Home / Lainnya / Jeruji Tanah Anarki / 53. Tugas dari Ascal

Share

53. Tugas dari Ascal

Author: Maula Faza
last update Last Updated: 2021-09-09 11:18:20
“Segala hal tentang bunker bukankah sudah ditetapkan sebagai rahasia? Tapi di buku itu dijabarkan dengan detail, mencakup pula beberapa hal yang sepertinya hanya beberapa orang saja yang tahu dan sepertinya informasi itu didapatkan dari luar Zanwan. Mungkin dari seseorang yang mengetahui rencana tersebut atau bahkan mengenal mereka berdua yang notabene memiliki kisah dengan daratan Chamomile,” kata Edvard, lalu beralih tatap kepada Shaw, merasa iba.

Ascal mengambil buku yang disodorkan Edvard, membacanya. Ia membaca sangat serius.

Shaw bergerak, mengubah posisi tidurnya. Ascal menutup buku di tangan, menaruhnya, lalu mengambil gulungan peta Zanwan.

“Dan ada apa dengan peta ini?” tanya Ascal, terfokus pada titik yang ditandai Shaw. Kepalanya bergerak ke samping. “Bailey ....”

Bailey kali ini ragu menjawab. Ia bernala-nala apakah baik untuk memberitahu atau tidak. Di dekat Ascal duduk, Edvard kembali hanyut ke dalam bacaan buku lain, tampak begitu menikmati. Namun, tetap memasang telinga
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jeruji Tanah Anarki   54. Menjenguk Kakek dan Nenek

    “Haaa?”Ini kali ketiga Shaw melongo mengetahui harga ikan yang dikatakan penjual.“Harga ikan-ikan di sini meningkat dari terakhir kali aku beli bersama Kakek,” gumam Shaw, tidak jadi membeli ikan, tetapi Weizhe justru membayari.Setelah bahan makanan yang dicari didapatkan semua, Shaw, Bailey, dan Weizhe bergegas keluar, tidak nyaman dengan pandangan orang-orang. Bukan hanya para gadis remaja hingga dewasa yang terus menaruh atensi, tetapi juga para gadis dengan usia yang lebih muda. Mereka entah bagaimana mengenal Bailey, lalu bagai melihat idola, mereka terus mencuri pandang pada Bailey membuat sang tuan muda tidak nyaman. Shaw, sih, merasa biasa saja karena tidak memedulikan. Namun, ia juga tidak tega. Jadilah mereka bertiga mempercepat belanja. Weizhe yang membayari semuanya, memaksa.“Tuan Guru akan langsung kembali?” Shaw bertanya sambil membenarkan posisi belanjaannya di atas kuda.“Hmm ....” Weizhe berpikir. “Bagaimana kalau aku berkunjung? Aku ingin tahu bagaimana masakannya

    Last Updated : 2021-09-10
  • Jeruji Tanah Anarki   55. Prajurit dengan bekas luka di kepala

    Shaw dan Bailey tersenyum hangat. Kedua tangan Shaw menggenggam tangan Gracie yang memegang jeruji dan kedua tangan Bailey memegang tangan Spencer yang juga memegang jeruji.“Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kakek dan Nenek tenanglah ....” Shaw menenangkan.“Aku juga.” Bailey turut bersuara.Setelah beberapa untai percakapan berikutnya, Shaw dan Bailey pamit. Mereka kembali ke lantai atas dungeon sembari memperhatikan sekitar; mencari seseorang.“Mungkin dia sedang bertugas di tempat lain. Kita tanya saja,” usul Bailey, mendekati prajurit terdekat dan bertanya.“Memang tidak ada,” ujar Bailey sekembalinya dari bertanya pada prajurit. “Anak buah Dorn yang sedang berjaga hanya tadi yang kita lihat di dekat sel Kakek dan Nenek, selebihnya mereka sedang tidak ada di dungeon.”“Kita harus mencari ke mana?” Shaw bertanya sambil berjalan menuju pintu utama. Ia merasakan tatapan para tahanan di sel yang berjajar di lantai atas dan itu membuatnya tidak nyaman.“Kita tanyakan pada Dorn

    Last Updated : 2021-09-10
  • Jeruji Tanah Anarki   56. Tobias. Nama saya Tobias.

