Kekaisaran Gletser Abadi
Sebuah tata surya dengan 3 planet yang tidak mendapatkan cahaya sedikitpun. Jika tata surya pada umumnya mengorbit pada suatu bintang (Matahari adalah nama sebuah bintang), Gletser Abadi mengelilingi sebuah lubang hitam kecil. Sebuah titik dengan gaya magnet yang sangat luar biasa, membuat ketiga planet tetap pada jalur orbitnya.Planet berwarna putih bersih, namun jika dilihat lebih dekat, itu bukan warna aslinya. Badai salju menyelimuti seluruh permukaan planet, dengan ketinggian ratusan meter dan dengan kecepatan angin ratusan kilometer per jam. Suhu dingin yang sangat ekstrim tanpa adanya cahaya, tidak mungkin ada kehidupan di permukaan planet. Namun jika masuk ke dalam planet yang sepenuhnya berupa gletser berwarna biru, dapat ditemukan sebuah gua raksasa.Pemukiman penduduk berada di sana, bangunan dan seluruh tempat terbuat dari Gletser es. Sama seperti di alam roh air, gletser es di sana bercahaya, menerangi seluruh sisi. Tidak ada tanah, namun tumbuh pepohonan dan bahkan ada air yang tidak membeku, menjadi sebuah aliran sungai dan danau.Saking tingginya langit-langit gua, bahkan ada kepulan awan putih di sana. Lapisan Gletser berwarna biru di langit-langit terlihat sama dengan langit dunia kita, hanya saja ada beberapa pilar layaknya sebuah pegunungan yang tinggi menjulang.Para warganya beraktivitas normal, bahkan tidak memakai pakaian tebal. Mereka telah berevolusi, kulit putih pucatnya telah menyesuaikan dengan suhu udara di dunianya.Di pusat kota, ada sebuah istana megah yang juga terbentuk dari Gletser es. Tanpa memiliki gerbang dan penjaga, seakan sebuah museum di pusat kota. Dari pintu utama, muncullah seorang gadis yang sangat cantik nan anggun. Rambut putihnya selaras dengan warna kulitnya, juga mengenakan perhiasan dari kristal es berupa anting dan hiasan rambutnya. Gaun dari sutra yang berwarna putih kebiruan, menyelimutinya dengan baik, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah.Semua mata langsung tertuju padanya, mereka segera menghentikan aktivitasnya dan memberi salam kepadanya."Selamat pagi Yang Mulia!" bukan hanya salam untuk menghormati, namun juga keramahan dan kegembiraan.Senyuman langsung merekah di bibir merah mudanya, menyapa kembali dengan suaranya yang menenangkan hati. Belum sempat ia berjalan lagi, beberapa anak kecil berlari mendekatinya."Nona Friss! Aku bisa membuat kristal es!" Seorang bocah laki-laki berlari sembari menjulurkan tangannya, sebuah kristal es runcing melayang di atas telapak tangannya.Jwush!... Kristal es tiba-tiba melesat ke arah Friss, namun segera hancur menjadi butiran air dan menyebar, terhalau ke samping."Hebat 'kan?" Bocah itu malah kegirangan, namun ada gadis kecil di sampingnya yang memukul kepalanya. Pukulan bocah, namun menciptakan bunyi cukup nyaring, membuat bocah laki-laki mengusap cepat kepalanya."Apa yang kau lakukan?! Sudah berbicara tidak sopan malah menyerang juga!" teriak gadis kecil sambil mengangkat kepalan tangan, namun si bocah laki-laki malah tertawa."Aku akan terus berlatih dan menjadi Pasukan Putih!"Friss tersenyum tipis saat mendengarnya, namun secara tiba-tiba senyumannya pudar. Ia mendongakkan kepalanya, dengan tatapan tajam dan muncul sorot biru cerah dari mata naganya. Hembusan angin lembut menerpa gaun dan rambut putihnya, beberapa orang dengan posisi berlutut muncul di depannya."Yang Mulia?"Hal itu membuat gadis kecil terkejut dan cukup takut, namun sang bocah laki-laki malah berbinar-binar kagum. "Pasukan Putih?!"Tanpa melepaskan pandangannya, Friss berkata. "Sebarkan seluruh anggota, siaga dan waspada jika sesuatu terjadi!""Baik!"Friss menghilang lebih cepat dibandingkan Pasukan Putih, meninggalkan hembusan angin lembut."Kerennn!" Bocah laki-laki begitu senang dan dengan semangat menoleh ke segara penjuru, seakan mencari jejak kepergian mereka.