“Kalian harus banyak belajar dari Nona Sherwood. Bukan hanya pintar menggoda pria, dia juga pintar mengadu.”Ucapan Penelope tersebut langsung mengundang perhatian semua orang tertuju padanya. Wajah Penelope terlihat sedikit merah. Sejak tadi ia sudah menghabiskan beberapa gelas alkohol. Tidak heran kalau ia mulai mabuk sekarang dan berbicara melantur.Ucapan Penelope tentu saja juga terdengar oleh Lucas maupun Allen. Kedua pria itu telah melayangkan tatapan tajam mereka ke arah Penelope. Namun, karena mabuk, Penelope tidak peduli dengan hal tersebut."Jadi ... kalian berhati-hatilah kalau berteman dengannya. Bisa-bisa kalian dilaporkan dan dituntut," ucap Penelope lagi.“Penelope, jangan bicara sembarangan. Kamu sudah mabuk.” ujar salah seorang rekan Penelope, Melinda Johnson.“Siapa bilang aku mabuk? Ini benar kok. Pasti dia sudah melaporkanku kepada Direktur Morgan tentang perdebatan kami tadi,” timpal Penelope seraya bangkit dari tempatnya, lalu menghampiri Lucas dengan langkah gon
“Pecat dia,” titah Lucas.Allen sangat syok. Ia merasa keputusan Lucas terlalu berlebihan. Terlebih lagi ia adalah atasan langsung Penelope. Seharusnya Lucas mempertimbangkan pendapatnya. "Tapi, Lucas─"Sayangnya, Lucas tidak mengindahkan ucapannya dan menyela, “Saya tahu kalau banyak di antara kalian yang tidak suka melihat hubungan saya dengan Sienna. Tapi, saya ingin menegaskan kalau saat ini Sienna Sherwood adalah kekasih saya dan hanya saya yang berhak mengkritiknya!”Sienna cukup terkejut mendapat pembelaan dari Lucas. Padahal ia berpikir atasannya itu tidak akan peduli lagi dengannya. Keputusan Lucas memang sangat berlebihan hingga memecat seseorang karena hanya telah menghina kekasihnya saat mabuk. Sienna khawatir sikap arogan Lucas akan menurunkan pamornya di dalam perusahaan. Namun, di satu sisi, Sienna merasa senang dengan pembelaan pria itu.Entah kenapa ucapan Lucas terdengar seperti pengakuan yang cukup manis seolah menyatakan kepemilikannya sebagai kekasihnya.‘Kekasih
“Sepertinya aku benar. Kamu masih menyembunyikan sesuatu dariku,” sindir Lucas dengan sinis.“Ti-tidak ….” Sienna membuang pandangannya dengan cepat.Sorot mata Lucas pun menajam. ‘Benar-benar gadis keras kepala,” geramnya di dalam hati.Melihat Sienna yang tidak berniat mengakui apa pun, suasana hati Lucas pun bertambah buruk. Ia merasa sia-sia telah memberinya kesempatan kepada gadis itu.“Turun!”Titah yang meluncur dari bibir Lucas membuat Sienna melongo. Sebelum ia sempat mencerna ucapannya, Lucas kembali berkata, “Kamu mau turun sendiri atau kamu mau aku yang menarikmu keluar?”Wajah Sienna berubah nanar. Namun, ia masih memiliki harga diri untuk tidak dipermalukan sehingga memilih untuk turun sendiri dari mobil pria itu.Baru saja Sienna menutup pintu mobil tersebut, Lucas telah melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan menyisakan kekesalan Sienna.“Apa-apaan sih dia? Dasar Zombi Kutub! Menyebalkan!” te
“Sepertinya kamu sedang sibuk dengan urusan wanita. Kita bicara lain kali saja,” jawab Lucas, hendak memutuskan panggilan teleponnya.Namun, Oliver buru-buru menyela, “Hei, aku bercanda. Kenapa? Ada apa?”Bukannya menjawab, Lucas malah bertanya, “Kamu di mana?”“Aku di Goddess. Lagi mau memeriksa apa ada yang kurang. Kan sebentar lagi mau pembukaan,” terang Oliver.Goddess adalah nama bar baru yang akan dibukanya beberapa hari lagi. Akhir-akhir ini pria itu disibukkan dengan segala persiapan pembukaan usaha barunya tersebut. Lebih tepatnya ia terpaksa melakukannya jika bukan kakeknya yang memintanya.“Baiklah. Aku ke sana,” timpal Lucas. Ia langsung mematikan panggilan tersebut secara sepihak tanpa menunggu tanggapan Oliver.Lucas menyambar jas yang tersampir pada kursinya, kemudian bergegas keluar dari ruangannya setelah memastikan tidak ada yang tertinggal.Sementara itu, Sienna telah meninggalkan gedung Luminous. Kebetulan hari ini ia memiliki janji dengan Anna setelah tiga hari ia