    “Haha! Kau memang gigih, Bailey!” Shaw berseru.Seperti yang Bailey katakan. Suara-suara aneh mulai terdengar di seantero hutan. Bayang-bayang pohon yang lebih hitam dengan beberapa dahan yang lebih sedikit rantingnya, ditambah tingginya pohon, menimbulkan bayangan yang tidak menyenangkan untuk dipandang. Kuda yang melaju cepat memperburuk suasana karena bayang-bayang itu terlihat seperti berlari, terlebih bentuknya seperti makhluk hidup dan yang jelas bukan manusia.Makin malam, angin berembus makin kencang. Suara yang dihasilkan dan bergema di seantero hutan bukan hanya sebatas nada pendek, tetapi sudah lebih menyerupai nyanyian yang memekakkan telinga; tidak ramah didengar.Srasshh!Suara anak panah terdengar melesat dari arah jam empat, mengarah ke Bailey.“Bailey, menunduk!” Cepat Shaw berseru, mengarahkan kudanya ke sisi kanan Bailey dan menangkap anak panah yang melesat; hampir mengenai kepala Bailey.Anak panah lain terdengar melesat dari arah jam sembilan dari Bailey, menyusul

    Last Updated : 2021-09-10
  • Jeruji Tanah Anarki   57. Fu dan fakta Tobias

    Shaw berdecak. Ia ambil satu roti isi dan memberikannya pada sang sosok.“Makan dulu, baru lanjutkan ocehannya agar suaramu lebih merdu didengar.”Sang sosok menyikut lengan Shaw, menerima juga roti yang disodorkan Shaw.Bailey geleng-geleng kepala, kembali ke tempat duduknya. Tobias duduk setelahnya, lalu termenung; memikirkan sesuatu.“Siapa namamu?” Bailey bertanya, melirik sang sosok seraya meminum tehnya.Sang sosok melirik sebentar, fokus mengunyah roti isi sembari berpikir.“Chaka.”Shaw mengambil sendok bersih, kemudian menghadap sang sosok yang duduk di samping kanannya.Pletak!Sendok bersih di tangan Shaw mendarat di pundak sang sosok dan secara kebetulan mengenai tulangnya. Sang sosok sontak mengaduh, mengusap-usap pundak kirinya.“Heh ... kau benar-benar garang!”“Jangan berbohong!” Shaw memicing.Berbohong, katanya? Sang sosok memutar bola matanya malas.“Iya … iya. Fu. Namaku Fu.”Kegamangan menyerang Shaw begitu ia menaruh sendok. Waktu terasa berputar makin cepat bagin

    Last Updated : 2021-09-11
  • Jeruji Tanah Anarki   58. Benang merah lain

    “Memangnya, sebenarnya apa tujuan kalian?” Fu mengubah duduknya, mencari posisi yang lebih nyaman.“Membebaskan Zanwan, tentu saja,” sahut Shaw, mengambil satu gelas berisi teh dan meminumnya.“Membebaskan Zanwan?”Bailey mengangkat tangan kiri dan menempelkan punggung telapak tangan kirinya tersebut ke mulut tepat sebelum menguap. Matanya sedikit berair dan perlahan terpejam tanpa sadar. Namun, segera ia menggeleng dan membuka mata lebar-lebar.“Singkatnya, membawa Zanwan pada kehidupan yang lebih baik,” kata Bailey.“Kalian masih bocah. Yakin bisa mencapai itu?”Zanwan adalah desa dengan orang-orang yang penuh misteri. Membawa Zanwan pada kehidupan yang lebih baik tentu tidak lepas dari orang-orangnya. Sebuah tempat yang lebih baik memiliki orang-orang yang bersatu di dalamnya. Nah, bisakah menyatukan orang-orang Zanwan ketika mereka bahkan tidak segan mengambil nyawa dan mengorbankan kehidupan orang lain? Fu selalu berani dalam bertindak dan mengambil risiko, tetapi untuk hal semaca

