Share

BAB 5 - DIA LAGI ...

"Kyaaa! Kenapa anda menarik saya dan cium-cium bibir saya?!"

Khania berteriak kepada Efgan ketika dia sudah bangkit dari atas tubuh Efgan.

Khania yang terkejut memukul-mukul tubuh Efgan yang sudah berdiri.

BUKK ... BUKK!!

"Aww! Sakit Khania!!" Efgan meringis kesakitan karena pukulan Khania cukup keras juga pada tubuhnya, Efgan menahan tangan Khania yang akan memukulnya lagi dan menggenggamnya dengan erat.

"Saya tidak mencium kamu dengan sengaja, tadi itu saya nolongin kamu yang hampir tertabrak motor."

"Alaah Alasan! Bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan. Iya kan?!" tuding Khania pada Efgan.

Khania kesal dan tidak terima Efgan sudah menciumnya walaupun tidak disengaja.

"Kamu itu ya, bukannya terima kasih kerana udah ditolongin. Malah nuduh saya yang enggak-nggak," balas Efgan yang tak habis pikir dengan Khania yang seolah menuduhnya mencium bibir Khania duluan.

"Lah, saya gak nuduh tuh, Emang kenyataannya! Awas ya, saya akan laporin anda karena tadi itu termasuk pelecehan," ancam Khania pada Efgan dan berlalu pergi dari sana.

Khania pergi meninggalkan Efgan dengan perasaan kesalnya, sungguh, dia tidak menyangka akan bertemu lelaki aneh yang sudah dengan beraninya melamar dia di depan makam suaminya dan juga menciumnya di jalan.

Efgan hanya tersenyum kecil melihat keberanian Khania yang akan menuntutnya. Ia seolah menemukan hal yang baru semenjak ia bertemu Khania.

"Silakan laporkan saja, saya tidak takut!" ucapnya sedikit berteriak saat melihat Khania yang sudah menjauh dari hadapannya.

Khania yang baru ingat tidak tau siapa lelaki itu kembali lagi menghampiri Efgan yang masih berdiri di tempatnya.

"Kenapa balik lagi?" tanya Efgan dengan menaikan sebelah alisnya saat melihat Khania kembali lagi menghampirinya.

Khania tidak menjawab dia hanya diam berdiri menatap Efgan dengan sangat tajam. Khania merogoh tasnya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Lalu Khania memotret wajah Efgan.

"Kenapa kamu memotret saya? Buat jaga-jaga ya, kalau kangen sama saya kamu tinggal liat foto itu."

Efgan menaik turunkan alisnya untuk menggoda Khania yang selalu pakai urat saat berbicara dengannya, namun di sanalah keunikan Khania yang menurut Efgan Khania itu sangat berbeda dengan perempuan lainnya.

"Idiiih! GR banget sih anda, saya kembali lagi ke sini dan memotret anda itu buat bukti dan jaga-jaga, takutnya anda kabur ngilang gitu aja." Setelahnya Khania benar-benar pergi dari sana.

Efgan yang melihat tingkah Khania terkekeh pelan, dia yakin jika dia dekat dengan Khania akan menambah moodnya. Karena dia tidak akan pernah bosan untuk menggoda Khania yang suka marah-marah dan selalu sewot terhadapnya itu.

Efgan lalu merogoh ponsel di dalam jasnya dan meminta kepada seseorang di seberang sana, untuk menyelidiki pengendara sepeda motor yang tadi hampir menabrak Khania, karena dia yakin jika tadi itu adalah kesengajaan.

***

Sebulan kemuadian.

"Ya ampun tuh cowok ngapain lagi sih ke sini?" gumam Khania ketika dia melihat Efgan yang tengah duduk manis di dalam mobilnya yang terparkir di depan restoran tempat Khania bekerja.

Efgan yang melihat Khania akan keluar dari dalam restoran pun keluar dari dalam mobil dan menghampiri Khania dengan tersenyum sangat manis.

"Apa anda tidak ada pekerjaan lain selain mengganggu saya?" tanya Khania pada Efgan yang baru saja sampai di hadapannya dengan sinis. Dia sungguh tak habis pikir melihat Efgan yang selalu ada bak jelangkung, yang datang tak diundang pulang tak diantar.

"Kan menjaga kamu juga salah satu pekerjaan saya," sahut Efgan dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya. Lalu dia membawa Khania untuk pergi dari depan restoran itu.

Sampai di depan mobil. Efgan membukakan pintu mobil untuk Khania, namun Khania tidak masuk ke dalam mobil Efgan, dan malah melewati mobil itu begitu saja. Efgan tak menyerah begitu saja, dia mengikuti Khania dan menghadangnya.

