyusun skripsimu!” usulnya menyemangati.Aku mengangguk.“Jangan mikir yang macam-macam dulu, tentang Rara dan suamimu! Jangan gegabah dan langsung bertindak di luar kendali! Waspada penting, tapi gegabah bikin pusing, ngerti?”Aku mengangguk lagi.&n

    Last Updated : 2024-12-26
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 19.  Kupaksa Pindah Rumah

    *****Ketukan halus di pintu kamar membuatku terjaga. Rasanya baru saja terlelap. Kulirik Mas Diky di samping. Dia terlelap persis seperti bayi, suara dengkurannya terdengar halus.Kembali ketukan terdengar, entah siapa yang mengganggu malam-malam begini. Awas aja kalau Rara! Tapi, bagaimana kalau Papa? Mungin ada sesuatu yang sangat penting. Pelan aku beringsut turun dari ranjang. Berusaha memicingkan mata yang masih sangat mengantuk. Pelan memutar gerendel pintu, lalu menguakkannya sedikit.“Kau …?” Aku tercekat, Rara berdiri di ambang pintu. Pakaian tidur berenda-renda dari bahan tipis transfaran menempel di tubuhnya. Jelas sekali terlihat isi dalam tubuh yang kuakui memang sangat sintal itu. Di mana otaknya? Dia menuju kamarku hanya dengan pakaian setengah telanjang begini? Dia tahu aku sudah bersuami. Ok, kalau dulu kami masih sama-sama single, enggak masalah

    Last Updated : 2024-12-27
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 20 Ancaman Rara

    *****“Pagi, Papa ….” Kupeluk lelaki paruh baya itu dari belakang. Dia tengah memanaskan sepeda motor Mas Diky.“Eh, pengantin baru … udah bangun aja?” katanya menepuk-nepuk tanganku yang masih melingkar di pinggangnya.“Udah, dong,” sahutku melonggarkan pelukan.“Suamimu sudah bangun juga?” tanyanya melanjutkan mengelap body motor menantu tercintanya itu.“Udah. Nah itu dia!” jawabku menunjuk Mas Diky yang sudah datang menyusul ke teras rumah.“Lho, kok belum pakai seragam, sih? Nanti terlambat, lho!” omel Papa melihat Mas Diky masih mengenakan piyama tidur.“Ini masih jam berapa, Pa? Mas Diky udah mandi, kok. Tinggal ganti seragam aja nanti,” tukasku membela suami tercinta.“Oh, gitu. Ya, udah terserah.” Papa terlihat semringah. Wajahnya begitu terang, terlihat jelas dia begitu

    Last Updated : 2024-12-28
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 21. Ternyata Ibuku “Gil4”

    *****Dua jam perjalanan, kami telah sampai di tempat tujuan. “Selamat datang di Desa Karang Sari”, begitu tulisan yang kubaca saat memasuki gerbang desa. Mas Andy - pacar sahabatku Rani telah meluangkan waktu untuk membantuku mencari keberadaan Bu Niken. Wanita yang telah melehirkan lalu meletakkanku di depan pintu rumah Papa.“Kita ke mana ini?” tanya Mas Andy saat mobil mulai memasuki kawasan rumah penduduk.“Ran, gimana?” tanyaku meminta pendapat Rani.“Kita berhenti di warung itu aja! Kita bisa tanya-tanya dulu,” usul Rani menunjuk sebuah warung semi grosir.Rani langsung turun begitu mobil sudah menepi. Aku juga bergegas turun.“Selamat pagi, Ibu! Maaf mau nanya, rumhnya Ibu Niken, yang mana, ya?” tanya Rani ramah.“Bu Niken? Bu Nike

    Last Updated : 2024-12-29
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 22. Senyum Pertama Ibuku

    *****“Ken ….” Nenek mengelus kepala wanita itu. Yang dielus bergeming. Matanya hanya terpejam, seolah sedang larut dalam mimpi. Ya, wanita itu sepertinya tengah terlelap dalam mimpi.“Niken …! Coba buka matamu, Nduk!” Lihat siapa yang datang!” bujuk Nenek tak henti membelai kepala wanita itu. Disibakkannya rambut panjang yang menutupi separuh wajah. Disatukan semuanya ke belakang kepala, lalu diikat menggunakan karet gelang yang terletak di dekat kaki wanita yang diikat tali tambang. Bau tak sedap menyerang cuping hidung. Sepertinya wanita ini sudah lama tak mandi.Bu Niken, ah … Ibu? Bukan, Mama? Ah! Dengan apa aku harus memanggilnya. Mulutku sangat berat menyebut dengan satu panggilan khusus. Bagaimana aku harus memanggilnya?“Mala … panggil ibumu, Nak! Mungkin dia mau bangun jika

