Share

7. Naga Es dan Ular Naga Angin

Kekaisaran Gletser Abadi

Sebuah tata surya dengan 3 planet yang tidak mendapatkan cahaya sedikitpun. Jika tata surya pada umumnya mengorbit pada suatu bintang (Matahari adalah nama sebuah bintang), Gletser Abadi mengelilingi sebuah lubang hitam kecil. Sebuah titik dengan gaya magnet yang sangat luar biasa, membuat ketiga planet tetap pada jalur orbitnya.

Planet berwarna putih bersih, namun jika dilihat lebih dekat, itu bukan warna aslinya. Badai salju menyelimuti seluruh permukaan planet, dengan ketinggian ratusan meter dan dengan kecepatan angin ratusan kilometer per jam. Suhu dingin yang sangat ekstrim tanpa adanya cahaya, tidak mungkin ada kehidupan di permukaan planet. Namun jika masuk ke dalam planet yang sepenuhnya berupa gletser berwarna biru, dapat ditemukan sebuah gua raksasa.

Pemukiman penduduk berada di sana, bangunan dan seluruh tempat terbuat dari Gletser es. Sama seperti di alam roh air, gletser es di sana bercahaya, menerangi seluruh sisi. Tidak ada tanah, namun tumbuh pepohonan dan bahkan ada air yang tidak membeku, menjadi sebuah aliran sungai dan danau.

Saking tingginya langit-langit gua, bahkan ada kepulan awan putih di sana. Lapisan Gletser berwarna biru di langit-langit terlihat sama dengan langit dunia kita, hanya saja ada beberapa pilar layaknya sebuah pegunungan yang tinggi menjulang.

Para warganya beraktivitas normal, bahkan tidak memakai pakaian tebal. Mereka telah berevolusi, kulit putih pucatnya telah menyesuaikan dengan suhu udara di dunianya.

Di pusat kota, ada sebuah istana megah yang juga terbentuk dari Gletser es. Tanpa memiliki gerbang dan penjaga, seakan sebuah museum di pusat kota. Dari pintu utama, muncullah seorang gadis yang sangat cantik nan anggun. Rambut putihnya selaras dengan warna kulitnya, juga mengenakan perhiasan dari kristal es berupa anting dan hiasan rambutnya. Gaun dari sutra yang berwarna putih kebiruan, menyelimutinya dengan baik, memperlihatkan lekukan tubuhnya yang indah.

Semua mata langsung tertuju padanya, mereka segera menghentikan aktivitasnya dan memberi salam kepadanya.

"Selamat pagi Yang Mulia!" bukan hanya salam untuk menghormati, namun juga keramahan dan kegembiraan.

Senyuman langsung merekah di bibir merah mudanya, menyapa kembali dengan suaranya yang menenangkan hati. Belum sempat ia berjalan lagi, beberapa anak kecil berlari mendekatinya.

"Nona Friss! Aku bisa membuat kristal es!" Seorang bocah laki-laki berlari sembari menjulurkan tangannya, sebuah kristal es runcing melayang di atas telapak tangannya.

Jwush!... Kristal es tiba-tiba melesat ke arah Friss, namun segera hancur menjadi butiran air dan menyebar, terhalau ke samping.

"Hebat 'kan?" Bocah itu malah kegirangan, namun ada gadis kecil di sampingnya yang memukul kepalanya. Pukulan bocah, namun menciptakan bunyi cukup nyaring, membuat bocah laki-laki mengusap cepat kepalanya.

"Apa yang kau lakukan?! Sudah berbicara tidak sopan malah menyerang juga!" teriak gadis kecil sambil mengangkat kepalan tangan, namun si bocah laki-laki malah tertawa.

"Aku akan terus berlatih dan menjadi Pasukan Putih!"

Friss tersenyum tipis saat mendengarnya, namun secara tiba-tiba senyumannya pudar. Ia mendongakkan kepalanya, dengan tatapan tajam dan muncul sorot biru cerah dari mata naganya. Hembusan angin lembut menerpa gaun dan rambut putihnya, beberapa orang dengan posisi berlutut muncul di depannya.

"Yang Mulia?"

Hal itu membuat gadis kecil terkejut dan cukup takut, namun sang bocah laki-laki malah berbinar-binar kagum. "Pasukan Putih?!"

Tanpa melepaskan pandangannya, Friss berkata. "Sebarkan seluruh anggota, siaga dan waspada jika sesuatu terjadi!"

"Baik!"

Friss menghilang lebih cepat dibandingkan Pasukan Putih, meninggalkan hembusan angin lembut.

