Share

Kembalinya Sang Kaisar Terkuat
Kembalinya Sang Kaisar Terkuat
Penulis: IllusionistTriad

Ch.1 Jeremy Silverblade

Di langit yang indah, ada seorang pemuda berambut ungu yang terbaring dan menatap bintang-bintang. Ia bertanya pada seorang pria yang berambut perak yang bersinar, "Pak Tua, mengapa langit terlihat begitu indah ketika kita melihat banyak bintang berkilau di atas sana?".

"Pertanyaan yang bagus, Reinhard. Di antara bintang-bintang itu, ada makhluk hidup seperti kita yang juga memandanginya," jawab sang pria.

Reinhard merasa terkesima, "Indah sekali... apakah mereka juga melihat keindahan ini, Pak Tua?"

"Sangat mungkin, siapa yang tahu?" balas sang pria dengan misterius.

Reinhard bertanya lagi, "Apa maksudmu?"

Namun, tanpa menjawab, sang pria langsung berdiri dan masuk ke dalam rumah kayu kecil, meninggalkan Reinhard sendirian dengan pikirannya yang kian penasaran.

Beberapa saat kemudian, gemuruh badai semakin keras dan air mulai turun deras dari langit. Reinhard cepat-cepat masuk ke dalam sebuah rumah kayu di belakangnya. Meskipun rumah itu kecil, hanya cukup untuk menampung dua orang, namun rumah tersebut sangat kokoh dan tahan badai.

Reinhard duduk di dalam rumah, sambil menikmati suara teko air yang menyala dengan asap yang harum. Lampu dan lilin yang menyala di sekeliling ruangan itu mulai berhembus oleh angin yang dibawa oleh badai kecil.

"Pak Tua, setelah membuatkan teh, apakah saya bisa tidur terlebih dahulu?" tanya Reinhard dengan lelah.

"Tentu saja, Reinhard. Saya akan menjaga di luar untuk memastikan tidak ada monster di sekitar rumah ini," jawab Pak Tua sambil menuangkan teh ke dalam cangkir Reinhard.

Setelah meminum tehnya, Reinhard melelapkan matanya dan terlelap dengan nyenyak. Pak Tua, yang masih berjaga, berdiri dan mengambil pedang hitam yang terukir dengan indah, bernama "Silverblade". Dia merenung sejenak, lalu meletakkan pedangnya di pinggang kiri dan berkata, "Saya akan keluar sebentar, Reinhard. Jangan keluar dari rumah ini, ya"

Setelah itu, Pak Tua keluar dari rumah dengan hati-hati, meninggalkan Reinhard yang terlelap dalam tidurnya.

Ketika Pak Tua keluar dari rumah, dia mendengar suara lesatan seseorang melompat di antara pohon. Meski hujan deras, indera pendengarannya tetap tajam. "Kecoak kerajaan yang tidak tahu malu," gumamnya kesal. "Hanya berani menyerang ketika orang sedang tidur."

Pak Tua langsung melesat ke arah suara itu, mengatakan dengan tegas, "Keluarlah, jangan sembunyi di balik pohon. Aku bisa melihatmu dengan jelas." Ia berteriak keras sambil mengikuti pergerakan seseorang yang berusaha menyergapnya. Setelah beberapa detik, tiba-tiba saja penyergap itu menyerang pria berambut silver dengan cepat.

*Buk *Buk *Buk terdengar suara tendangan keras dan banyak penyergap terhempas jauh. Hanya tersisa tiga orang yang mencoba mengeroyok pria berambut silver itu. Salah satu dari mereka membawa pistol dengan hiasan warna biru dan logo planet dengan air mengitari.

“Ahh... jadi kalian adalah kecoak-kecoak Chronovia,” ejek Pria itu.

“Kecoak ini lah yang akan membunuhmu, dasar tua bangka!!” Ujar salah satu dari penyergap.

Di bawah hujan yang deras, pria itu melompat tinggi sambil mengeluarkan pedangnya dari sarung. *swiiinggg suara pedangnya membelah tetesan hujan. Tanpa disadari, ia berada di belakang penyergap yang memegang pistol dan dalam sekejap darahnya tercebur ke dalam air hujan yang semakin deras. Pria itu berbalik dan memegang pedang dengan lembut hingga ujungnya, lalu berkata "Transform" dan *sftttt pedangnya berubah menjadi senapan panjang. "Dynamic: Multiple Dimension Array," ucapnya sambil melingkari dirinya dengan sihir. Ketika ia menembakkan senapan laser-nya, sinar laser itu muncul di setiap lingkaran sihir yang terus berputar, membunuh para penyergap.

