Share

8. Amukan Penggemar

“Memang ada berita apa lagi, sih?” tanya Sofie bingung, sedangkan Sonya segera melihat ponselnya dan mencari unggahan terbaru tentang Rexa.

“Ya ampun! Kamu benar-benar tidak tahu?” tanya Lydia heran.

“Aku bahkan tidak mengerti apa yang kamu bicarakan dari tadi.”

“Aduh ... itu loh, di lobi banyak sekali penggemar Rexa dan juga reporter gosip. Mereka semua cari kamu!” jelas Lydia.

“Hah?! Buat apa mereka mencariku?” tanya Sofie kaget.

“Itu karena foto kamu pelukan dengan Rexa semalam di depan pintu kamarnya. Berita itu sudah tersebar di internet tahu! Petugas keamanan kita di depan bahkan sudah kewalahan menahan mereka semua,” sahut Lydia lagi.

“Hah! Siapa juga yang berpelukan dengan dia. Waktu itu aku hanya menolongnya karena hampir pingsan. Aduh, kenapa jadi begini, sih?” Sofie mulai panik.

“Tapi kalau dilihat dari sudut pandang foto ini sih, kalian memang terlihat seperti berpelukan dengan mesra. Aku bahkan mengira kalian sedang ingin berciuman,” ucap Sonya jujur.

“Apa?” Sofie mendelik tidak percaya sahabatnya berbicara seperti itu.

“Lihat saja sendiri, nih!” Sonya pun menunjukkan unggahan foto Sofie dan Rexa di sosial media melalui ponselnya. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Sonya sama bingungnya.

“Si-siapa yang mengambil foto ini?” tanya Sofie gelagapan. Kaget sendiri dengan tampilan dirinya di foto yang baru saja ditunjukkan Sonya. “Semalam tidak ada siapa pun di lorong itu, loh!”

“Ya, mungkin saja ada reporter skandal yang selalu mengikuti Rexa ke mana pun dia pergi,” tebak Lydia asal. “Dia kan, artis terkenal yang sensasional. Selalu ada banyak skandal bersama perempuan di mana pun dia berada. Pasti akan selalu ada paparazzi yang membuntutinya.”

Mampus! Batin Sofie.

“Ah, benar juga. Bisa jadi itu ulah paparazzi yang mengikutinya dan nahasnya kamu sedang bersama dia saat itu,” ucap Sonya sambil menatap Sofir prihatin.

“Aduh, mati aku! Bagaimana ini?” tanya Sofie yang lebih terdengar seperti gumamam semata.

“Bagaimana, ya? Mereka itu banyak sekali, sih. Kamu tahu sendiri kan, penggemar fanatik B-Men itu seperti apa? Hiiii~” Bukannya memberi solusi, Lydia malah bergidik ngeri.

“Tapi biar bagaimana pun aku harus membuat klarifikasi. Hal yang sebenarnya kan bukan seperti yang dibicarakan di media,” kata Sofie sedikit ragu dengan gagasan yang keluar dari mulutnya ini.

“Kamu yakin?” tanya Sonya.

“Iya! Aku harus mengklarifikasi semuanya!” ucap tegas Sofie sambil melangkah menuju lobi hotel.

“Hei ... apa kamu sudah gila?! Kamu ini sendirian, sedangkan mereka itu ada banyak sekali.” Sonya kembali mengingatkan. “Apa kamu ingin cari mati? Kamu tidak tahu kan, apa yang bisa mereka perbuat? Percaya deh padaku, mereka lebih mengerikan dari pada film horor yang kamu tonton tempo hari,” jelas Sonya berusaha menyakinkan Sofie untuk tidak gegabah.

“Iya benar kata Sonya. Lebih baik kamu tidak ke sana!” sahut Lydia.

“Aku harus melakukannya, kalau tidak hidupku akan terus menerus mereka usik! Aku sungguh tidak tahan!” kata Sofie dengan nada suara yang mulai meninggi, tanda dia sudah benar-benar jengkel.

“Tunggu! Kalau kamu ke sana sendirian, itu cari mati namanya!” Sonya mengulurkan tangannya berusaha menahan Sofie.