    Last Updated : 2021-09-11
  • Jeruji Tanah Anarki   59. Jalan tikus

    “Kau benar.” Dexter sedikit menundukkan kepala, menatap meja. “Tapi ... sepertinya kali ini akan berhasil. Karena alam juga pasti akan membantu.”Bexter berhenti membalik halaman. Fokus sepenuhnya ia tujukan pada Dexter.“Kau merasa ada sesuatu yang tidak beres, Dexter?”“Aku mulai merasakan gemuruh beberapa kali selama beberapa waktu terakhir ini. Kalau memang tidak ada apa-apa, setidaknya tidak akan sebanyak itu. Mungkin hanya akan satu atau dua kali.” Dexter mengangkat kepala, menatap penasaran. “Apa kau sudah cari tahu perbukitan dan pegunungan? Mungkin ada sesuatu di sana. Entah apa itu, tetapi bisa berpengaruh besar pada gemuruh bumi dan lautan ... anginnya mulai terasa berbeda.”Jika itu adalah orang lain, Bexter tidak akan begitu menghiraukan. Namun, itu adalah Dexter, adik kembarnya. Bexter mengenal betul saudaranya itu.Bexter menutup lembar catatan, menaruhnya di atas tumpukan sebelah kirinya, lalu menatap penuh Dexter.“Aku tidak tahu ada apa di perbukitan, tetapi aku sudah

    Last Updated : 2021-09-12
  • Jeruji Tanah Anarki   60. Pertanyaan dari buku Daniel

    “Ayo, kau melompat dulu.”Shaw menyingkir saat penutup lubang kotak sudah terbuka hampir sepenuhnya. Bailey mengambil posisi, lalu melompat masuk ke dalam lubang kotak tersebut, bergantian dengan Shaw. Penutup dikembalikan ke posisi semula sebelum mereka pergi.Hari mulai gelap. Tidak ada apa pun yang mereka lihat selain merasakan debu yang sangat tebal di lantai atap rumah Daniel dan ... pengap. Tidak ada cahaya, tidak ada udara segar. Udara terasa dingin di hidung mereka seperti mereka sedang bernapas di waktu fajar, tetapi tidak sesegar udara di waktu fajar.Tangan Bailey dan Shaw berabal, mencari kotak lain yang menghubungkan mereka ke ruangan di dalam rumah. Mereka merangkak sepelan mungkin dan sangat hati-hati. Kala menemukan kotak lain, mereka membukanya dan melompat turun.Ruang tengah.Shaw berjalan ke dapur, mencari sapu, lap, atau apa pun yang bisa ia temukan untuk membersihkan kursi, meja, dan lantai.“Sekarang ceritakan,” ujar Shaw, menarik satu kursi meja makan yang telah

    Last Updated : 2021-09-12
  • Jeruji Tanah Anarki   61. Tiga kepala di padang pasir

    Sampai di ruangan di mana sumber suara berasal, Fu berhenti. Ia tidak peduli dengan komentar Shaw dan Bailey terhadapnya.“Kamar!” Bailey terdengar bersuara lagi.Kamar? Fu mengernyit.“Kalau aku sedang di rumah, aku paling sering berada di kamar. Tempat yang membuatku benar-benar merasa bebas.”Oh, pertanyaan pertama? Fu merendahkan badan dengan sedikit menekuk sikunya.Suara derit kursi terdengar. Bocah bermata cokelat gelap itu bangkit dari duduk, mengarahkan lentera ke sekeliling. Ia mulai berjalan, mencari-cari ruangan yang dituju.Shaw bangkit, menunjukkan jalan.“Ini kamarnya,” ucap Shaw, membuka pintu kayu yang berhadapan dengan dapur.Layaknya lantai dan benda lain, debu tebal menyelimuti knop pintu dan seisi ruangan.“Sekarang pertanyaan kedua,” kata Bailey setibanya ia di kamar.“Dia tinggi dan semua orang berada di bawahnya.”Bailey mendongakkan kepala seraya mengangkat lentera lebih tinggi.“Biru, kokoh, tinggi, dan indah, tapi yang di atas sini tidak ada yang berwarna bir