…Di atas planet Gletser Abadi, tepat setelah kepulan badai kabut, sebuah pasukan berjumlah ribuan orang. Memakai jubah putih dengan aksen emas yang tajam, juga tudung kepala yang menyembunyikan matanya.Dengan satu orang pemimpin, pria dengan pupil mata hijau cerah yang indah, mengenakan celana dan kemeja pendek dan berbahan tipis layaknya turis di pantai. Ia langsung melambaikan satu tangannya ke samping, menghentikan para bawahannya saat Friss muncul di depannya."Friss, sepertinya instingmu telah melemah. Aku sudah sampai sedekat ini dan kau baru menyadarinya?"Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, Friss berkata dengan nada datar. "Zetes apa maumu?""Tuanku ingin mengumpulkan kesepuluh Naga." Pria yang diketahui bernama Zetes itu sedikit menunduk, dengan bola mata bergerak ke atas dan tersenyum tipis layaknya psikopat."Tuan?... Aku tidak ada waktu, pergilah!"Zetes malah tersenyum lebar, memperlihatkan seluruh giginya dan berkata. "Tenang saja, tugasku bukan untuk mengundangmu." Ia memiringkan kepalanya, menoleh ke arah dunia Gletser Abadi. "Di tempat yang ekstrim seperti ini ternyata banyak sekali manusia yang…"Ucapannya terhenti karena menangkis serangan dari Friss, membuat gelombang energi yang mengenai ribuan pasukan di belakangnya hingga terhempas sangat jauh. Tatapan gadis itu begitu tajam dan menyala biru, dengan kedua tangannya diselimuti cakar naga dari es seperti yang Akara lakukan sebelumnya."Ahahaha!" Zetes mengangkat satu tangannya dan memberi isyarat kepada pasukannya untuk maju. Mereka langsung melesat ke arah planet Gletser, membuat Friss semakin melotot tajam."Biadab!" Friss mengayunkan cakar lainnya, cakaran sangat kuat hingga menyisakan robekan kehampaan di udara, membuat Zetes harus melompat mundur.Friss langsung melebarkan cakarnya ke arah pasukan berjubah putih. Wush!... Layaknya sebuah mata air, badai salju mencuat keluar, keluarlah Naga bertubuh es dengan sayap tajam yang membentang lebih dari seratus meter. Ia langsung mengayunkan sayapnya ke arah pasukan berjubah putih.Jlengg!... Dentuman kuat terjadi, membuat para pasukan terlempar menjauh. Muncullah seekor Ular Naga bersisik putih kehijauan yang menahan serangan Naga es menggunakan cakarnya. Naga es langsung memutar tubuhnya, melepaskan cengkraman Ular Naga angin pada sayapnya.Friss menoleh dengan cepat, melihat para pasukan yang masih selamat, namun hembusan angin langsung menutupi pandangannya."Cepat pergi!" Zetes langsung melesat, mengejar Friss yang sudah mengayunkan cakarnya ke arah dinding angin. Ia lebih cepat, bahkan sudah berposisi menendang di samping Friss.Tendangan yang sangat cepat, namun gadis itu sempat menahan menggunakan lengannya, membuat tubuhnya terlempar beberapa meter. Kristal es yang menyelimuti lengannya hancur, namun seketika pulih dan ia melesat lagi.Jwush!... Ular Naga Angin menghujam ke arahnya dengan mulut terbuka, namun tiba-tiba kristal es runcing memenuhi mulutnya, bahkan menembus kepalanya hingga hancur. Seakan bukan masalah besar, Ular Naga Angin kembali pulih dan kembali mengejar lawannya.Cahaya merah menyala menerangi kegelapan saat aura naga menyala di atas kepala Friss, seketika kristal es yang tak terhitung jumlahnya memenuhi langit di sekitarnya. Semua kristal melesat ke