Cuin Fui dan kedua kawannya tertawa lepas melihat pria bertubuh kekar itu sudah mengalami luka. Meskipun pada kenyataannya, Cuin Fui juga mengalami luka yang sama akibat benturan jurus tenaga dalamnya dengan jurus tenaga dalam Lua Hui.Melihat pemandangan seperti itu, tentu Lua Hui dan kawan-kawannya merasa geram, sehingga mereka pun sudah bersiap hendak melakukan serangan lagi terhadap Cuin Fui dan kedua kawannya secara serempak."Pertarungan mereka akan semakin seru saja, sebaiknya kita tetap di sini. Aku ingin melihat, siapa di antara mereka yang akan menjadi pemenangnya," ujar Feng Guang."Baik, Kak Feng." Jui Shin menyahut sambil menganggukkan kepalanya.Pada saat itu, dari kedua belah pihak sudah saling bersiap untuk melakukan serangan. Sepertinya mereka akan bertarung secara sungguh-sungguh demi meraih kemenangan, hingga pertempuran itu pun diprediksi akan berlangsung sengit.Jika saja Feng Guang melakukan tindakan, ada kemungkinan mereka akan menghentikan pertempuran tersebut.
Cuin Fui tampak geram sekali mendengar perkataan Feng Guang. Dengan demikian, ia langsung menyeru kepada dua orang kawannya untuk melakukan tindakan tegas terhadap Feng Guang dan juga Jui Shin."Tak ada pilihan lain selain melenyapkan mereka dan merebut mustika naga itu!" seru Cuin Fui.Kedua kawannya hanya mengangguk dan langsung melakukan serangan terhadap Feng Guang dan Jui Shin. Mereka menyerang dari dua sisi yang berbeda dengan menggunakan pedang masing-masing. Begitu juga dengan Feng Guang dan Jui Shin, keduanya pun melakukan perlawanan sengit dengan senjata andalan mereka.Feng Guang berhadapan dengan Cuin Fui dan satu orang kawannya. Sementara pendekar yang satunya lagi bertarung melawan Jui Shin.Meskipun Cuin Fui dan kedua kawannya memilik kepandaian yang luar biasa. Namun, mereka tak bisa melakukan perlawanan yang berarti ketika berhadapan dengan Feng Guang dan Jui Shin. Hanya dalam waktu singkat saja, mereka harus tumbang di tangan Feng Guang dan Jui Shin."Tidak sesuai de
Dengan demikian, Lu Hu Fu dan Sao Mung kembali melancarkan serangan terhadap Zhio Zyu dan anak buahnya.Serangan tersebut tentu sangat membahayakan jiwa Zhio Zyu dan anak buahnya. Meskipun jumlah mereka lebih unggul, namun mereka sedikit kewalahan menghadapi serangan Lu Hu Fu dan Sao Mung.Akan tetapi, meski sehebat apa pun kekuatan yang ada pada Lu Hu Fu dan Sao Mung, akhirnya mereka dapat dikalahkan juga oleh Zhio Zyu dan anak buahnya. Sehingga dalam tempo singkat, kelompok pendekar Pulau Tiax dapat membungkam kesombongan Lu Hu Fu dan Sao Mung.Meski sudah kalah, Lu Hu Fu dan Sao Mung tidak menyerah begitu saja. Mereka kembali bangkit. "Kita harus mengalahkan mereka, apa pun yang terjadi!" desis Lu Hu Fu.Sao Mung hanya mengangguk dan kembali berkonsentrasi untuk mengembalikan kekuatan dalam tubuhnya. Setelah itu, ia bersama Lu Hu Fu kembali bersiap untuk melakukan serangan balasan terhadap para pendekar Pulau Tiax.Saat serangan kembali dilancarkan oleh Lu Hu Fu dan Sao Mung, maka p
Setelah berkata demikian, pria tersebut kembali melesat cepat dan berlalu dari tempat tersebut. Kedatangannya benar-benar berpengaruh, Zhio Zyu dan anak buahnya langsung mengubah niat mereka. Tentu, hal tersebut sangat membingungkan Lei Cuan dan semua pendekar Sekte Hu Yui Se yang menyaksikan detik-detik pertempuran para pendekar itu.Zhio Zyu segera memerintahkan anak buahnya agar mundur dan menghentikan pertempuran. Mereka beranggapan bahwa perintah orang yang disebut ketua itu adalah perintah yang harus ditaati dan tak boleh mereka abaikan."Urusan kita belum selesai, suatu saat nanti kalian pasti akan kembali bertarung dengan kami," kata Zhio Zyu mengarah kepada Lu Hu Fu dan Sao Mung. Kemudian, ia berpaling ke arah Lei Cuan, lantas berkata, "Kalian hari ini sangat beruntung. Tapi ingat, kami pasti akan kembali ke tempat ini!"Setelah itu, Zhio Zyu dan semua pendekar Pulau Tiax secara serentak meninggalkan tempat tersebut.Hanya Lu Hu Fu dan Sao Mung yang masih bertahan di tempat i