"Kerennn!" Bocah laki-laki begitu senang dan dengan semangat menoleh ke segara penjuru, seakan mencari jejak kepergian mereka.

Di atas planet Gletser Abadi, tepat setelah kepulan badai kabut, sebuah pasukan berjumlah ribuan orang. Memakai jubah putih dengan aksen emas yang tajam, juga tudung kepala yang menyembunyikan matanya.

Dengan satu orang pemimpin, pria dengan pupil mata hijau cerah yang indah, mengenakan celana dan kemeja pendek dan berbahan tipis layaknya turis di pantai. Ia langsung melambaikan satu tangannya ke samping, menghentikan para bawahannya saat Friss muncul di depannya.

"Friss, sepertinya instingmu telah melemah. Aku sudah sampai sedekat ini dan kau baru menyadarinya?"

Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, Friss berkata dengan nada datar. "Zetes apa maumu?"

"Tuanku ingin mengumpulkan kesepuluh Naga." Pria yang diketahui bernama Zetes itu sedikit menunduk, dengan bola mata bergerak ke atas dan tersenyum tipis layaknya psikopat.

"Tuan?... Aku tidak ada waktu, pergilah!"

Zetes malah tersenyum lebar, memperlihatkan seluruh giginya dan berkata. "Tenang saja, tugasku bukan untuk mengundangmu." Ia memiringkan kepalanya, menoleh ke arah dunia Gletser Abadi. "Di tempat yang ekstrim seperti ini ternyata banyak sekali manusia yang…"

Ucapannya terhenti karena menangkis serangan dari Friss, membuat gelombang energi yang mengenai ribuan pasukan di belakangnya hingga terhempas sangat jauh. Tatapan gadis itu begitu tajam dan menyala biru, dengan kedua tangannya diselimuti cakar naga dari es seperti yang Akara lakukan sebelumnya.

"Ahahaha!" Zetes mengangkat satu tangannya dan memberi isyarat kepada pasukannya untuk maju. Mereka langsung melesat ke arah planet Gletser, membuat Friss semakin melotot tajam.

"Biadab!" Friss mengayunkan cakar lainnya, cakaran sangat kuat hingga menyisakan robekan kehampaan di udara, membuat Zetes harus melompat mundur.

Friss langsung melebarkan cakarnya ke arah pasukan berjubah putih. Wush!... Layaknya sebuah mata air, badai salju mencuat keluar, keluarlah Naga bertubuh es dengan sayap tajam yang membentang lebih dari seratus meter. Ia langsung mengayunkan sayapnya ke arah pasukan berjubah putih.

Jlengg!... Dentuman kuat terjadi, membuat para pasukan terlempar menjauh. Muncullah seekor Ular Naga bersisik putih kehijauan yang menahan serangan Naga es menggunakan cakarnya. Naga es langsung memutar tubuhnya, melepaskan cengkraman Ular Naga angin pada sayapnya.

Friss menoleh dengan cepat, melihat para pasukan yang masih selamat, namun hembusan angin langsung menutupi pandangannya.

"Cepat pergi!" Zetes langsung melesat, mengejar Friss yang sudah mengayunkan cakarnya ke arah dinding angin. Ia lebih cepat, bahkan sudah berposisi menendang di samping Friss.

Tendangan yang sangat cepat, namun gadis itu sempat menahan menggunakan lengannya, membuat tubuhnya terlempar beberapa meter. Kristal es yang menyelimuti lengannya hancur, namun seketika pulih dan ia melesat lagi.

Jwush!... Ular Naga Angin menghujam ke arahnya dengan mulut terbuka, namun tiba-tiba kristal es runcing memenuhi mulutnya, bahkan menembus kepalanya hingga hancur. Seakan bukan masalah besar, Ular Naga Angin kembali pulih dan kembali mengejar lawannya.

Cahaya merah menyala menerangi kegelapan saat aura naga menyala di atas kepala Friss, seketika kristal es yang tak terhitung jumlahnya memenuhi langit di sekitarnya. Semua kristal melesat ke arah pasukan berjubah putih yang telah hilang memasuki badai, dibarengi Naga Es yang menghujam Ular Naga Angin dari sisi samping.

Akan tetapi, Zetes menghadang Friss dengan aura Naga yang juga menyala. Dentuman hebat terjadi saat keduanya saling menghantam, dibarengi sebuah tornado raksasa yang menghadang seluruh kristal es. Pusaran angin itu membelah badai, namun juga membuat badai semakin kencang.

Para pasukan berjubah putih kalang kabut dibuatnya, beberapa dari mereka bahkan terhisap oleh badai.

"Sial! Kebiasaan tuan Zetes tidak memperdulikan keselamatan kami!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status