arah pasukan berjubah putih yang telah hilang memasuki badai, dibarengi Naga Es yang menghujam Ular Naga Angin dari sisi samping.Akan tetapi, Zetes menghadang Friss dengan aura Naga yang juga menyala. Dentuman hebat terjadi saat keduanya saling menghantam, dibarengi sebuah tornado raksasa yang menghadang seluruh kristal es. Pusaran angin itu membelah badai, namun juga membuat badai semakin kencang.Para pasukan berjubah putih kalang kabut dibuatnya, beberapa dari mereka bahkan terhisap oleh badai."Sial! Kebiasaan tuan Zetes tidak memperdulikan keselamatan kami!"Angkasa lepas yang seharusnya sunyi, sekarang begitu bising dengan dentuman keras tanpa henti. Robekan kehampaan seperti layar LCD yang dicakar cakar memenuhi angkasa, akibat kedua makhluk superior yang bertarung dengan sengit. Naga Es dan Ular Naga Angin saling mengejar, mengayunkan cakar, ekor dan sayap, bahkan menyemburkan kristal es dan bilah angin yang tajam. Kedua tubuh asli kedua Naga juga tidak jauh beda, mereka saling menyerang dan melesat ke arah planet Gletser Abadi. Badai salju yang menyelimuti planet telah berhamburan, tertiup menjauh hingga nampak permukaannya. Terlihat bukit-bukit rata yang diselimuti oleh salju, sedangkan pandangan langit di atasnya juga dipenuhi oleh robekan kehampaan. Seakan melukis udara dengan tinta hitam bercorak garis-garis yang tajam. Bagaikan 2 petir yang merambat di udara, keduanya melesat sangat cepat, dengan disusul ledakan saat kedua kilatan itu bertemu. Saat keduanya sibuk melayangkan serangan fisik, kristal es dan tebasan angin terus te
Friss yang sudah melesat dan hampir membelah tebalnya gletser es, tiba-tiba terhenti dan menoleh ke arah kerucut es raksasa yang dibuatnya. Ia terdiam seakan tidak yakin apa yang telah terjadi, benar seperti dugaannya, dinding es mulai retak. Dalam sekejap meledak, hancur berkeping-keping dan ledakan yang berupa amukan angin terus menyebar dengan cepat. Seakan sebuah balon yang terus membesar, menggerus gletser es yang menyelimuti planet, mencacah-cacah es layaknya sebuah agar-agar. …Gemuruh terdengar dari dalam planet, baik para warga yang terluka di pemukiman yang hancur tertimpa bongkahan es, maupun kedua belah pasukan di udara yang masih bertarung langsung mendongakkan kepalanya. Para pasukan berjubah yang sudah kelelahan, kini langsung terbelalak sangat ketakutan dan berteriak. "Tamat! Tamat sudah hidup kita!" Tepat saat itu langit seakan runtuh, menimpa mereka semua dalam sekejap. Angin telah mencacah semuanya.…Amukan angin meluas sangat cepat hingga dalam sekejap sudah me
Komo yang melihatnya langsung geleng-geleng heran dan berkata. "Beruntung kau bocah, waktu itu nona Lina saat bertemu denganmu tidak dalam kondisi prima!"Akara hanya tersenyum bangga, lalu kembali mengamati. Kepala Segoro mencair kembali, namun tubuhnya masih membeku."Kau dingin sekali, padahal sampai mengorbankan jutaan nyawa untuk memanggilku." Ia berkata sambil tersenyum penuh percaya diri. Akan tetapi, hal itu membuat Friss menatap tajam, bahkan seketika terbentuk cakar Naga dari kristal es di kedua tangannya. "Matamu buta?" ucapnya geram membuat Segoro tersenyum kecut dan bertanya. "Apa yang terjadi nona?""Zetes menyerangku, dia jadi budak para makhluk sialan itu!" Friss terlihat begitu geram, bahkan tanpa sadar energinya meluap, membuat serpihan es di sekitarnya jadi terselimuti oleh kristal es baru yang tajam. Melihat hal itu ia langsung menoleh ke arah dunia Gletser Abadi. Dari celah dunia yang terbuka, hawa dingin menyeruak masuk, membekukan pemukiman di pinggiran sana.