"Anda itu pengangguran ya?! Maaf saya tidak butuh bodyguard, saya tidak sanggup untuk membayar anda, dan juga saya bukan anak konglomerat atau pun pejabat yang butuh pengawalan."

Selepas mengatakan itu Khania pergi melewati Efgan begitu saja untuk menuju motornya yang terparkir tak jauh dari mobil Efgan.

Efgan menahan tangan Khania, saat dia melewatinya, Efgan yang merasa was-was, karena masih belum mengetahui siapa yang telah berniat mencelakai Khania. Dia tidak akan membiarkan Khania pergi seorang diri.

"Saya minta sama kamu Khania, percaya sama saya! Kamu pulang dan pergi diantar jemput saya ya," ucap Efgan mencoba untuk membujuk Khania. Dia tidak ingin terjadi sesuatu lagi terhadap Khania.

"Wah bener ternyata anda itu kurang kerjaan a.k.a pengangguran. Oh! Atau jangan-jangan ini modus penipuan baru ya?! Anda meminta saya untuk menikah lalu setelah menikah saya nanti akan dijual ke luar negeri, gini-gini aku itu kan cantik, kalau dijual sama orang bule, pasti laku."

Khania dengan pedenya berbicara seperti itu. Sontak membuat Efgan terkekeh kecil mendengarnya.

"Tau dari mana kamu akan laku?! Saya yakin, kamu tidak akan laku. Jangankan ke luar negeri, dalam negeri saja, kamu gak akan laku, tidak ada yang selera dengan kamu," balas Efgan sambil terkekeh kecil. Ia benar-benar tidak menyangka Khania mendapatkan pemikiran ini dari mana.

"Wah ternyata memang benar niat anda tidak baik, apa jangan-jangan anda itu macam di novel-novel?! Anda seorang mafia yang suka menjual obat dan perdagangan manusia?! Bisa aja kan nanti saya dibedah dan diambil ginjal, jantung, hati dan organ lainnya," ucap Khania yang semakin menjadi menuduh Efgan

PLETAKK!!

Efgan yang gemas terhadap Khania menyentil kening Khania dengan cukup keras, sampai Khania mengaduh kesakitan.

"Aduuh!"

Khania meringis kesakitan dan mengusap-usap kening yang disentil oleh Efgan. Khania menatap Efgan dengan sengit.

"Kamu itu makin ke sini makin ke sana omongannya, saya itu benar-benar tulus, ingin menjaga kamu Khania, bukan untuk menipu atau apa pun itu," ucap Efgan sambil terkekeh. Ia selalu dibuat tesenyum oleh tingkah Khania yang absurd.

"Tau ah! Yang pastinya saya minta tolong ya sama anda untuk tidak mengganggu saya lagi."

Khania mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Lalu ia melanjutkan berjalan menuju motornya.

Efgan yang melihat Khania akan pergi pun segera menghampiri Khania lagi, dan menahan tangannya agar dia tidak pergi meninggalkannya. "Khania saya itu khawatir sama kamu, mendiang suami kamu sudah menitipkan kamu pada saya dan saya harus menepati janji itu. Karena saya bukan lelaki yang akan mengingkari janji."

"Terima kasih atas perhatian dan pertolongan anda selama ini, tapi maaf, saya tidak butuh perlindungan anda ataupun orang lain. Saya bisa menjaga diri saya sendiri, jadi anda tidak perlu repot-repot menjaga saya."

Khania lalu naik ke atas motornya. Setelahnya Khania pergi begitu saja melewati Efgan yang diam mematung memandang Khania.

**

Di perjalanan, Khania merasakan ada sesuatu yang aneh dengan motornya, namun Khania tidak memedulikan hal itu, dan lebih memilih untuk melanjutkan perjalanannya.

Dan, tepat di sebuah jembatan yang lumayan panjang dan sepi. Khania dikejutkan dengan sebuah mobil yang datang dari arah depan dengan sangat kencang, melaju ke arahnya, Khania yang terkejut, mencoba mengerem motornya namun hal itu sia-sia karena remnya tak berfungsi.

Khania yang panik membanting stir ke arah kiri, Khania menabrak pagar pembatas jembatan dan Khania terjun bebas bersama motornya ke dalam sungai yang cukup dalam itu.

BYUURRR!!

Khania yang terjatuh ke dalam sungai itu, mencoba sekuat tenaga agar bisa mengapung ke permukaan. Walaupun dia tidak bisa berenang, namun dia dengan sekuat tenaga mencoba agar tidak tenggelam.

Khania yang sudah tidak kuat lagi pun pasrah, dan berdo'a di dalam hatinya. "Ya Tuhan! Mungkinkah sekarang tiba saatnya aku menghadap-MU."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status