    Last Updated : 2024-12-30
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 23. Mertua Menolak Ibuku

    *****Kuseka sisa air di tubuh Ibu. Dibantu Rani, kami mengenakan daster lusuh, tapi terlihat bersih. Kukeringkan rambut panjang Ibu. Kusisir rapi dengan meminjam sisir rambut di tas sandang Rani.“Ini pakai bedak aku!” usul Rani mulai menaburkan dan meratakan bedak di pipi Ibu. Tak lupa Rani mengoleskan pewarna bibir.“Ibu cantik sekali,” puji Rani memperlihatkan wajah Ibu melalui cermin kecil.Ibu terlihat semringah.“Kita mau pergi ke kota? Mau lihat Mala, ya?” tanyanya dengan mata berbinar.“Lho. Ini siapa?” tanya Rani menunjukku.“Mala … ini Mala putriku?” Ibu kembali terlihat linglung. Wajahnya kembali basah genangan air mata.“Ini Mala, Bu. Kita akan selalu bersama sekarang!” ucapku samb

    Last Updated : 2024-12-31
  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 24. Demi Baktiku Pada Suami Dan Ibu

    *****“Mas …,” sapaku menyambut Mas Diky yang berdiri terpaku di ambang pintu kamar. Kuberanikan diri meraih tangan dan menciumnya dengan lembut.Mas Diky bergeming. Tatapannya masih tertuju ke ranjang besi kebanggaannya. Ranjang yang katanya tidak akan berbunyi meski ada yang tanding gulat di atasnya. Sontak hatiku getir. Pasti Mas Diky sangat kecewa. Dalam bayangannya mungkin akan segera mengendong dan meletakkan aku ke atas pembaringan, begitu tiba di rumah. Kenyataan yang terjadi ranjang itu telah ditempati orang lain. Ibu dan nenekku.Aku salah? Ya, aku salah. Tetapi, ke mana lagikah aku harus membawa mereka? Aku tak punya rumah, tak juga punya uang untuk mengontrak. Pekerjaan pun aku belum ada. Sungguh berbeda dengan Melur. Meski jiwanya lembek, tapi begitu lincah dalam hal mencari penghasilan. Sepertinya aku harus menirunya. Aku tak akan bisa hidup

    Last Updated : 2025-01-01

Latest chapter

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 68. Ekstra part 2 (Tamat)

    ****Kuhirup udara kebebasan dalam-dalam, begitu diri ini berada di luar. Setelah tiga tahun lima bulan terkurung di balik tembok tinggi, terisolasi dari hiruk pikuknya dunia luar, kini aku kembali dipercaya untuk melanjutkan hidup.Aku tahu, masa tahanan ini cukup singkat, dibanding dengan kejahatan yang telah kulakukan. Papa dan Kak Mala, berjuang agar masa tahananku sesingkat mungkin. Padahal, andai seumur hdup di penjara pun, aku ikhlas.Bukan suatu masalah buatku, hidup di dalam penjara. Jujur, aku malah merasa, lebih baik hidup terisolasi di dalam sana dari pada terbuang di luar sini. Yah, aku pasti hidup terbuang di luar ini.Siapa yang peduli padaku, coba? Sapa yang akan mendampingi orang cacat sepertiku? Hanya akan menjadi beban buat orang lain. Bukankah lebih baik hidup di balik jeruji? Entah untuk apa Papa dan Kak Mala berj