Saat pria itu masih menembak, seorang pria dengan bekas sayatan di hidungnya muncul dan berteriak "Jeremy! Dasar kecoak, beraninya kau melawan anak buahku!" Jeremy merespons dengan sindiran, "Cih, kecoak yang bisa terbang sudah muncul." Sambil melesat ke arah Jeremy, pria itu memperkenalkan diri sebagai Brown Chroms, panglima perang kerajaan Chronovia yang akan menghabisinya di sana. Jeremy menghentikan tembakan dan langsung berbalik serta menangkis serangan Brown dengan pedangnya. Saat Brown terpental ke belakang, Jeremy memprovokasinya, "Hanya sebatas itu kekuatan Chronovia?" Brown balas mengejek, "Dasar tua, apakah seorang Silverblade harus sejauh ini demi seorang anak kecil?" Jeremy dengan tegas mengatakan, "Tanyakan pada rajamu di akhirat!" Lalu, dia berlari ke arah Brown dan meskipun Brown berhasil menangkis, pedang Jeremy tetap menembus pedangnya dan memenggal kepalanya. Jeremy kembali menyimpan pedangnya di sarungnya.

Beberapa saat kemudian, cahaya lampu mulai terlihat dan suara mesin kendaraan mulai terdengar. Jeremy buru-buru pulang ke rumah kayu. Prajurit dengan emblem planet air Itu terkejut melihat banyak mayat yang berserakan. Terlebih lagi, setelah mengetahui bahwa Panglima Perang Brown telah tewas, para prajurit itu panik dan segera mengeluarkan alat komunikasi serta melaporkan "Kondisi Darurat, Jenderal Chrom tewas dalam pertempuran melawan musuh yang tidak dikenal."

Setibanya di rumah, Jeremy segera membangunkan Reinhard dan buru-buru menariknya keluar dari rumah.

"Kenapa kamu membawa aku keluar? Ini masih hujan," tanya Reinhard bingung.

"Tidak ada waktu untuk dijelaskan, kita harus segera pergi ke tempat yang aman. Aku sudah menyiapkan jalan rahasia," jawab Jeremy tergesa-gesa.

"Apa maksud tempat yang aman? Dan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Reinhard lagi.

Jeremy tanpa berkata apa-apa langsung berlari cepat dengan Reinhard digendong di belakangnya. Ia berusaha menghindari kendaraan bermesin milik kerajaan Chronovia yang mengeluarkan cahaya terang di sekitar rumah mereka.

"Siapa mereka?" tanya Reinhard heran.

"Mereka adalah prajurit kerajaan Chronovia. Kau adalah target musuh mereka," jawab Jeremy serius.

"Kenapa mereka mengincar aku?" tanya Reinhard semakin bingung.

"Kau akan mengetahuinya nanti di masa depan," kata Jeremy singkat sambil terus melesat.

Ketika Jeremy dan Reinhard tiba di sebuah reruntuhan yang tampak tak berpenghuni, Jeremy memohon kepada Chronosphere untuk membukakan pintu agar mereka bisa masuk. Setelah pintu terbuka, mereka berjalan menyisir lorong-lorong yang hening dan gelap dengan air yang menetes di sekeliling mereka. Reinhard bertanya, "Kenapa kita ke tempat seperti ini?" Namun Jeremy hanya menyuruhnya untuk diam karena mereka sedang diawasi. Tiba-tiba, suara misterius bergema, "Wahai domba tersesat, ada urusan apa kalian berada di tempat yang gelap dan sunyi ini?" Jeremy menjawab dengan sopan, "Wahai suku Chronosphere, aku memiliki kalung Chronos yang lama ditinggalkan kepadaku secara turun temurun. Aku mohon kalian menerima kami dengan baik." Reinhard bertanya dengan heran, "Ada apa dengan pak tua ini, kenapa dia berbicara dengan orang aneh yang tinggal di sini?" Namun Jeremy mengabaikannya dan bertanya, "Kau bicara apa tadi?" Reinhard hanya menjawab, "Tidak, tidak, lupakan. Aku hanya bertanya kenapa ada orang yang tinggal di sini."

“Kalian diterima.” suara misterius itu muncul lagi. Obor api muncul dan menuntun jalan mereka.

“Woahhhh!!!” Reinhard terkejut dan terkagum-kagum dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Jeremy dan Reinhard mengikuti jalan yang diterangi oleh obor dan menemukan sebuah tugu penyambutan dengan tulisan yang tidak bisa dipahami oleh Jeremy. Ada empat orang penjaga yang membawa mereka ke sebuah bangunan bebatuan yang sudah berlumut. Setelah memasuki bangunan, Jeremy dan Reinhard terkejut melihat banyak mesin dan sirkuit listrik yang mengalir di dalamnya.

“Wowww indahnya....” ujar Reinhard kagum.

“Mesin-mesin ini... mungkin senjata kuno dari planet Chronus yang sudah lama tidak digunakan,” ujar Jeremy heran.

Tiba-tiba, seseorang menyela Jeremy, “Kau benar, wahai salah satu pemilik kalung Chronus. Ini adalah senjata kuno yang sudah tidak digunakan lagi, yaitu Pintu Chronos.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status