Zetta bergegas turun dari taksi yang berhenti di depan kantor dan buru-buru masuk ke lobbi di mana ada Jason duduk di sofa sembari sibuk dengan ponselnya.Zetta menghela napas dan berjalan menghampiri Jason.“Jason,” panggilnya.Jason mengangkat pandangan lalu berdiri sembari tersenyum,”Hai." Sedikit melihatnya bingung karena dia berjalan dari arah depan bukannya lewat lift sembadi membawa tasnya dan baju yang sedikit basah. "Kau dari mana,Zetta?""Tadi keluar sebentar karena ada yang harus di urus.""Oh. Kenapa kau tidak bilang biar aku yang jemput?""Tidak. Aku sedang dalam perjalanan ke sini tadi."Mungkin kalau bukan karena panggilan Jason, dia akan tidur di apartemen Alva sampai besok pagi.“Padahal Kau tidak perlu repot-repot menjemputku saat sedang hujan begini.”Jason tersenyum, menangkup wajahnya dan menatapnya intens,”Tidak ada yang bisa menghentikanku menjemput kekasihku sendiri bahkan hujan badai sekalipun.”Zetta memutar bola matanya,”Kau memang tidak bisa dihentikan.”Ja
"Sebenarnya apa yang terjadi,Arzetta?" Om Jeremy menghentikan mobilnya di halaman mansion Alexander yang megah. Zetta kaget saat Om Jeremy datang ke kantor untuk menjemputnya atas perintah Pak Gabriell. Dilihat dari beliau yang ingin segera membicarakan hal penting itu membuat Zetta gugup. Bagaimana kalau foto itu menimbulkan masalah yang lebih besar. Mungkin saja dia akan di pecat karena Pak Gabriell marah besar. "Tidak apa-apa kok,Om."Om Jeremy nampak tidak percaya. "Apa semua foto-foto itu benar?"Zetta mengatupkan bibir, tidak menjawab, merasa malu dengan Omnya yang mengamati keterdiamannya yang berujung menghela napas."Tentu saja aku tidak berpikir foto-foto itu direkayasa. Hanya saja aku berharap kalau yang di foto itu bukan kau.""Maaf,Om. Itu memang Zetta sengaja melakukannya," selanya. "Tapi Zetta punya alasan sendiri."Jeremy bergeming,mungkin bingung mau mengatakan apa."Kau yang sengaja melakukannya? Bukan karena Alva menggodamu dengan keras hingga kau luluh.""Tidak.
"Apa pak Alva sedang menghindar dari tunangannya yang cantik dan seksi itu sampai harus makan siang sejauh ini?" Tanya Zetta, menekan salad sayurnya dengan garpu sementara Alva sibuk memotong steaknya.Sejak masuk ke dalam restoran, Alva tidak mengatakan apapun bahkan saat Zetta mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. "Duh, Pak. Tolong jangan libatkan saya dalam perseteruan cinta kalian dong. Kalau mau menghindar ya jangan ajak-ajak. Saya kan takut di salahpahami--hmmp.""Bawel banget,” decak Alva setelah menyumpal mulut Zetta dengan steak dalam ukuran cukup besar membuatnya diam dengan mata melotot."Dinikmati saja makanannya, jangan kebanyakan bicara!"Zetta menghela napas, mengunyah dagingnya dan menelannya lalu bertopang dagu. Ada sedikit yang berbeda dari bosnya yang nampak lebih tenang dari biasanya. Seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Zetta berdecak, memilih fokus dengan makanannya membiarkan Alva dengan pikirannya sendiri.“Apa yang terjadi antara kau dan Jason se
Zetta baru bisa pulang agak malam gara-gara bosnya yang banyak tingkah. Alva pasti sengaja membuatnya seperti itu agar perselisihannya dengan Jason semakin membuatnya kepikiran. Senang sekali menggoda Zetta yang rasanga ingin mencakar wajahnya yang tampan itu berkali-kali. Selama perjalanan pulang, Zetta berharap jika Jason bisa diajak berbicara baik-baik dan mau mendengarkannya. Dia tidak mau Jason semakin salah paham. Zetta buru-buru masuk ke dalam apartemen yang langsung di sambut oleh Eliana yang mencekal lengannya nampak khawatir. “Apa kalian bertengkar?” tanyanya dengan kening berkerut. “Jason nampak sangat marah sejak pulang tadi sore.” “Yeah, secara tidak langsung ini juga ada sangkut pautnya denganmu,” decak Zetta. Eliana nampak bingung, Zetta menepis tangannya, berjalan mengarah ke kamar Jason dan membukanya. Yang pertama harus ditenangkan itu ialah Jason. “Kita harus bicara,” ucapnya pada Jason yang sedang tidur dengan lengan menutupi wajah. Jason menurunkan tangannya