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 67.  Ekstra Part 1

    *****POV Rara (Malam sebelum Ratna Tertusuk)“Tidur, Nak! Sudah malam, ayo!” Ibu Niken mendorong kursi rodaku menuju kamar.“Baik, Bu,” sahutku.Tante Lena dan Nenek mengikuti kami, setelah lelah berbincang tentang persiapan pernikahan Bu Niken dengan Papa esok pagi. Tante Lena dan Nenek masuk ke kamar mereka. Sedangkan aku dan BU NIken masuk ke kamar kami sendiri. Sejak aku tinggal di rumah Kak Mala, Bu Nikenlah yang merawatku. Dia sendiri yang menawarkan diri. Kmai sekamar berdua, Nennek dimintanya pindah ke kamar Tante Lena. Alasannya agar mugah melayani segala keperluanku.Sungguh tak kusangka, wanita yang pernah dihancurkan oleh Mama, justru bersikap begitu baik padaku. Saat aku tak berdaya, dia tampil sebagai. Tiada pamrih apa-apa, aku dapat merasakan ketulusan dari setiap tindakannya.Pantas Kak Mal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 66. Gerimis di Akhir Badai

    *****POV MalaTekad Papa untuk menikahi Ibu kembali sepertinya sudah sangat bulat. Dia memenuhi janjinya pada Ibu dan nenek. Sehari setelah surat cerai untuk Mama Ratna keluar, dia langsung datang ke rumah untuk melamar Ibu. Alhamdulillah, Ibu menerima lamaran Papa.Pernikahan mereka akan diadakan seminggu lagi. Ibu tak ingin ada pesta, cukup pernikahan sederhana saja.Bertolak belakang dengan Papa dan Mama mertua. Mereka justru diambang perceraian. Mama mertua tetap menggugat pisah. Segala bujukan dan jalan damai telah kutempuh. Bekerja sama dengan Kak Rahma, kami berusaha menyatukan mereka kembali, tetapi pintu hati mama mertua sepertinya sudah benar-benar tertutup. Anehnya Mas Diky malah mendukung.“Apapun akan Diky lakukan untuk Mama, asal itu membuat Mama bahagia,” janjinya pada ibunya.“Izinkan mama

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 65. Tobatku Karena Kak Mala

    *****POV RaraPerlahan kesadaranku telah kembali. Yang pertama, ternyata aku masih hidup. Saat ini berada di sebuah rumah sakit, tentu saja aku yakin ini adalah sebuah rumah sakit karena ada jarum inpus yang melekat di pergelangan tangan. Ada selang yang ikut bergerak, jika tangan ini kugerakkan. Sebuah botol berisi cairan tergantung di sebuah tiang besi, diatas tempat tidur. Berbagai selang dan wayar menempel di hidung dan tubuh. Aroma obat bercampur karbol menyerang penciuman, Aroma khas rumah sakit.Ingat bagimana tubuh ini terjatuh menyentuh aspal, langsung terlindas sebuah kendaraan. Kukira sudah berakhir. Kenapa, masih berlanjut? Kenapa derita ini masih berlanjut, bahkan efisode berikutnya lebih getir. Skenario yang telah disiapkan oleh Allah, di babak kedua hidup ini, pasti lebih getir. Tentu saja! Wajah-wajah penuh derita telah menyambut kedatanganku. Aku melihat itu.&n

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 64.  Kenapa Kak Mala Melarang Aku Melihat  Kakiku?

    *****POV RaraBenar kata orang, penyesalan itu datangnya selalu terlambat. Seperti halnya yang aku alami saat ini. Entah untuk apa dulu aku meminta preman ini mengobrak-abrik rumah Kak Mala. Usahnya gagal, aekarang malah aku terjebak di sini. Kini, aku harus membayar mahal perbuatan itu.Entah bagaimana caranya agar bisa lolos dari orang sangar ini. Katakutan ini membuatku tak dapat lagi berpikir. Dia akan menjualku kepada laki-laki yang entah siapa, bagaimana tampangnya, bagimana wataknya, dan aku takut. Mama … tolong Rara …. Papa … liat nasip Rara ini Pa!Kak Mala … biasanya kau selalu hadir dan menyelesaikan setiap masalahku. Jangankan masalah yang sulit, masalah yang gampang seklaipun kau sellau hadir untuk menyelesaikannya. Saat akum alas mengerjakan PR sekolah, kau pasti mengerjakannya untukku, saat aku bermasalah dengan teman, kau selal

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 63. Pacar Adikku Memilih Pergi

