Share

Bab 9

Ternyata yang menjadi masalah utama adalah bukan kepindahanku! tapi uang. Bagaimanpun kondisi itu hampir saja membuatku putus sekolah. Di tambah lagi, aku punya masalah dengan diriku__aku punya ego yang terlalu tinggi.

Dengan sedikit keterpaksaan! Ibuku segera mengurus kepindahan ku ke SMA Negeri 11 Ambon. Demi mengurus semua itu, beliau sampai harus menjual emas pemberian dari kakak ku.

Bagi orang kaya__1 atau 2 juta adalah sesuatu yang mudah di dapatkan. Tapi bagi keluarga miskin__itu sangat sulit! Keluargaku benar – benar miskin__coba bayangkan! Hanya untuk mengrus kepindahan ku__itu membutuhkan biaya hampir 2 juta, dan Beliau tidak punyak uang sebanyak itu.

Penghasilannya setiap hari hanya cukup untuk makan__tak ada simpanan__tak ada rencana ini dan itu__yang ada hanyalah terus mencoba bertahan hidup. Terpaksa beliau harus menjual emas.

Aku merasa sedikit bersalah, tapi aku tidak punya pilihan__aku harus pindah. Seiring berjalannya waktu, semuanya kembali normal, aku resmi menjadi siswa SMA Negeri 11 Ambon.

Di awal – awal kepindahanku, setiap pulang sekolah, aku dan teman – teman yang lain sering nongkrong di terminal! Banyak angkutan umum yang hilir mudik disini, kebetulan juga berdekatan dengan pasar mardika.

Kami sering tawuran__itulah aktivitas baruku selepas pulang__tapi lebih dari itu ada seseorang yang kucari! Aku sangat bernafsu ingin bertemu dengan orang itu.

Tapi sampai memasuki hari kelulusan__bahkan sampai saat ini__aku tidak pernah lagi bertemu dengannya__semenjak peristiwa di gedung tua! Aku selalu mencari Stelon__ah, sudahlah, sepertinya aku harus berdamai dengan diriku.

Dan juga ada kabar yang membuatku cukup terkejut. Aku mengetahui kabar itu saat kami sudah beranjak di kelas 12. Julio dan teman – teman yang lain memintaku bertemu dengan mereka di depan halaman SMA Negeri 1 Ambon. Setibaku disana, tanpa basa basi lagi__Julio menceritakan semuanya.

Ternyata setelah aku pindah, peristiwa yang menimpah Lerry terjadi lagi, kali ini korbannya adalah orang lain tapi masih di kelas yang sama, mereka sudah tau siapa pelakunya, kemungkinan besar, orang yang mencuri ponselnya Lerry adalah orang yang sama.

Aku sedikit lega mendengar ceritanya. Perlahan - lahan waktulah yang bisa menjadi saksi atas semua yang telah aku alami! Waktu jualah yang mengungkap semuanya. Aku legah, setidaknya untuk kedepannya__aku bisa menjalani hidupku dengan baik__tanpa harus merasa terbebani.

Julio sempat bercanda untuk memintaku kembali, aku hanya tersenyum__rasanya sangat tidak mungkin aku bisa pindah lagi ke sekolah lamaku. Hari itu Kami banyak bercerita, bercanda dan tertawa lepas.

Mereka merindukan sosok orang sepertiku, ya, aku juga merindukan mereka. Untuk melepas rasa rindu__aku, Julio, Dedi dan Theo menuju lapangan merdeka untuk bermain basket! Itulah yang biasa kami lakukan__dulu, sebelum ada masalah ponsel__kami berempat adalah salah satu tim basket.

Kami pernah mengikuti lomba 17 Agustus antar kelas 10 dan beberap kali juga mengikuti turnamen basket antar sekolah.

Julio pernah memberiku salah satu jersey basket favoritnya dan aku masih menyimpannya sampai sekarang.

Tanpa terasa kami bermain selama 30 menit! Dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat kami mandi keringat. Setelah itu__kami pulang kerumah masing – masing.

