Jadi kapan Kita akan menikah? bagaimana kalau bulan depan?""Hah? menikah?""Iya, Kamu serius dengan hubungan Kita ini kan? Aku sudah bilang ke bapak sama Ibuku, mereka setuju Aku menikah.""Iya, tapi...""Tapi apa? apa Kamu mau Kita untuk berkenalan terlebih dahulu? bukankah chat kita selama satu Minggu ini sudah cukup untuk Kita berkenalan?""Iya sih tapi....""Tapi apalagi? apa Kamu menyangsikan kesungguhanku? dalam bio mu dan dalam chat Kita kemarin, Kamu pengen serius kan? giliran Aku seriusi Kamu malah ragu, gimana sih?" Terlihat kesal, laki-laki yang terlihat lebih tua dari Ariana ini begitu semangat ingin segera menikahi Arianna. Kacamata tebal, kemeja lengan panjang dan celana halus, sepatu kulit berwarna hitam, terlihat formal menempel di tubuh laki-laki itu."Jadi kapan? atau.... Kamu mau kita nyicil dulu." Sambil alisnya naik turun, bibirnya menyeringai menjijikka*."Nyicil apa?""Nyicil dihotel gitu, mencoba mengenal satu sama lain dengan lebih intim. Tenang saja Saya ya
Membantu Ibu membersihkan meja makan. Sang Ayah yang masih duduk diruang makan, menikmati secangkir teh oolong hangat."Kamu yakin mau ketemu sama murid Ayah Mbak?""Iya Bu, sepertinya orangnya baik.""Ehmmm....sok tahunya mulai nih." Sang Ibu yang tahu sifat sang putri, langsung berkomentar."Kalau Dia sampai ngajar di luar negeri itu berarti, Dia punya pendidikan yang tinggi kan Bu, lagian kalau dalam bayangan Aku itu, seorang pengajar itu ya kayak Ayah. Lemah lembut, baik, dan juga penyayang, iya kan Yah." Ucap Arianna yang meminta persetujuan dari sang Ayah, tapi sang Ayah hanya menjawab dengan senyuman tipis dan anggukan kepala.Ikut menikmati secangkir teh oolong, teh yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan karena , teh oolong memiliki efek antioksidan dan antimutagenik yang lebih kuat, dibandingkan jenis teh hijau dan hitam.Mengobrol, tapi tidak membahas lagi soal murid sang Ayah yang ingin bertemu dengan dirinya. Kali ini mereka membahas tentang si krucil-krucil yang ak
"Anna." Panggilan yang terdengar familiar. Familiar karena keluarga dan kerabatnya yang memanggil Arianna dengan sebutan Anna....tapi... bukankah kemarin waktu di chat, Dia juga sudah memanggil Arianna dengan panggilan 'An'?Ah, apapun itu, saat ini Arianna merasa tidak percaya dengan apa yang Dia lihat. Seorang CEO muda yang kemarin Dia cari profilnya lewat google ternyata benar adanya dan, Dia lebih tampan daripada yang ada di foto."Sudah lama ya?""Oh... nggak, baru saja kok.""Suka sama tanaman ya?""Ehmm, nggak juga, Ibu saya yang suka, kalau Saya hanya sebagai pemuja keindahannya saja." Balas Arianna dengan tersenyum tipis disertai grogi yang mendominasi."Masih mau menikmati pemandangan taman?""Oh... nggak, Kita duduk saja." Arianna yang kemudian melangkahkan kakinya menuju meja yang sudah dipesan oleh Baskoro."Sudah pesan?""Tadi sudah pesan minuman tapi belum diantar."Mengangkat tangan kirinya dan langsung datang seorang pelayan."Iya Pak." "Pesanan teman Saya belum dian
"Pernah kecewa dengan pasangan?"Lagi-lagi, Baskoro memberikan pertanyaan yang membuat Arianna mual."Pernah.""Sakit banget ya, sampai-sampai kamu melajang hingga tiga puluh empat tahun." Lugas dan tepat, sebuah pernyataan yang memang Arianna akui kebenarannya."Pasti sakit rasanya saat Kita ditinggalkan pasangan, apalagi Dia meninggalkan untuk hidup berbahagia dengan orang lain walaupun sempat berdalih bahwa meninggalkan Saya karena sebuah perjodohan tapi, kelihatannya Dia hidup bahagia dengan pasangannya dan sekarangpun, Dia sudah memiliki seorang anak.""Ohh... it's hurt, you just same with me."Arianna yang kemudian menatap Baskoro, merasa bingung dengan ucapannya, apa maksud dari kata, sama saja dengannya?"Maksudnya?""Saya juga ditinggal pasangan.""Oh ya? dengan kualitas yang Mas miliki saat ini, pasangan Mas bisa ninggalin Mas juga ternyata." Tersenyum tipis, senyuman yang entah mengapa begitu saja keluar dari sebuah cerita sedih, apakah Arianna merasa bahagia tatkala laki-
Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung."Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian."Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan. "Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat
"Jadi kapan? apakah dalam waktu dekat?""Saya...Saya buk....""Hai, pada ngomongin apa ini? Kamu jangan ngomong yang aneh-aneh ya Bim."Baskoro yang tiba-tiba datang, membuat percakapan Bima dan Arianna terhenti."Nggak, Aku malah ngomongin yang pasti-pasti, kapan Kamu akan nikah." Ucap Bima yang membuat Baskoro menelan ludah. "Gimana? kapan nih?" Bima yang menarik turunkan kedua alisnya, tersenyum sambil menatap Baskoro dan Arianna secara bergantian."Nanti juga dikasih tahu, Kamu tenang saja." Baskoro yang kemudian duduk disebelah Arianna."Mas, Saya pulang ya." "Oh iya, Mas antar ya."Baskoro dan Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduk mereka."Lhah, kok malah pada pergi? Kita kan belum lama ngobrolnya." "Ngobrol? ngobrol sama siapa?""Ya sama calon istri CEO, Ibu Arianna.""Heh, jangan kurang ajar sama calon istri ku ya.""Aduh-aduh galak amat sih, jagain tuh calon istrinya, jangan sampai kabur lagi kayak kemaren, hehe." Bima yang bergegas pergi meninggalkan Baskoro dan
Menoleh ke arah suara Ibu. Tampak Ibu dengan wajah yang bermuka masam, sedang berdiri didepan pintu rumah."Ibu." Arianna yang kemudian berjalan mendekati sang Ibu."Kok baru pulang? ini sudah jam delapan malam lho." Ya, jam delapan malam tapi, sang Ibu tercinta sudah terlihat masam saat sang putri tercinta baru pulang."Maaf Bu, tadi...""Maaf Bu, Saya yang membuat Arianna pulang terlambat." Ucap Baskoro yang menyela ucapan Arianna, saat ini Baskoro juga sudah berdiri disebelah Arianna.Baskoro, masih menggunakan baju formal, kemeja dan celana halus, sepatu hitam yang juga terlihat formal."Anda?""Saya Baskoro Bu." Sambil tangannya terulur ingin memperkenalkan diri. Ibu yang kemudian menerima uluran tangan itu."Maaf, tadi Saya mengajak Anna untuk menemani Saya ke pembukaan gedung baru untuk perusahaan Saya.""Oh ya?" Balas Ibu sambil melihat sekilas ke sang putri."Mas, sudah malam, apa tidak sebaiknya kalau Mas balik?" Meringis, Arianna tampak gugup dan bingung."Oh iya, sudah m
[Bagaimana kabar mu Ann? Kamu baik-baik saja kan Ann, sudah lama ya Kita tidak bertemu, maaf jika Aku mengirim pesan dari nomor lain karena, nomorku sudah tidak bisa mengirim pesan ataupun menelfonmu, maaf karena Aku mengirim pesan, maaf karena Aku rindu.]Sebuah pesan yang membuat Arianna membulatkan mata, sakit hati dan kebenciannya kembali hadir, Kenapa pria yang bernama Aryo Bayu Gatra itu mengirim pesan padanya. Arianna yang ingin melindungi hatinya dulu, langsung memblokir Aryo Bayu Gatra.Ya! Aryo Bayu Gatra, laki-laki yang sudah meninggalkan Arianna untuk menikahi perempuan yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Melempar ponsel ke kasur, dadanya bergemuruh, kenapa jantungnya berdetak kencang saat membaca pesan itu? Rasa apa ini? apa ini rasa kesal dan benci? atau rasa kaget tapi bahagia karena laki-laki yang terkadang hinggap di lamunan Arianna telah mengirim pesan dan mengatakan kalau Dia rindu?Dada Arianna naik turun menahan rasa yang tak menentu, mengambil kembali ponsel