"Baguslah, tanpa aku bergerak sendiri, akan ada yang membantuku membuat kamu terkurung dalam rasa bersalah, Nai," ucap Bintang sembari menatap langit-langit kamarnya yang terbilang ruangan paling mewah dari banyaknya ruangan, dalam bangunan rumahnya.Setelah tadi tanpa sengaja menguping pembicaran Naina dan Silvi, Bintang memilih bergegas masuk ke dalam kamarnya. Niat hati ingin terus mengerjai mantan kekasihnya, tapi niat itu Bintang urungkan kala mendengar pembicaraan dua wanita muda tersebut."Setelahnya, apa yang harus aku lakukan lagi ya?" Bintang tak berhenti memikirkan untuk membalas rasa sakit hatinya. Rasa sakit atas perbuatan Naina dulu membuat pria itu terus memikirkan cara untuk membuat wanita itu merasakan hal yang sama.Seiring berjalannya waktu, karena rasa lelah yang mendera tubuhnya, Bintang pun harus menyerah oleh rasa kantuk yang menyerang matanya. Aktor yang namanya sedang naik daun tersebut, akhirnya terlelap tanpa mendapatkan hasil dari apa yang sedang dia pikir
Di depan teras rumah, Naina masih berbincang dengan dua anak muda yang baru dia kenal sejak pindah ke rumah itu. Mungkin karena perbedaan usai ketiga orang itu tidak terlalu jauh, jadi mereka cukup nyambung dalam obrolan yang mereka lakukan.Ketika mereka sedang membahas tentang si pemilik rumah, tanpa mereka sadari pemilik rumah yang merupakan seorang aktor, turut mendengar pembicaraan mereka. Bintang tidak menunjukan kemarahannya sama sekali. Tetapi sang pemilik rumah justru terlihat tersenyum senang."Nah, kalau kayak gini terus kan, Naina bakalan semakin yakin dan merasa bersalah terus. Biar tahu rasa itu perempuan," umpat Bintang penuh kemenangan. Naina memang sudah mendengar dari mulut Silvi dan Dimdim secara langsung tentang masa lalu sang aktor. Naina memang dihantui rasa bersalah dan itu sesuai dengan harapan Bintang."Kita berangkat sekarang, Mas Bintang?" tanya Dimdim begitu matanya menangkap sosok majikannya yang keluar dari rumah. Saat itu juga Bintang memasang wajah da
"Mbak Nai, kamu kenapa?" suara tanya yang keluar dari mulut Silvi dengan nada yang cukup keras, dan disertai tepukan di pundak kanan Naina, sontak mengejutkan Naina yang baru saja berteriak agak kencang. Naina seketika mengedarkan pandangannya dan kening wanita itu saat itu juga langsung berkerut."Apa tadi aku sedang berhalusinasi?" gumam Naina kala menyadari semua mata memandang ke arahnya dengan tatapan penuh tanya. Namun sekian detik kemudian, wanita itu langsung senyum-senyum diringi rasa malu dan canggung begitu dirinya telah sepenuhnya menyadari kalau dia baru saja behalusinasi."Maaf, tadi aku sedang melamun," ucap Naina tak enak hati. Wanita itu langsung menangkup kedua tangan di depan dadanya sembari mengucapkan kata maaf kepada beberapa orang yang tadi menatapnya."Apaan sih. gangguin fokus orang aja," gerutu salah satu kru dari pihak produksi, membuat Naina semakin merasa bersalah dan merutuki kebodohannya sendiri. "Kamu sakit, Mbak?" tanya Silvi begitu suasana sudah ke
Tanpa terasa sudah empat jam bintang menjalani berbagai proses yang bersangkutan dengan pekerjaannnya. Untuk hari ini, pekerjaan yang berhubungan dengan produk minuman itu telah selesai dan akan dilanjut esok hari di tempat lain. Menjalani shooting sebuah produk sponsor memang lebih menyenangkan daripada menjalani shooting drama yang bisa memakan waktu tak menentu. Maka itu, Bintang hari ini tidak terlihat begitu lelah karena dia sangat menikmati pekerjaanya yang berakhir lebih cepat."Setelah ini, apa aku ada jadwal lain, Jon?" tanya Bintang saat menikmati waktu istirahatnya, di ruang yang telah disediakan tim produksi. Pria itu menyesap minuman botol yang sedari tadi sudah disediakan sesuati permintaannya."Tidak ada. Bukankah kamu sendiri yang meminta istirahat beberapa hari, setelah proses shooting drama kamu berakhir kemarin?" balas Jona setelah mengecek jadwal artisnya melalui ponsel. "Apa kamu ada rencana lain?" tanua Jona menatap lekat lawan bicaranya.Bintang mengela nafasn