Di lain kesempatan kami pasti akan bertemu lagi. Waktu berlalu begitu cepat, perlahan – lahan aku mulai merubah sikapku, aku berusaha menjadi siswa yang baik meski tidak total, dan itu membuahkan hasil, aku dinyatakan lulus dengan nilai yang yang memuaskan. Usaha yang tidak sia – sia__

Setelah mengisi formulir pendaftarann, aku dan Kakak Rustam berpamitan.

“Semoga kita berdua bisa bertemu lagi Nak. Ah, Tentu saja kita akan bertemu lagi. Kau akan segera menjadi mahasiswa dan itu sudah pasti” Bapak berkumis tebal tersenyum ramah padaku, aku hanya mengangguk, sepertinya Bapak berkumis tebal itu sedikit kagum denganku.

Tapi apa kalian tahu? Itu adalah malam pertama dan terakhir aku bertemu dengan Bapak berkumis tebal.

1 jam berlalu, Dosen yang seharusnya mengajar belum datang. Aku menarik nafas panjang – panjang. berusaha tetap sabar menunggu. 2 jam berlalu, batang hidungnya tak juga muncul.

Pikiranku sudah kemana – kemana.

Sabar Ciang, sabar, sabaaaar, hatiku mencoba menenangkan, Seperti tahu pikiranku yang sudah mulai kacau.

Akhirnya Dosen yang di tunggu-tunggu datang juga__pelajaran dimulai. Keesokan harinya, hal yang sama terulang lagi__dan itu berlangsung sampai hari kelima.

Kalau boleh jujur!! Sebenarnya aku benar - benar tidak tahan lagi harus menunggu setiap hari! Aku tahu ilmu itu mahal! Tapi apa harus seperti ini? Aku masuk kampus ini juga bayar_€secara teknis kami para mahasiswalah yang menggaji mereka, dan seperti inikah sikap mereka? Apa menjadi mahasiswa harus sesabar ini? Apa setiap hari aku harus menunggu, menuggu dan menunggu?

Pukul 11:15 siang__aku sudah berada di kampus, dan untuk menunggu mata kuliah pertama saja aku harus menunggu 2-3 jam. Belum lagi untuk mata kuliah berikutnya.

Aku mengumpat sejadi - jadinya dalam hati.

Dulu saat masih SMA! banyak yang bilang menjadi mahasiswa itu menyenangkan, serba asyik, tapi yang aku rasakan justru berbanding terbalik.

Ini benar – benar mengganggu pikiranku. Sampai Memasuki hari kelima, aku muak, aku tidak tahan lagi. Aku memutuskan pulang__aku tidak peduli lagi! Aku sudah terlalu muak dan lelah harus menunggu, menunggu dan menunggu! Persetan dengan kuliah. Masa bodoh dengan impian.

Aku memutuskan drop out.

Jika bukan karena Kakak Rustam, mungkin aku tidak akan mendaftar di Unidar.

Sejujurnya, setelah lulus SMA, aku ingin sekali melanjutkan pendidikan di London School! Tapi karena masalah biaya__aku tidak bisa melanjutkannya.

Ya, mau tidak mau aku mengikuti saran dari Kakak Rustam dan menolak semua tawaran yang datang__hanya mengikuti ego tanpa memikirkan apapun kemungkinan – kemungkinan yang terjadi.

Setelah menjalani status baru sebagai mahasiswa dari kampus yang bukan kampus favoritku! Aku sadar bahwa aku telah membuat kesalahan yang sama__dan lagi – lagi rasa penyesalan datang menghampiri.

Ya, Tuhan, tadinya aku mengira setelah melepas seragam abu abu! Semuanya akan berjalan sesuai dengan yang aku harapakan. Aku lelah, muak, bosan, entahlah.

Aku hanya ingin sendiri__aku ingin pergi. Aku sudah mengubur impianku dalam – dalam. Tak ada lagi cita – cita. Kehidupan seakan tidak pernah berpihak padaku. Rasanya baru kemarin aku menarik – narik lendir di hidungku__dan sekarang harus bertarung dengan diriku sendiri__menghadapi kerasnya kehidupan.

Bersambung #Maafkan Aku Qilla

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status