"Kakak jahat!" pekik Kanaya. Gadis itu bersiap melangkah pergi. Tetapi dengan sigap Leon menarik lengan Kanaya lalu memeluk tubuh adiknya begitu kencang."Maafin kakak, Nay. Maafin kakak. Kakak salah, Sayang," ucap Leon mengeratkan pelukan pada tubuh mungil Kanaya.Sekuat tenaga, Kanaya berusaha berontak. Rasa benci, muak dan jijik pada kakaknya ini bercampur aduk di dalam hati. Dadanya terasa sesak manakala tau siapa orang yang telah merusak dan menghancurkan masa depannya."Kenapa kakak lakuin ini ke Nay, Kak? Apa salah Nay? Dari dulu Kak Leon selalu marahin Nay. Sekarang kak Leon juga yang rusak Nay, Kak. Kakak jahat!" racau Kanaya. Gadis itu seolah tak perduli jika orang lain mendengar ocehannya.Tetapi Leon bukanlah pria bodoh. Ruang di mana kanaya berada sudah di booking oleh Leon, sehingga tidak ada pengunjung lain yang memasuki lantai di mana Kanaya berada. Kini, Kanaya mau marah mau memakinya pun Leon akan membiarkan. Leon sadar dia salah, dia susah pantas mendapatkan hukuma
"Pergi! Kakak pergi! Naya nggak mau lihat kakak. Naya muak," jerit Kanaya saat sudah sadar dari pingsannya.Akan tetapi, Leon tak perduli. Hatinya sudah berjanji jika Kanaya dia temukan, apa pun alasanya. Leon tak akan pernah melepaskan kembali. Leon tak mau lagi kehilangan gadis yang sebenarnya sudah lama ia cintai. Hanya saja, Leon gengsi mengakui apa yang ada di dalam hati selama ini. Tetapi dengan hilangnya Kanaya beberapa minggu saja membuat dunianya Leon menjadi tak karuan."Naya, maafin kakak. Kakak akui salah. Mohon maafkan kakak, Nay," ucap Leon sembari bersimpuh di hadapan Kanaya yang sudah berdiri hendak pergi. Tetapi langkahnya terhalang tubuh kekar Leon.Kanaya juga telah mencabut selang infusan yang tadi masih terpasang di tangannya. Tak perduli darah keluar dan menetes di lantai. Kanaya tetap ingin pergi sebelum Arga juga Rossa datang. Kanaya yakin, jika Leon telah memberitahukan kepada kedua orang tuanya."Lepasin, Kak! Lepasin Naya!" pekik Kanaya. Namun pekikan itu t
"Hay, kamu kenapa?" tanya seorang gadis."Kak, tolong, perut aku sakit," keluh gadis yang ternyata Kanaya. Kanaya memanfaatkan waktu saat dokter juga kedua perawat meninggalkan ruang rawat dimana Kanaya berada. Sadar situasi memungkinkan untuk kabur. Kanaya memilih mencabut kembali selang infusan lalu keluar dari ruang rawat. ''Ya Tuhan, muka kamu pucat banget. Ayok aku bantu kamu ke rumah sakit.'' Kata gadis tersebut menawarkan bantuan.Dengan cepat Kanaya menggeleng ia tak mau ke rumah sakit yang pastinya Leon maupun anak buahnya mencari Kanaya di setiap rumah sakit.''Tolong jangan bawa aku ke rumah sakit, Kak,'' mohon Kanaya yanag terus saja meringis membuat sang gadis kebingungunan.Lalu tak lama, Kanaya terkulai membuat ang gadis panik. ''Ya Tuhan, ini gimana malah pingsan dia.'' Tak lama kemudian. Sebuah mobil mewah melintasi kedua gadis itu. ''Hay, Mas ... tolongin dong! Kasihan dia pingsan,'' mohon gadis itu setengah berteriak.Mobil itu lalu berhenti tepat di depan kedua
"Ma - maksud kamu, Leon yang menghamili adikmu?" gagap Eva bertanya. Meskipun jantung serasa berhenti berdetak sesaat lamanya. Eva sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja di hadapan Fardan.Harapan Eva kini musnah sudah untuk tetap menunggu kata cinta dari lelaki yang sangat dia harapkan dalam hidupnya, yaitu Leon."Iya, Va. Ternyata abang gue sendiri yang ngerusak Kanaya adik kami," jawab Fardan lemah. Ia sendiri belum bisa sepenuhnya menerima akan semua ini. Dalam hati Fardan, sejatinya dia pun memiliki rasa yang lebih kepada Kanaya. Tetapi Fardan masih bisa menguasai hati serta nafsunya. Fardan berniat mengutarakan cinta itu nanti selepas Kanaya lulus kuliah. Ternyata Leon lah lebih dulu menjamah tubuh indah Kanaya."Astaga ... jahat banget abang lo itu, Fardan," rutuk Eva. Ada perasaan nyeri di ulu hati Eva. Membayangkan tubuh Leon saat menyentuh dan menyatu dengan tubuh Kanaya. Rasa sakit hati, kecewa dan marah dalam hati Eva kini bercampur menjadi satu."Terus rencana lo apa s