Feng Guang mengangguk pelan sambil tersenyum lebar memandang wajah Lu Fau Hu yang sudah hampir dua tahun bersahabat baik dengannya. Kemudian meraih sesuatu dari saku jubahnya."Aku percayakan mustika naga ini kepadamu. Kau harus bisa menjaganya, jangan sampai benda pusaka ini jatuh ke tangan orang-orang jahat!"Feng Guang langsung menyerahkan benda pusaka yang selama ini menjadi tameng ketika dirinya terdesak oleh musuh-musuh yang berusaha mencelakainya.Feng Guang sengaja menyerahkan mustika naga kepada Lu Fau Hu karena dirinya merasa sudah tidak memerlukan lagi benda pusaka itu."Gunakan benda pusaka ini untuk melindungi dirimu dan semua pendekar yang ada di sini, aku yakin kau sangat memerlukan mustika naga ini," imbuh Feng Guang.Dengan senang hati, Lu Fau Hu langsung menerima benda pusaka yang saat ini menjadi incaran para pendekar dari seluruh penjuru wilayah kerajaan Tionggon. Bahkan, benda pusaka tersebut kini sudah menjadi ajang pertumpahan darah di antara para pendekar di ka
Saat tiba di perbatasan ibu kota kerajaan Tionggon. Tiba-tiba saja, Feng Guang dikejar beberapa orang pendekar, mereka adalah para pendekar yang selama ini sudah mengenal baik Feng Guang. Akan tetapi, Feng Guang tidak mengenali mereka.Mereka langsung mengejar Feng Guang saat mereka melihat Feng Guang melintas di sebuah desa yang ada di perbatasan ibu kota. Kebetulan pada saat itu mereka tengah beristirahat di desa tesebut.Sejatinya para pendekar itu tidak memiliki persoalan apa-apa dengan Feng Guang, entah apa tujuan mereka melakukan pengejaran dan langsung menghentikan perjalanan Feng Guang?"Berhentilah, Anak muda!" seru salah seorang dari kelompok pendekar itu dengan menunggangi kudanya dan langsung menyalip kuda yang ditunggangi oleh Feng Guang.Demikian pula dengan beberapa orang anak buahnya, mereka langsung menyalip mengikuti langkah kuda yang ditunggangi oleh pemimpin mereka.Dengan demikian, Feng Guang pun segera menghentikan laju kudanya. 'Siapa mereka?' kata Feng Guang da
“Feng Guang!” teriak seorang pria dengan wajah berlumuran darah, ia berjalan terhuyung-huyung menghampiri seorang bocah laki-laki yang sedang duduk di beranda rumah. Melihat pemandangan seperti itu, Feng Guang tampak kaget sekali. “Paman!” Feng Guang langsung menyambut pamannya yang hampir jatuh.“Panggil ayahmu, cepat!”Feng Guang langsung berlari ke belakang rumah hendak memanggil ayahnya yang saat itu sedang memperbaiki kandang ternak. Tidak lama kemudian, bocah laki-laki itu sudah kembali ke beranda rumah bersama sang ayah.“Bertahanlah! Aku akan mengobati lukamu,” kata Tuan Guang menyangga tubuh adiknya yang sudah lemah tak berdaya.“Tidak perlu! Sekarang, dengarkan aku.” Sang Paman berusaha berbicara sambil menahan rasa sakitnya. “S-semua orang, termasuk anak dan istriku telah terbunuh. Kalian harus pergi dari desa ini.”“Siapa yang melakukannya?” tanya Tuan Guang.“Para pendekar Sekte Iblis Merah,” jawabnya dengan suara parau, “Cepat, kalian pergi! Sebentar lagi mereka pasti k
“Sial! Ke mana dia?”Tahu dirinya dikejar oleh prajurit Sekte Iblis Merah, Feng Guang pun kembali bersembunyi. Ia melompat dari tebing menuju ke pinggiran sungai dan bersembunyi di balik pepohonan rimbun dengan kaki yang luka akibat terkena batu ketika melompat tadi.Ia terus bersembunyi di sana, menahan sakit, hingga tidak lagi mendengar suara dan juga langkah para pendekar Sekte Iblis Merah yang mengejarnya.Saat dirasa telah aman, Feng Guang pun keluar dari persembunyiannya. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian berjalan terpincang-pincang meninggalkan desa.Setelah berada di ujung desa, Feng Guang menghentikan langkahnya untuk beristirahat sejenak. Dengan penuh kehati-hatian, ia membuka gulungan yang diberikan ayahnya.“Sepertinya ini adalah sebuah petunjuk.” Feng Guang mengamati goresan tinta merah berbentuk peta di dalam gulungan tersebut. Kemudian, ia membaca tulisan yang ada di bawah gambar peta.“Kitab kuno Yongshì?” gumam Feng Guang, “aku pernah mendengar tentang kitab ters