Sikap dingin Sienna tidak menyurutkan sedikit pun niat Allen. Pria itu kembali berkata, “Sienna─”“Apa kamu tidak bisa mengerti ucapanku?” sela Sienna dengan sinis.“Aku tidak akan pergi sebelum kamu menjawab pertanyaanku,” ucap Allen yang masih berkutat dengan kegigihannya.Sienna mengeratkan rahangnya dengan kesal. Ia membutuhkan ketenangan saat ini. Namun, melihat Allen begitu bersikeras, ia pun berpikir jika ia perlu menyelesaikan hubungannya dengan pria itu. Jika tidak, Allen sepertinya tidak akan berhenti mengganggunya.Selain itu, sebenarnya ia juga ingin mengetahui jawaban atas hal yang selama ini mengusik pikirannya terkait alasan Allen pergi tanpa pamit padanya.“Baiklah. Tapi, aku yang bertanya dan kamu yang menjawab,” cetus Sienna melontarkan aturan di antara mereka.“Sienna—”“Jelaskan padaku siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa nama keluargamu bisa berganti? Apa kamu sudah membohongiku sejak awal? Dan ke mana saja kamu dua tahun ini? Apa benar kamu pergi ke Irlandia seperti
“Sienna, kamu tidak percaya padaku?” selidik Allen yang tampak kecewa.“Aku percaya atau tidak, apa itu penting?” cibir Sienna dengan sinis.“Sienna, aku─”“Kamu mau pergi dari sini atau aku yang pergi?” sela Sienna yang sudah muak bicara dengan pria itu.Selera makannya untuk mencicipi makanan khas Negeri Ginseng itu seketika lenyap setelah berbicara dengan mantan kekasihnya tersebut. Namun, pria itu masih saja tetap tidak berniat beranjak dari tempat duduknya.Allen kembali berkata, “Aku tahu kamu tidak akan mau berbicara denganku, tapi … aku tidak ingin membohongi perasaanku, Sienna. Bagiku, bertemu denganmu lagi adalah sebuah takdir yang mengingatkanku kalau kamu masih berlabuh di hatiku. Aku yakin kamu juga pasti belum bisa melupakanku, bukan?”Suara tawa remeh meluncur dari bibir Sienna. Ia tidak menyangka Allen tidak memiliki malu untuk mengatakan hal itu di saat statusnya saat ini telah menjadi seorang pria yang berkeluarga.“Apa kamu sudah gila, hm? Aku rasa anganmu terlalu t
Allen tersentak. Sontak, ia menoleh dan memaki, “Berengsek! Siapa yang─”Suara Allen tersendat ketika melihat sosok Anna Bentley yang telah menatapnya dengan tajam.“Siapa yang kamu panggil Berengsek, hm? Aku rasa kamu sedang memanggil dirimu sendiri,” cibir Anna yang membuat ekspresi Allen menggelap.Akan tetapi, Anna tidak peduli dengan kemarahan pria itu. Justru, ia sudah bersiap siaga dengan kuda-kudanya untuk menghajarnya apabila Allen berani memukulnya.Allen masih ingat jelas jika Anna adalah pemegang sabuk hitam judo. Ia tidak bisa sembarangan menyinggung gadis itu atau salah satu tulangnya harus rela dipatahkan!Namun, Allen tetap memasang wajah marahnya dan berkata. “Jaga ucapanmu, Anna Bentley. Ini bukan urusanmu. Jangan ikut campur.”Anna tersenyum smirk. Ia meletakkan kembali gelas yang diambilnya dari baki pelayan restoran yang baru saja ingin disajikan ke meja lain.“Nanti aku a
Sienna telah kembali ke tempat duduknya bersama Anna. Makanan dan minuman yang dipesannya tadi telah diantar oleh salah seorang pelayan.“Aku hampir saja lupa memberikan kadomu,” ucap Anna sembari mengeluarkan kado yang telah dipersiapkannya dan menyerahkannya kepada Sienna. Ia juga telah mempersiapkan kue tart kecil dan meletakkannya di atas meja mereka.“Wah, kamu begitu royal, huh? Padahal kamu tidak perlu serepot ini,” ucap Sienna seraya membuka bungkusan kado yang diberikan sahabatnya tersebut. Ia sangat takjub ketika melihat isi di dalamnya.“Ini … ini serius untukku?” tanya Sienna dengan wajah syok ketika menemukan sebuah tablet keluaran terbaru yang selalu diinginkannya.“Tentu saja serius dong. Aku sudah tahu kalau kamu pasti akan menyukainya. Kamu pasti sangat membutuhkannya untuk mendesain karyamu.” Anna menjawab dengan bangga.Bola mata zamrud Sienna tampak berkaca-kaca. Ia pun langsung menghambur ke arah gadis itu dan memeluknya dengan erat. “Terima kasih, An,” cicitnya d