"Naya, maafin kakak. Tolong kasih kesempatan kakak menebus semua kesalahan kakak, Nay. Kakak tanggung jawab dengan apa yang sudah kakak ke kamu, Sayang."Leon berhasil mengikuti Ayunda. Leon juga berhasil memaksa gadis itu untuk jujur padanya setelah memberikan banyak ancaman pada gadis itu.Kini, di hati Leon dihinggapi rasa benci juga takut akan kehilangan Kanaya lagi. Leon tak menduga, kalau Fardan telah menyembunyikan Kanaya. Benci pada Fardan yang ternya menyembunyikan Kanaya. Dan Leon semakin yakin, kalaua adiknya pun mencintai Kanaya."Nay nggak mau, biarkan Naya sendiri. Naya kecewa sama kakak. Kenapa tega rusak Naya, Kak?" Kanaya terus berontak.Ayunda hanya bisa terdiam. Dia bingung harus berbuat apa. Ayunda akhirnya tau, ternyata Leon yang dia kenal itu ternyata ayah dari janin yang di kandung Kanaya."Sayang dengerin kakak. Kakak akui salah, kakak cinta sama kamu, Naya. Kakak Cinta. Kakak gak mau kamu jadi milik orang lain!" pekik Leon. Akhirnya dia mengutarakan apa yang se
Fardan duduk termenung di tepi pantai sembari menyaksikan deburan ombak di lautan. Tatapan anak muda itu lurus kedepan. Rasa sakit di dalam hati yang sulit ia ungkapkan sangat sulit untuk ia buang. Pemandngan yang menjijikan antara abang serta adiknya seakan susah sekali ia enyahkan dari ingatan.Fardan berpikir kalau Kanaya akan marah dengan Leon atas perbuatan bejat abangnya. Namun nyatanya, gadis itu kini terbuai akan semua pujuk rayu Leon, laki - laki yang dianggap saingan oleh Fardan."Ikhlaskan dia untuk abang kamu. Nggak lucu dua bersaudara mencintai satu gadis dan parahnya gadis itu adalah adik sendiri." Ujar seseorang.Fardan refleks menoleh ke sumber suara. "Kamu? Ngapain ada di sini? Kamu nguntit saya?" tuduh Fardan. Ia menatap benci wajah cantik itu. Gara - gara kebodohannya Leon bertemu Kanaya lagi."Ck, ngapain aku nguntit kamu. Kaya nggak ada kerjaan baru ajah," sungutnya.Fardan mendesah kasar. Sudah jelas gadis itu tau keberadan dirinya di pantai ini. Masih saja ngel
"Kenapa bisa jadi seperti ini, Fardan ya, Pa?" Rossa menangis dalam pelukan suaminya."Papa kurang tau, Ma. Kamu sabar dan berdoa. Semoga Fardan bisa melewati masa kritisnya. Dia tengah ditangani para dokter."Akibat stress berat. Fardan mengemudikan mobil hilang kendali hingga Fardan kecelakaan. Kini, putra kedua Arga itu tengah berjuang antara hidup dan mati di ruang operasi. Rossa tak henti - hentinya menangis. Sebagai ibu, Rossa dapat menebak kalau Fardan masih belum bisa ikhlas melepas Kanaya untuk abangnya."Mama bingung, Pa. Ini pasti diakibatkan Fardan memikirkan Kanaya. Dia mencintai putri bungsu kita, mama yakin itu," ujar Rossa disela tangisnya."Iya mau gimana lagi, Ma. Papa juga nggak nyangka kalau kedua putra kita mencintai gadis yang sama dan gadis itu malah adik sendiri." Tukas Arga yang juga sama - sama bingung dengan apa yang terjadi dengan keluarganya.Tak lama seorang dokter keluar dari ruang operasi masih menggunakan masker lengkap dengan pakaian kusus. "Keluarga
Kanaya yang hendak mendekati kedua orang tuanya terhenyak mendengar ucapan Rossa dari dalam sana. Perkataan ibu angkatnya itu laksana petir menggelegar di siang hari dan menyambar telinga Kanaya yang mendengar."Mama!" Kanaya menggelengkan kepala tak percaya akan ucapan Rossa. Ibu yang selama ini sangat menyayangi kini telah berubah membencinya bahkan mengatakan kalau Kanaya adalah pembawa sial untuk keluarga Arga. Leon sendiri tak mengetahui apa yang telah terjadi di ruangan berbeda sebab, Leon kini tengah menunggu Fardan di ruang rawat VIP. Sementara Rossa dan Arga berada di bangsal lainnya. Karena Rossa masih sering histeris. Wanita itu mendadak tak terima akan semua masalah yang terjadi dalam keluarganya. Rossa sangat menyayangi Fardan selain Kanaya juga Leon. Namun Rossa berpikir Bahwa apa yang terjadi, Kanaya lah penyebabnya. Gara - gara anakanya berebut cinta gadis itu. Banyak musibah datang menghampi keluarganya."Apa yang harus aku lakukan? Kak Leon sekarang udah suamiku.