Flashback On"ARZETTA!!!" pekikan itu menggema bersamaan dengan ambruknya tubuh Zetta ke jalan yang langsung sigap Alva tangkap dan memeluknya sebelum tubuh Zetta membentur aspal jalan tidak memperdulikan luka gesekan di sepanjang lengannya.Alva mencoba bangkit dan duduk dengan Zetta dalam pelukannya nampak panik merapikan rambut Zetta yang terjuntai menutupi wajahnya dan melihat luka lebam akibat dari pukulan Jason yang kuat itu. Alva berdesis menatap Jason yang berdiri terpaku melihat Zetta."BRENGSEK! Kalau sampai Zetta cidera serius. Aku akan menghajarmu sampai mampus!!!" Teriak Alva.Jason tersadar dan langsung merunduk di depan Alva, "Berikan Zetta padaku."Alva mendorong Jason menjauh, "Tidak akan!!! Aku yang akan membawanya ke rumah sakit. Lebih baik kamu pergi dari sini."Jason menggertakkan giginya tidak terima dan berbicara penuh penuh penekanan, "Aku kekasihnya dan kau bukan siapa-siapa jadi berikan Arzetta padaku, Alva Alexander."Alva berdecih dan menatap remeh Jason, "
Flashback OnAlva memijit pelipisnya. Perdebatan ini akan panjang jika dia tidak memiliki cara untuk meyakinkan Alex Rosmarch kalau dia tidak besedia menikahi anaknya."Coba kau pikirkan ini anak muda."Alex dengan wajah tenang penuh arogansi duduk bersebrangan dengannya di dalam mansion keluarga Rosmarch yang mewah.Sepertinya Papanya sama sekali tidak mengenal lelaki tua yang dianggapnya sahabat ini."Hubungan bisnisku dengan Papamu sudah berjalan lebih dari dua puluh lima tahun. Papamu termasuk dalam jajaran pengusaha dan sahabat yang aku hormati. Jadi,ketika kami memiliki penerus yang sama-sama belum menikah, kenapa tidak kami menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih kuat lagi." Mata tajam itu bagaikan sebilah pisau meskipun senyuman tipis menghiasi wajahnya. "Aku yakin anakku pasti masuk dalam kriteria wanita idamanmu."Alva tersenyum berusaha sopan. "Jadi anda tidak keberatan menyerahkan putri anda satu-satunya yang cantik dan seksi itu untuk hidup dengan bajingan yang banyak
Arzetta, sayang. Selamat bekerja. Bos tampanmu ini akan berlibur sebentar. "Astaga!"Zetta mencengkram erat ponsel di tangan saat melihat pesan yang dikirimkan Alva lima menit yang lalu yang membuat darahnya mendidih. Di saat dia sedang sibuk-sibuknya ditambah persiapan acara pertunangan yang akan dilaksanakan tiga hari lagi, bos gilanya itu malah pergi berlibur sendirian secara mendadak di pagi hari. Zetta buru-buru melihat agenda Alva untuk hari ini dan terpaksa mengundurkan semua jadwalnya. Ternyata permintaan liburan ke Las Vegas kemarin bukan candaan belaka. Bosnya itu memang sudah berniat untuk melarikan diri."Bajingan itu!" Ucapnya geram setelah selesai menjadwal ulang agenda Alva dengan susah payah.Tring.Suara lift terbuka, Zetta menoleh dan melihat seseorang keluar dari sana membuat dia mengumpat serapah di dalam kepalanya untuk Alva Alexander atas kekacauan yang dia buat untuknya. Zetta mengepalkan kedua tangannya sesaat sebelum berdiri dengan senyuman ramah."Selamat p
Hilton Grand Vacation Hotel, Las Vegas"Hai."Zetta diam, melipat lengan di dada dan menatap tajam laki-laki di depannya yang hanya senyum-senyum."Kau seharusnya marah pada Alva bukan padaku," decaknya."Kenapa aku yang harus repot-repot membawa bos playboy itu pulang!" Gerutu Zetta. "Apa kau yang membawa Alva sampai sejauh ini di tengah jadwalnya yang sibuk?!""Tidak." Zafier mengangkat kedua tangannya, mengambil alih koper di depannya dan merangkul bahunya membawanya berjalan melintasi lobbi hotel yang ramai menuju ke arah lift. "Justru sebaliknya, dia yang menyeretku kemari. Percaya deh.""Kalian berdua laki-laki yang tidak bisa dipercaya!" Zetta melepaskan diri dari rangkulan Zafier, masuk ke dalam lift yang kemudian tertutup dan perlahan naik ke lantai atas. "Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan?!" Decaknya."Yah, hanya sedang mengambil liburan seperti yang Alva katakan!" Zafier tertawa melihat Zetta melotot. "Oke-oke. Kami hanya sedang mengulur waktu.""Untuk apa?""Yah, a