    Last Updated : 2021-09-13

Latest chapter

  • Jeruji Tanah Anarki   97. Temui aku di perpustakaan

    “Katakan saja,” ucap Bailey di sela makannya.Bailey tahu dua anak lelaki ini takkan mendatanginya kalau hanya untuk makan. Ada meja-meja kosong lain yang siap untuk ditempati, pun keduanya belum pernah begitu pada Bailey sepanjang sejarah bersekolah walau satu kelas dengan Bailey.“Kami … agak … penasaran. Apa Tuan Muda akan mendaftar untuk turnamen?” Otto Atrius yang duduk di sebelah Milo bertanya. Bibir merah cerahnya berulang kali mengatup dan terbuka setelah pertanyaan diajukan. Otaknya berpikir apakah pertanyaan itu sudah pas atau tidak.“Turnamen umum, maksudmu?” tanya Bailey.Otto mengangguk. “Kami dengar-dengar tahun ini murid yang terpilih untuk mewakili sekolah boleh mendaftar turnamen umum. Kami juga baca informasinya di mading pagi ini.”“Kalau terpilih mewakili sekolah, lalu mendaftar di turnamen umum dan ternyata lolos dalam keduanya ke final, terlebih keluar sebagai juara di peringkat satu, akan otomatis mendapat tiket emas dan bonus berlipat.” Milo turut bicara setela

  • Jeruji Tanah Anarki   96. Keluarga yang sempurna

    “Ayah dan Ibu bawa apa? Itu terlihat banyak sekali!” Shaw mengamati tas-tas belanjaan dengan antusias. Salah satu isi yang tertangkap matanya adalah pakaian.“Oh, ini untuk putra Ibu yang paling manis!” Suara wanita menjawab.“Asyik! Pakaian, ya?” tanya Shaw.“Betul. Ada mainan juga!” Suara pria yang bicara.“Horeeee … mainan!” Shaw berseru gembira. Kebahagiaan meluap-luap pada suaranya.Di atas kaca, Shaw gemetar. Ia tidak mengira danau kaca keyakinan akan menampilkan momen seperti itu. Ia kira itu hanya akan berkisar perjalanannya, rencananya dengan Bailey, tantangan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan impian tentang Zanwan. Namun, apa yang ia dengar sepenuhnya berbeda. Sama sekali tidak ada dalam bayangannya. Tidak sedikit pun.Mata Shaw bergetar. Air makin banyak di sana, lalu tumpah kala Shaw dengar suara yang sangat familier.“Shaw, jangan melompat-lompat tinggi begitu.” Itu suara Spencer, terdengar riang dan penuh kasih.“Shaw gembira sekali sepertinya.” Gracie menyusul bicara

  • Jeruji Tanah Anarki   95. Kaca keyakinan

    “Ini danaunya.”Shaw sampai di ujung hutan lain setelah dari hutan sunyi dan melewati padang rumput. Di hadapannya membentang danau jernih yang berkilau, besar dan luas yang tidak mampu Shaw ukur dengan pasti. Ia perkirakan luasnya sama atau bahkan melebihi lapangan alun-alun distrik Acilav.“Sampai di danau itu, cara paling cepat untuk melewatinya adalah membelahnya. Menyeberanginya,” kata Fu dalam pesannya sebelum berpisah. “Jangan terkecoh dengan ukurannya yang kau mungkin kira tidak seberapa luas; masih sangat mungkin untuk dilewati dengan mengitarinya. Terkadang dalam waktu dan untuk alasan yang tidak terduga, setelah melihat wujudnya, begitu kau berjalan, mencoba memutari danau untuk sampai di seberang, di sisi lain, kau akan dapati bahwa ujung danau bahkan tidak kautemukan. Semua yang kaulihat mungkin hanya akan menjadi hamparan air. Tidak ada lagi pepohonan, tidak ada lagi daratan selain tempat kau berpijak dan sekitar.”Shaw berjinjit, mencoba menjangkau seberang danau dengan

