Flashback On"ARZETTA!!!" pekikan itu menggema bersamaan dengan ambruknya tubuh Zetta ke jalan yang langsung sigap Alva tangkap dan memeluknya sebelum tubuh Zetta membentur aspal jalan tidak memperdulikan luka gesekan di sepanjang lengannya.Alva mencoba bangkit dan duduk dengan Zetta dalam pelukannya nampak panik merapikan rambut Zetta yang terjuntai menutupi wajahnya dan melihat luka lebam akibat dari pukulan Jason yang kuat itu. Alva berdesis menatap Jason yang berdiri terpaku melihat Zetta."BRENGSEK! Kalau sampai Zetta cidera serius. Aku akan menghajarmu sampai mampus!!!" Teriak Alva.Jason tersadar dan langsung merunduk di depan Alva, "Berikan Zetta padaku."Alva mendorong Jason menjauh, "Tidak akan!!! Aku yang akan membawanya ke rumah sakit. Lebih baik kamu pergi dari sini."Jason menggertakkan giginya tidak terima dan berbicara penuh penuh penekanan, "Aku kekasihnya dan kau bukan siapa-siapa jadi berikan Arzetta padaku, Alva Alexander."Alva berdecih dan menatap remeh Jason, "
Flashback OnAlva memijit pelipisnya. Perdebatan ini akan panjang jika dia tidak memiliki cara untuk meyakinkan Alex Rosmarch kalau dia tidak besedia menikahi anaknya."Coba kau pikirkan ini anak muda."Alex dengan wajah tenang penuh arogansi duduk bersebrangan dengannya di dalam mansion keluarga Rosmarch yang mewah.Sepertinya Papanya sama sekali tidak mengenal lelaki tua yang dianggapnya sahabat ini."Hubungan bisnisku dengan Papamu sudah berjalan lebih dari dua puluh lima tahun. Papamu termasuk dalam jajaran pengusaha dan sahabat yang aku hormati. Jadi,ketika kami memiliki penerus yang sama-sama belum menikah, kenapa tidak kami menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih kuat lagi." Mata tajam itu bagaikan sebilah pisau meskipun senyuman tipis menghiasi wajahnya. "Aku yakin anakku pasti masuk dalam kriteria wanita idamanmu."Alva tersenyum berusaha sopan. "Jadi anda tidak keberatan menyerahkan putri anda satu-satunya yang cantik dan seksi itu untuk hidup dengan bajingan yang banyak
Arzetta, sayang. Selamat bekerja. Bos tampanmu ini akan berlibur sebentar. "Astaga!"Zetta mencengkram erat ponsel di tangan saat melihat pesan yang dikirimkan Alva lima menit yang lalu yang membuat darahnya mendidih. Di saat dia sedang sibuk-sibuknya ditambah persiapan acara pertunangan yang akan dilaksanakan tiga hari lagi, bos gilanya itu malah pergi berlibur sendirian secara mendadak di pagi hari. Zetta buru-buru melihat agenda Alva untuk hari ini dan terpaksa mengundurkan semua jadwalnya. Ternyata permintaan liburan ke Las Vegas kemarin bukan candaan belaka. Bosnya itu memang sudah berniat untuk melarikan diri."Bajingan itu!" Ucapnya geram setelah selesai menjadwal ulang agenda Alva dengan susah payah.Tring.Suara lift terbuka, Zetta menoleh dan melihat seseorang keluar dari sana membuat dia mengumpat serapah di dalam kepalanya untuk Alva Alexander atas kekacauan yang dia buat untuknya. Zetta mengepalkan kedua tangannya sesaat sebelum berdiri dengan senyuman ramah."Selamat p
Hilton Grand Vacation Hotel, Las Vegas"Hai."Zetta diam, melipat lengan di dada dan menatap tajam laki-laki di depannya yang hanya senyum-senyum."Kau seharusnya marah pada Alva bukan padaku," decaknya."Kenapa aku yang harus repot-repot membawa bos playboy itu pulang!" Gerutu Zetta. "Apa kau yang membawa Alva sampai sejauh ini di tengah jadwalnya yang sibuk?!""Tidak." Zafier mengangkat kedua tangannya, mengambil alih koper di depannya dan merangkul bahunya membawanya berjalan melintasi lobbi hotel yang ramai menuju ke arah lift. "Justru sebaliknya, dia yang menyeretku kemari. Percaya deh.""Kalian berdua laki-laki yang tidak bisa dipercaya!" Zetta melepaskan diri dari rangkulan Zafier, masuk ke dalam lift yang kemudian tertutup dan perlahan naik ke lantai atas. "Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan?!" Decaknya."Yah, hanya sedang mengambil liburan seperti yang Alva katakan!" Zafier tertawa melihat Zetta melotot. "Oke-oke. Kami hanya sedang mengulur waktu.""Untuk apa?""Yah, a