"Jon, berhenti, Jon! Berhenti!" titah Bintang begitu mobil baru melaju sejenak"Iya, iya," balas Jona sembari memperlambat kecepatan mobilnya sembari perlahan menepi. Setelah mobil benar-benar berhenti, Bintang lantas menoleh ke arah belakang dan memperhatikan sepanjang jalan yang baru saja dia lewati."Mbak Nainanya tidak kelihatan," celetuk Silvi yang ikutan memandang ke arah yang sama dengan Bintang. "Mas Bintang keterlaluan deh. Kasihan kan Mbak Nainanya," gadis itu nampak begitu khawatir dan juga kesal secara bersamaan."Biar dia tahu rasa. Siapa suruh melanggar perintahku," balas Bintang tak mau kalah. Silvi melirik sejenak lalu dia langsung mendengus. Kalau Bintang bukan bos yang menggajinya, gadis itu pasti sudah memaki Bintang saat itu juga."Kamu keterlaluan banget, Tang. Nanti kalau dia ilang gimana?" protes Jona. Pria itu pun merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan Silvi. Namun Jona juga tidak bisa berbuat banyak karena dia juga cukup tergantung pada aktor tersebut
Siapa yang tidak bahagia jika artis favorit ada di hadapan mata dan mudah untuk meraihnya. Begitu juga yang dirasakan Naina saat ini. Wanita itu tidak menyangka jika saat ini, aktor tampan kesayangannya berdiri tepat di hadapannya, bahkan bermain game dengannya.Ingin rasanya Naina berjingkrak sekaligus berteriak mengumandangkan nama aktor favoritnya tersebut. Namun gerakan jari tangan Miko yang berhenti di depan bibirnya sendiri sembari celingukan, langsung mengurungkan niat Naina untuk melakukan hal gila tersebut."Jangan keras-keras ngomongnya, nanti banyak yang dengar," Miko segera memperingati wanita yang sedang kegirangan setelah melihat wajahnya. Pria itu kembali menutupi wajahnya dengan masker tanpa bisa menyembunyikan rasa paniknya."Ya ampun, nggak nyangka, aku bisa ketemu idolaku langsung dan bisa sedeket ini," ucap Naina masih dengan wajah yang berbinar. Setelah dia menuruti permintaan idolanya, wanita itu berkalli-kali menunjukan sikap yang membuat Miko tersenyum sembari
Sudah satu jam berlalu, sejak Bintang sampai di rumahnya, namun tidak ada tanda-tanda Naina pulang ke rumah itu. Keyakinan yang sedari tadi tertanam dalam benak Bintang, perlahan memudar, seiring tidak ada kabar dari wanita yang dia tinggalkan di tengah jalan."Bagaimana ini, Mbak Sil? Mbak Naina belum pulang juga sampai sekarang?" tanya Bi Sari nampak begitu cemas, sembari menatap gerbang yang belum terbuka sejak kepulangan Bintang. "Nggak tahu, Bi, aku juga bingung," balas Silvi yang memang terlihat jelas rasa khawatir pada raut wajahnya. Sejak di jalan, gadis itu memang sudah cukup gelisah kala mengetahui Naina tidak ada di tempatnya. Maka itu dia semakin panim karena sampai jam segini Naina belum pulang juga."Kok bisa sih, Mas Bintang tega begitu? Sudah tahu Mbak Naina orang baru di kota ini, bisa-bisanya ditinggal begitu saja hanya karena masalah sepele," gerutu Bi Sari nampak sangat kesal kala kembali mengingat alasan Naina tidak turut pulang bersama majikannya."Maka itu, Bi
"Nggak perlu pura-pura kaget gitu," ucap Bintang kala menyaksikan reaksi Naina begitu wanita itu mengetahui rencananya. Diluar dugaan, tangan Bintang bergerak, maraih tangan Naina dan menariknya secara mendadak. Tentu saja, apa yang dilakukan Bintang saat ini sangat mengejutkan semua orang yang berada di teras rumahnya. Apa lagi semua orang itu masih berdiri di sekitar Naina, setelah menyambut kedatangan wanita itu, usai menghilang beberapa saat yang lalu.Dengan cueknya Bintang menarik tubuh wanita itu hingga Naina terhuyung dan hampir terjatuh. Beruntung, Bintang tidak hanya menariknya saja, tangan kekar pria itu dengan sigap meraih pinggang Naina hingga wanita itu tidak jatuh."Kalian?" Miko sontak mengerutkan keningnya kala matanya menyaksikan tangan Bintang, yang melingkar pada pinggang wanita Naina.Sungguh Niana merasa sangat tidak nyaman dengan keadaaan seperti ini. Apa lagi semua mata menatap ke arahnya dengan berbagai pemikiran, membuat Naina menjadi salah tingkah. "Kenap