Share

14. Kematian Sinta

"M-mulutmu berdarah." Kuhampiri dia dan menyentuh bekas darah di sudut bibirnya. Khawatir Mas Darma terluka.

Namun, aroma amis dan anyir tercium kuat ketika aku mendekat. Aku tertegun. Untuk meyakinkan, kuhidu darah di tangan, benar, tak salah lagi.

Ini bukan darah biasa, melainkan darah haid!

Aku perempuan. Aku hapal betul aroma darah haid dan darah luka. Jelas berbeda. Aku yakin ini darah haid.

Huek!

Seketika aku berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perut. Aku tak tahan aroma amisnya.

"Mas! D-darah apa itu di mulutmu? Dan dari mana kamu?!" todongku setelah kembali dari kamar mandi.

Aku yakin kali ini Mas Darma tak bisa mengelak lagi.

"Maksudmu apa, Laksmi? Aku terluka," sahut Mas Darma gugup. Dia merintih, tetapi kulihat dia hanya berpura-pura. Jelas aku perhatikan sorot matanya, tidak ada kejujuran di sana.

"Bohong! Jangan pikir aku tidak tahu, Mas! Aku perempuan dan aku hapal bau darah haid. Yang di mulutmu itu darah haid perempuan, kan?" ujarku menggebu tanpa basa-ba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status