Zetta terpaksa mengabaikan telepon dari Jason karena dia tidak mau memancing keributan yang akan membuat Jason salah paham. Kepergiannya yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan dan bersama Alva Alexander pasti akan membuat Jason marah. Nanti saja saat kembali dia akan memberi tahu Jason dan menerima kemarahannya. Dihelanya napas panjang, mengambil handuk kecil yang dia letakkan di dahi Alva yang tubuhnya terasa panas dan membasahinya lalu meletakkannya lagi di sana. Entah akibat pukulan atau kaget karena bertemu lagi dengan luka masa lalunya yang membuat Alva sakit seperti ini membuat Zetta terenyuh. Laki-laki playboy yang selalu saja iseng dan menggoda orang itu ternyata menyimpan luka yang mendalam. Kepergian wanita Bernama Amira itu ternyata masih mempengaruhinya hingga saat ini. Zetta jadi tahu seberapa besar Alva mencintainya dan juga membencinya.“Kenapa harus saya sih pak yang susah sekarang?” gumam Zetta, membasahi leher dan dada Alva dengan air agar suhunya tidak semakin naik. Be
“Jason mencarimu sejak tadi karena tidak mengangkat telepon darinya.” Zetta diam, Jeremy menghela napas. “Dia nampaknya sangat khawatir.”“Tidakkah menurut Om dia terlalu berlebihan mengkhawatirkanku?” tanya Zetta, mencoba mengatakan kegusarannya tentang sikap Jason yang dia anggap berlebihan. “Aku tidak perlu dikhawatirkan sampai seperti ini.”“Kau tahu sendiri jika dari dulu dia selalu peduli padamu lebih dari yang kau pikirkan. Terlebih lagi ternyata dia menyimpan perasaan untukmu selama ini dan kau menyambutnya. Dia pasti tidak ingin kehilangan dirimu.”Tetap saja Zetta merasa kalau sikap Jason berlebihan terhadapnya. Zetta tidak tahu apakah hal itu sudah termasuk ke dalam obsesi atau memang hanya kekhawatiran biasa. Zetta memijit kepalanya yang agak berdenyut karena kejadian hari ini sungguh mengejutkan dan berlalu dengan cepat. Tiba-tiba saja dia ada di Las Vegas, menemani Alva berjudi hingga berkelahi entah dengan siapa dan akhirnya kembali pulang. Rasanya seperti mimpi yang te
“Zetta, Alva memberimu cuti.”“Hah?” Zetta belum sepenuhnya paham dengan ucapan Omnya yang siang ini meneleponnya. “Cuti?”Jason yang sedang menonton televisi di sampingnya menoleh ingin tahu.“Kenapa?”“Ada beberapa kekacauan yang harus diselesaikan Alva jadi untuk beberapa hari ini om yang akan menemaninya.”“Dia tidak memecatku?”“Untuk apa dia memecatmu,” decak Omnya. “Lain ceritanya kalau kau yang memang mau mengundurkan diri—”“Tidak,” sela Zetta.Omnya terdengar menghela napas, “Dengar, Arzetta. Kau tahu sendiri keadaan Alva saat ini yang sedang berusaha melepaskan diri dari pertunangan jadi dia ingin menyelesaikannya dulu agar kau tidak dilibatkan. Kau mengerti maksudnya kan?”“Kenapa bukan dia yang menghubungiku sendiri?”“Dia sedang memulangkan Cherry ke London.”“Oh.” Zetta tidak bisa berkata-kata. Mungkin posisinya akan berbahaya jika semakin memprovokasi Cherry. Terlibat skandal dengan Alva bukanlah hal yang bagus. “Baiklah kalau begitu,Om.”“Bagus kalau kau mengerti. Al
"Aku ingin kita saling menjauh.""Kenapa?" Tanyanya dengan tatapan nanar dan kaget."Kau terlalu posesive, Alva. Sudah cukup bertahun-tahun sebelum ini kita bersama. Aku ingin bebas melakukan apapun di luar sana.""Tidak!! Kau tidak boleh jauh-jauh dari aku, Amira. Kau itu calon istriku dan aku tidak pernah mengekangmu untuk melakukan apapun yang kau sukai tapi tetaplah di sampingku."Amira menggelengkan kepala, "Aku belum siap untuk menikah. Aku masih memiliki impian menjadi model.""Aku tidak pernah melarang keinginanmu itu, aku hanya tidak suka kalau kau terlalu memamerkan tubuhmu untuk lelaki di luaran sana," desisnya."Aku tidak mau di batasi. Jika aku masih bersamamu, aku tidak bisa menggapai impianku."Amira tersenyum sendu.Alva mengepalkan tangannya. Matanya berkilat oleh kecemburuan dan kemarahan. Seharusnya dari awal Amira tahu, kalau Alva hanya menginginkannya bukan yang lain. Sebelumnya mereka dalam keadaan baik-baik saja sampai Amira mendapat tawaran menjadi model untuk b