Para warga Gletser Abadi tengah sibuk, gotong royong membersihkan bongkahan es yang menimpa tempat tinggalnya. Bukan menggunakan perkakas, namun menggunakan energi mereka sendiri. Bongkahan es tadi dicairkan, lalu kembali membentuk rumah yang juga dari kristal es. Friss, sang Ratu Gletser Abadi mengamati semua itu dari atas balkon istananya. Segoro dan Akara masih berada di sisinya, lalu muncullah seorang pasukan putih yang berlutut di belakangnya. "Yang Mulia!" suara seorang gadis dengan tegas terdengar, membuat mereka menoleh dan berbalik badan. "Aliran energi pada gletser telah menipis, bahkan sudah banyak tanaman yang layu!" lanjutnya melaporkan keadaan. Sang Ratu tidak menjawabnya, lalu menoleh ke arah pemuda berpakaian putih biru dan berkata. "Segoro, bisa membantuku menggeser dunia ini?""Tentu!" seru Segoro, namun segera mengerutkan keningnya. "Tapi maksudnya?""Planet ini telah kehilangan energinya, sekarang sudah lepas dari o
Mereka perlahan-lahan membuka matanya, masih melesat dengan keadaan yang sunyi nan tenang. Tidak ada hambatan apapun di dalam sana selain dinding terowongan yang dipenuhi energi yang terus menggeliat."Jangan lambatkan lajumu." Friss memperingatkan Akara, dan gumpalan jiwa putih itu bertanya. "Kenapa?""Kita akan langsung keluar dari lubang cacing jika melambatkan kecepatan." Ia lalu membuka mata naganya dan menyapu pandangan. "Lalu bagaimana kita tau sudah sampai mana?" Akara kembali bertanya, lalu gadis itu menoleh sembari menutup mata naganya dan berkata. "Mataku dapat melihatnya."Akara langsung menoleh ke samping, sorot cahaya merah keluar saat mata naganya menyala. Ia seketika seakan tersedot keluar, melihat barisan planet dan bintang yang melesat begitu cepat. Seperti mendekatkan tulisan pada koran dan menggesernya dengan cepat, membuatnya pusing dan segera menutup mata naganya kembali. Ia langsung merasa ingin muntah.
Akara dan Friss masih di dalam lubang cacing, mereka masih begitu santai hingga akhirnya menyadari keanehan. Di kejauhan lorong penuh cahaya itu bergejolak, menyempit hingga akhirnya tertutup. Nyala merah dan biru serentak muncul dari mata keduanya."Nebula!" Akara langsung membuat pelindung ruang menyelimuti tubuh kekasihnya yang sedang terbelalak. Dentuman terjadi saat gadis itu melesat jauh lebih cepat, meninggalkan gelombang energi yang membuyarkan dinding lubang cacing. "Ada apa?" Akara ikut mempercepat lajunya."Tidak ada jalan masuk lagi jika kita keluar dari lubang cacing!" Friss begitu panik, namun apa daya. Lubang cacing sudah terpotong oleh Nebula. Bwush!... Mereka keluar dari lubang cacing, menembus pekatnya awan panas Nebula. "Tidak mungkin!" Friss mempercepat lajunya, hingga meninggalkan pusaran yang menggulung Nebula dan retakan kehampaan yang mencakar-cakar angkasa. Mengetahui usahanya gagal untuk masuk kembal
Di sisi lain dunia Atla, gadis cantik berambut putih dengan gaun putih kebiruan memasuki pelindung ruang seakan menembus gelembung. Pelindung yang menghalau hembusan awan panas dan material angkasa itu tidak menahannya, membuatnya segera berhenti dan menoleh ke luar. "Apa yang terjadi?" Ia bertanya kepada jiwa yang berupa gumpalan asap putih."Kamu diselimuti energiku, jadi bisa menembusnya," jawab Akara."Bagaimana bisa?" "Itulah yang ingin aku cari tau!" Akara segera melesat, menuju rindangnya tanaman yang menyelimuti planet Atla. …Kembali ke sisi lain dunia Atla yang sedang bersitegang, kilatan listrik yang menyelimuti tubuh Kaisar Atla telah bergerak ke satu titik menuju belakang pundaknya. Terbentuk aura layaknya sebuah galaksi, dengan latar pusara hitam yang berisi titik-titik cahaya bintang. Ada 2 barisan cahaya bintang yang melengkung layaknya 2 bilah kipas.Melihat auranya, Jade lalu berkata. "Humph! Berlagak mel
Istana Kaisar Atla, bangunan besar yang disangga oleh batang utama dan percabangan ranting yang menyebar di sampingnya. Di salah satu sisi istana, tepat di samping batang tanaman raksasa yang condong dan dialiri air layaknya prosotan raksasa. Al bersama kedua wanitanya dan Jade sedang berbincang tanpa adanya kehadiran tuan rumah. Mereka duduk santai dengan meja dan kursi dari tanaman yang merambat dari bawah. Setelah mendengar penjelasan Al, pria bertubuh kekar itu melebarkan kedua tangan, bersandar pada sandaran kursi dan berkata. "Baiklah!... Akan aku bantu! Tapi setelah itu jangan ganggu aku, aku ingin mengasingkan diri dari semesta ampas ini!""Terima kasih, tapi aku tidak yakin kau dapat mengasingkan diri dengan tenang jika mereka masih berdiri di atas sana!" Al ikut bersantai, duduk bersandar dan menaruh tangannya pada paha kedua gadis cantik di sisinya. Jade terkekeh dan berkata. "Melihat ambisimu, kau pasti tidak akan membiarkan mereka begitu saj