  • Jeruji Tanah Anarki   94. Bakat alam

    “Ada rencana untuk keluar lagi di sisa hari ini, Tuan Muda?” Wilton bertanya seturunnya ia dari kuda, memegangi tali setelah Bailey turun. Mereka baru sampai di mansion, pulang dari sekolah.“Kurasa tidak. Sepertinya aku akan habiskan waktu di meja belajar.”“Baik. Saya akan ada di pos malam ini kalau Tuan Muda butuh sesuatu.”“Ya. Aku masuk, ya. Terima kasih untuk hari ini, Wilton.”Bailey pergi, masuk ke mansion. Wilton mengiringi kepergian Bailey dengan anggukan penuh hormat. Bibirnya melengkung membentuk senyum. Usai Bailey tidak lagi terlihat, Wilton membawa kuda ke kandang.Sampai kamar, Bailey menyalakan penerangan, melepaskan ransel, dan bersih-bersih. Ia melanjutkan dengan menekuri buku-buku mata pelajaran sampai pelayan memanggil namanya dari luar pintu.Makan malam tiba, Bailey berseri-seri menemukan Jillian di meja makan. Canda tawa Jillian serupa bunga-bunga di musim semi dan keceriaan Bariela adalah penyempurna. Jillian telah kembali dengan warna cerahnya, tidak lagi ber

  • Jeruji Tanah Anarki   93. Morth

    Atmosfer terasa lebih ramah. Irama dari ranting-ranting dan dahan oleh angin terdengar lebih wajar dibandingkan tadi. Shaw makin yakin, semua karena Morth. Atmosfer, halusinasi, entah apa lagi yang Morth sebabkan.Satu pertanyaan besar dalam benak Shaw. Siapa Morth sesungguhnya? Mengapa seisi hutan sunyi hingga seluruh penjurunya seakan-akan berada di bawah kaki tangan Morth?“Kau memikirkan aku?” Morth tiba-tiba bertanya. Rupanya ia mengekori Shaw.Huh? Apa Morth juga bisa membaca pikiran?!Shaw menengok ke belakang, langkahnya melambat.“Jangan katakan kau dapat menembus kepala orang.”“Kau banyak bertanya, belum tuntas seluruhnya.” Morth mensejajarkan diri. Sejenak, ia melihat Shaw dari atas ke bawah. “Orang keras kepala seperti kau tentu akan merenungkannya. Aku benar, bukan?”“Kita baru saling tahu beberapa saat lalu dan kau yakin sekali dengan kata-katamu. Antara kau pandai menilai atau hanya pandai berasumsi.” Shaw menggeleng. Pandangan ia tujukan ke depan.Morth menyentuh lenga

  • Jeruji Tanah Anarki   92. Penunggu hutan sunyi

    Tanduk. Hal pertama yang dilihat oleh Shaw dari sumber suara adalah tanduk, tersembunyi di antara dedaunan semak belukar setinggi pinggang orang dewasa.Shaw mengernyit, kemudian bergumam lirih dalam hati, “Itu seperti tanduk rusa.”Sepasang mata semerah darah terlihat dari celah dedaunan. Shaw menelan ludah. Ia tahu betul itu bukan mata hewan biasa, apalagi manusia. Tidak ada satu pun penduduk desa yang pernah ditemuinya memiliki mata seperti itu.Mungkinkah ini yang Fu maksud? Apa pun itu, merasakan haki tidak biasa dari sang sosok misterius membuat Shaw merasa dirinya tidak boleh berlama-lama.Diliputi kewaspadaan dan dengan suara tercekat, ia berucap dalam hati, “Aku harus segera pergi dari sini.”Tanpa melakukan pergerakan yang kentara serta dengan posisi kepala yang masih sama, tatapan Shaw menyisir sekitar; memastikan tidak ada keanehan lain. Ia yang semula berjongkok pun perlahan berdiri sepelan mungkin. Namun, bak lelah bermain petak umpet, ransel yang Shaw gendong mengeluarka

