Share

Bab 3

KEJUTAN DI HARI PERNIKAHAN

BAB 3

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Lila tengah menikmati sore harinya di balkon kamar dengan ditemani segelas susu hangat dan sedikit cemilan yang tersedia di meja sebelahnya. Sementara itu, Lila juga sedang serius membaca cerita-cerita di sebuah aplikasi, di mana aplikasi tersebut banyak sekali menyuguhkan cerbung maupun cerpen. Kita hanya tinggal pilih saja cerita mana yang mau kita baca. Dan tentunya kita sebagai pembaca juga harus menyediakan koin untuk membuka bab yang terkunci. Bagi Lila itu tidak menjadi masalah, asalkan cerita itu bagus baginya pasti akan dibukanya.

Saat sedang asik dengan kegiatannya, Lila mendengar samar-samar suara dari depan rumahnya.

"Apaan sih ribut-ribut, atau jangan-jangan itu Mas Mirza? Sebaiknya aku lihat keluar, aku mau liat ekspresi Mas Mirza saat tahu dirinya kini kembali menjadi gembel," gumam Lila.

Bergegas Lila keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi di luar sana.

"Lilaaaa, keluar kamu! Ini juga rumahku! Kamu tak berhak mengusirku seperti ini!"

Dan benar saja suara itu adalah suara Mirza yang tengah mengamuk karena diusir Lila dari rumahnya.

"Lila, tolong buka pagarnya, beritahu satpammu ini kalau aku boleh masuk ke dalam," ucap Mirza saat melihat Lila datang menghampirinya.

"Maaf, Mas, seperti yang kamu lihat, kalau kopermu sudah aku letakkan di luar. Berarti kamu memang harus pergi dari sini," ucap Lila datar.

"Lila, kamu sedang bercanda kan, Sayang? Plase, bukakan pintunya, biar Mas jelaskan semuanya."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Mas, karena semuanya sudah jelas. Kita bisa bertemu lagi nanti di sidang perceraian kita minggu depan, atau kalau kamu tidak datang justru itu lebih bagus."

"Apa! Jadi kau sudah mendaftarkan perceraian kita?"

"Ya, aku sudah mendaftarkannya empat hari sebelum hari pernikahanmu dengan Riana."

"Tapi, bukankah kamu setuju dengan pernikahanku dan Riana, lalu kenapa kamu menggugatku?"

"Setuju kamu bilang? Apa kamu pernah bertanya padaku, aku setuju atau tidak dengan pernikahanmu dan Riana? Tidak, Mas, kamu tidak pernah menanyakannya, kamu hanya mengedepankan egomu saja. Sudah cukup selama ini aku mengalah untuk egomu, dan sekarang aku sudah tak mau lagi meneruskan rumah tangga ini bersamamu."

"Tidak Lila! Kamu tidak bisa menggugat, aku tidak akan pernah menceraikanmu Lila!"

"Tapi sayangnya aku akan tetap melanjutkan perceraian ini, pergilah dari sini, karena ini bukan rumahmu!"

Mirza mengepalkan tangannya, mukanya merah menahan amarah, Mirza merasa harga dirinya terinjak-injak oleh istrinya sendiri.

"Dengar Lila, sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikanmu, dan aku tidak akan tinggal diam dengan penghinaan itu padaku! Aku tidak terima kamu hina begini, akan kubuat kamu menyesal karena telah memperlakukanku seperti ini!" ucap Mirza sembari meninggalkan Lila dengan menyeret kopernya.

Lila menatap kepergian Mirza dengan datar, rasa cinta dan rasa sayang yang dulu pernah singgah di hatinya kini berubah menjadi rasa sakit dan benci, benci yang teramat dalam.

Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk Lila berbakti pada suami dan juga keluarganya, tapi pengorbanan Lila tidak berarti apa-apa bagi mereka, mereka hanya menganggap Lila sebagai angin lalu. Hingga pada puncaknya rasa sakit itu menjadi benci, dan dendam saat Lila tau kalau suaminya sering berhubungan dengan Riana. Ditambah Mirza akan menikah dengan Riana dan itu juga disetujui oleh keluarga Mirza, semakin dalamlah rasa benci dan dendam Lila pada mereka. Hingga kini akhirnya Lila membalaskan semua itu tanpa ampun.

Akan tetpi, saat ini Lila belum terlalu puas dengan pembalasannya, Lila menginginkan satu persatu dari mereka merasakan bahkan kalau perlu memohon dan menangis di kaki Lila hanya untuk meminta maaf.

*****

Gontai Mirza melangkah dengan menyeret kopernya menuju rumah Kakaknya yakni, Desi. Karena hanya Desi yang memiliki rumah, sementara rumah orangtua Mirza sudah lama dijual pada saat mereka pindah ke rumah Lila.

Sungguh ironis memang, mereka hanya menumpang pada Lila, tapi justru mereka merasa bahwa mereka nyonya dan berhak atas rumah Lila yang diakui sebagai rumah Mirza. Mereka tak ubahnya seperti benalu, benalu yang siap menggerogoti dan siap kapan saja untuk membuat si pemilik lahan nya mati secara perlahan.

Tentu saja kepulangan Mirza tidak diketahui oleh saudara dan Ibunya. Mereka menyuruh Mirza pulang kerumah menemui Lila untuk mengusir Lila dari rumah itu. Karena menurut mereka, gara-gara perbuatan Lila lah yang membuat keluarga mereka malu dan berantakan seperti itu, tapi pada kenyataannya justru Mirza lah yang terusir dari rumah mewah tersebut.

"Lho Mirza, kok pulang lagi? Gimana, kamu sudah usir istri kamu yang kurang ajar itu kan?" tanya Bu Widya pada Mirza. Bu Widya memang sudah sadar dan pulang dari rumah sakit.

Mirza tak menghiraukan pertanyaan Ibunya, dia terus saja masuk ke dalam rumah kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Kamu kenapa Mirza, kok pulang bawa koper begitu? Kamu sudah mengusir istrimu itu kan?"

"Bukan Lila yang terusir dari rumah tapi Aku yang terusir dari rumah, Bu."

"Apa! Kok bisa?"

"Ya bisa, karena ... karena rumah itu memang milik Lila."

"Apa!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
sudah dzolim berkhianat srakah kho ngrasa di injak"sama lila lucu mirza ha. ......yang punya rumah ambil miliknya kgo marah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status