Namun Sofie tetap nekat dan tidak mendengarkan perkataan Sonya. Dengan menarik napas panjang, Sofie melangkah menuju lobi hotel. Pada akhirnya Sonya dan Lydia hanya bisa mengikuti Sofie dari belakang sambil berharap tidak ada kejadian mengerikan yang akan terjadi nanti.

Suasana di lobi hotel benar-benar ramai. Seluruh penggemar Rexa berteriak sambil mengangkat tinggi-tinggi papan berisi protes di tangan mereka layaknya orang berdemo. Mereka semua tidak setuju kalau perempuan seperti Sofie menjadi pacar idola mereka, Rexa. Mereka semua menuduh Sofie hanya memanfaatkan Rexa saja untuk menjadi terkenal.

Belum satu menit Sofie menginjakkan kakinya di lobi hotel, kerumunan penggemar Rexa langsung menyerbunya dengan membabi buta. Mereka meminta Sofie untuk tidak mendekati Rexa lagi. Beberapa gadis muda mencakarnya bahkan menarik rambutnya hingga gelungan rambut Sofie terurai berantakan.

“Aku bukan pacar Rexa dan aku tidak pernah memanfaatkannya. Mengenalnya pun tidak!” tutur Sofie dengan sedikit berteriak meminta mereka mendengarkan penjelasannya, tetapi usahanya sia-sia. Suaranya tenggelam oleh suara teriakan makian para penggemar Rexa yang melakukan protes.

Sekuat apapun Sofie berteriak, para wanita yang sudah brutal itu tidak menghiraukan perkataannya. Tidak sedikit Sofie menerima cakaran, tamparan bahkan tarikan di rambutnya. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Sofie ingin melawan. Namun tenaganya tidak cukup kuat untuk menghalau semua wanita yang menyerangnya.

Sedangkan jauh di belakang kerumunan penggemar histeris itu, Sonya berusaha menghubungi Vino. Dengan panik, Sonya memberitahukan kejadian tersebut melalui ponselnya.

“Kumohon tolong temanku! Salah apa dia sampai mereka memperlakukannya seperti ini?” ujar Sonya nyaris putus asa melihat sahabatnya dikerumuni sebegitu banyak orang dan sepertinya Vino juga melihat kejadian tersebut melalui siaran langsung di situs berita online.

Entah apa yang dikatakan Vino pada Rexa dan managernya Nick, tidak berapa lama setelah Sonya menelepon, mobil Rexa tiba di pintu lobi utama tepat di dekat kerumunan yang menyerang Sofie.

“Ya ampun, Rex! Lihatlah betapa brutalnya para penggemarmu itu? Sungguh mengerikan. Wanita itu tidak akan mati, kan? Masalah ini harus segera kuselesaikan secepatnya. Kamu tunggu saja di si ... ni!” Ucapan Nick sedikit menggantung akhir kalimatnya karena Rexa sudah lebih dulu keluar dari mobil tersebut.

Dengan kharismanya yang khas, Rexa berjalan menerobos kerumunan wanita muda dan gadis remaja yang sedang berteriak memaki Sofie. Otomatis barisan blokade wanita itu segera menepi perlahan memberi jalan untuk Rexa. Dengan langkah pasti dan dengan raut wajah dinginnya, Rexa menarik lengan Sofie dan membawanya masuk ke dalam hotel. Lydia dan Sonya segera mengikuti mereka dari belakang.

“Hei, Kakak! Sebenarnya siapa sih dia?” tanya salah seorang gadis yang berdiri paling depan. Gadis yang dulu pernah menyiram baju Sofie dengan minuman ringan.

“Iya, betul. Kenapa Kakak begitu membelanya?” tanya remaja lain di sebelah gadis tadi.

Rexa pun membalikkan badannya begitu mendengar protes para penggemarnya. “Aku sangat berterima kasih dengan segala dukungan yang kalian berikan selama ini. Aku benar-benar berterima kasih pada kalian. Namun sikap kalian yang seperti ini sungguh tidak baik. Aku tidak ingin kalian menjadi pribadi yang buruk hanya karena kalian terlalu peduli padaku. Tentang siapa dia, itu akan menjadi privasiku. Terima kasih.”

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status