  • Jeruji Tanah Anarki   91. Halusinasi

    “Tetap tidak bisa! Terlalu berbahaya. Kau, kan, tahu lebih baik daripada aku, Tibate.” Fu mengangkat kepala, menatap lurus Tibate dan Baldor. Ini bukan waktu yang tepat, pikir Fu. “Lagi pula aku bisa menjaga diri. Akan kupanggil kalian jika hal buruk terjadi dan aku tidak bisa mengatasinya.”“Kau bisa tinggal, Fu. Aku akan melanjutkan perjalananku seorang diri,” sela Shaw, angkat bicara setelah menimang-nimang.“Tidak ....”“Aku juga akan meninggalkan kudaku di sini.” Shaw menepuk pundak Fu. Ia serius ingin Fu tinggal. “Bold bilang ada danau dan tebing. Jadi, aku tidak bisa membawa kudaku. Selain itu, kau bisa mengawasi keadaan hutan dan mengabariku. Kau juga terluka, Fu. Jangan bersikeras seolah-olah kau baik-baik saja. Bagaimanapun kau juga masih anak-anak.”Ini adalah tugas Shaw. Sejak awal, Shaw memulainya sendiri dan ia harus melanjutkannya sendiri. Shaw tidak ingin merepotkan.Fu berdecak, tidak terima, tetapi juga tidak menyangkal ataupun menyanggah. Bertemu Baldor dan Tibate me

  • Jeruji Tanah Anarki   90. Janji pada Jenderal Besar

    Pria berjanggut memperhatikan sambil mengusap-usap janggut dan kumisnya. Saat otaknya mengingat sesuatu tentang Fu, matanya melebar.“Kau ingin aku mencincangmu, hah?!” Tibate berseru.Setelah ikan bakarnya rusak, sekarang dirinya yang nyaris terbakar. Pria plontos itu tidak terima.Tibate menghentak tanah dengan kakinya, bergantian kaki kanan dan kaki kiri. Pegangannya pada gagang pedang makin erat.Fu melompat mundur, mengambil sikap siaga, meningkatkan kewaspadaannya. Ia siap dengan apa pun yang akan Tibate lakukan untuk membalasnya.Sebelum Tibate menyerang balik, pria berjanggut yang masih menggenggam keranjang bambu berjalan ke depan Tibate, lalu berdiri memunggungi Fu dan Shaw.“Kau mau dikutuk atau sudah bosan hidup?!” tanya pria berjanggut.“Apa maksudmu? Kalau kau hanya ingin aku berhenti memberi anak itu pelajaran, sebaiknya kau minggir!” balas Tibate.“Kau tahu kau sedang berhadapan dengan siapa? Kau tidak berencana mengingkari janjimu pada Jenderal Besar, 'kan?! Ini memang

  • Jeruji Tanah Anarki   89. Pertarungan Fu dan Tibate

    “Kau sedang bercanda?” Tibate mendengkus kasar. Ia jelas tidak suka.Pria plontos itu tahu dirinya sudah hidup lama, tetapi bukan berarti ingatannya menua. Ia tahu ingatannya masih berfungsi dengan sangat baik. Ia sangat meyakini itu.“Aku tidak bercanda,” sanggah Fu, berkacak pinggang. “Kau memberitahukannya sendiri padaku saat aku memberimu buah persik. Kalau kau masih tidak ingat, berarti ada yang salah dengan ingatanmu.”Buah persik?Tibate mengernyit. Ia merasa tidak asing, tetapi tidak mengingat apa pun.“Sudahlah. Lebih baik kalian pulang sekarang dan akan kuanggap ini tidak pernah terjadi,” ujar Tibate sambil memasang wajah serius.“Tidak bisa!” Shaw berseru. “Aku harus pergi ke tenggara!”“Ya. Kami tidak bisa kembali ke desa saat ini,” timpal Fu.Tibate memukulkan ujung pedangnya ke tanah, menimbulkan gelombang angin yang kencang. Dedaunan dan batu kerikil tersapu, begitu pun Fu dan Shaw yang ikut terpental.“Aduuh!” Shaw mengerang, berusaha bangun dan berdiri.“Sepertinya tid

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status