    *****“Tunggu!”Aku tersentak taget. Alat tulis yang sudah kupegang terlepas dari tangan. Serempak kami menoleh ke arah pintu. Papa dan Ibu berdiri di sana.“Apa yang kau lakukan, Sayang?” Papa mendekat, meneliti gambar di layar, membaca kertas yang hampir saja kutandatangan.“Papa ….” Lirihku menyebut namanya. Wajah Papa memucat, segera mas Diky bangkit, menyeret kursi bekas didudukinya ke belakang Papa. Dengan lunglai, Papa mengjatuhkan tubuh di sana.“Kenapa Ibu membawa Papa ke sini?” tanya Mas Diky berbisik pada Ibu, tapi kami dapat mendengar.“Dia maksa, Nak Diky. Ibu sudah berusaha mencegah,” jawab Ibu membela diri.“Tidak apa-apa, Nak Diky. Papa baik-baik saja,” kata Papa dengan suara lemah.“Papa e

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 62. Rara Melompat Dari Motor, Kenapa?

    *****POV MalaBayangan saat Rara dibawa pergi oleh lelaki sangar itu tak bisa hilang juga. Sungguh aku tak habis pikir, kok mau-maunya si Rara pacaran dengan preman. Apa yang ada laki-laki yang lebih baik lagi?Usahaku membujuk Mama mertua juga sia-sia belaka. Percuma aku merekam percakapan antara Rara dengan Papa mertua di warung bakso tadi. Sedikitpun hati Mama tidak tersentuh. Dia hanya menatap layar dengan wajah membentuk segi delapan. Bibirnya mencibir, lalu mengembalikan ponselku tanpa ekspresi.Sudah tertutup rapat kah pintu hati wanita itu? Kenapa tiada maaf? Setelah pernikahan yang mereka bina selama puluhan tahun, tak bisa kah, dia mengesampingkan ego, demi Anak-anak dan cucu? Begitu sakitkah hatinya? Bukankah Papa mertuaku sudah meminta maaf?Kenapa Ibu bisa memaafkan Papa? Bukankah posisi mereka hampir sama? Sama-sama dihancurkan oleh Rat

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 61. Bang Gandi Menjual Rara

    *****POV RaraNyalang kutatap wajah perempuan yang berdiri di teras sudut warung. Sebenarnya aku sudah melihatnya sedari tadi, tak lama setelah Om Herman masuk ke dalam warung. Syal panjang dan lebar yang digunakannya untuk menutupi wajah dan sebagian tubuh, membuat aku tak mengenalinya. Kukira hanya seorang pelanggan warung bakso. Tanpa kusadari dia merekam semua pembicaraanku dengan Om Herman.Mereka keterlaluan! Sengaja menjebak aku rupanya. Om Herman juga, pura-pura jual mahal! Pura-pura tak perduli lagi pada Mama, rupanya karena takut pada Kak Mala dan Kak Rahma. Pasti mereka datang bersamaan tadi, sengaja untuk mempermalukan.Kak Rahma dan Kak Mala tersenyum puas. Panas rasa hatiku.“Oh, jadi kalian sengaja menjebakku! Om Herman bilang dia datang sendiri, dia sembunyi-sembunyi ke sini, padahal kalian sekongkol! Bangs*t kalian semua!” teriakku meradang. Semua meja yang

  • Ketika Adikku Inginkan Suamiku   Bab 60. Rara Dibawa Preman

    *****Kembali POV MalaSudah tiga hari Mama mertua tinggal di rumahku. Polisi membebaskannya berdasarkan permintaan keluarga korban, yaitu Papa. Ucapan terima kasih tak henti terucap dari mulutnya. Papa yang sudah mulai sering berkunjung untuk menemui Ibu, menanggapinya dengan santai.“Saya khilap, Bang. Gak nyangka banget, si Ratna setega itu. Saya sudah membela dia mati-matian di depan Abang waktu itu, kan? Berbulan-bulan dia dan anaknya itu saya kasih makan secara gratis, kok malah mencuri suami saya,” tuturnya saat baru pulang dari penjara tiga hari lalu.“Iya, Dek Lena, tapi, lain kali, jangan pernah main senjata tajam lagi. Masalah apapun, hadapilah dengan kepala dingin. Seperti halnya sekarang. Cobalah menghadapi Herman dengan kepala dingin!” kata Papa, sepertinya sengaja memancing isi hati Mama mertua.&

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status