Share

Bab 0009

"Apa maksud Nenek? Apa nenek yang sengaja merencanakan pertemuanku dengan Wano saat itu?"

Nuria bergumam dengan acuh tak acuh.

"Jika nggak, apa kamu pikir kejadian waktu itu memang aksi heroik dari Wano? Seharusnya kamu pikir pakai otakmu. Bagaimana bisa Wano yang memiliki status seperti itu bisa muncul di gang terpencil?"

"Jika bukan karena aku dan kakakmu yang menyiapkan jebakan untuk menipunya, dari mana datangnya kehidupan nyamanmu selama tiga tahun ini."

"Namun, kamu malah dengan lancangnya ingin mendapat status resmi sebagai Nyonya Lasegaf."

"Kamu bahkan nggak pantas memimpikannya. Dengan status ibumu yang memalukan, nggak mungkin ada keluarga terhormat di seluruh Kota Burma yang mau menjadikanmu menantu."

"Kamu harus kembali ke sisi Wano, nggak peduli apa pun yang terjadi. Kalau nggak, aku akan membongkar semua kedok ibumu."

Nuria berbicara sambil mengatupkan giginya.

Seolah-olah dirinya tak memiliki ikatan darah dengan Yuna sama sekali.

Darah dari dahi Yuna mengalir ke pipi dan masuk ke dalam mulutnya.

Rasa anyir darah segera menyebar ke seluruh mulutnya.

Membuatnya mual seketika.

Dia juga merasa mual karena memiliki keluarga seperti itu.

Neneknya bekerja sama dengan sepupu dari pihak pamannya. Mereka memperlakukannya seperti barang dagangan dan mendorongnya kembali ke sisi Wano.

Yang paling menyedihkan adalah bahwa dirinya sama sekali tidak menyadari situasinya dan malah berpikir dia telah menemukan cinta sejatinya.

Selama tiga tahun, dia telah mencintai pria itu dengan sepenuh hati.

Untuk bisa bersama dengannya, dia mengorbankan karir sebagai pengacara yang menjadi impiannya. Dia bahkan menyerah pada keinginannya untuk membangun sebuah pernikahan.

Dia rela dan bersikeras menjadi kekasih rahasia Wano selama tiga tahun.

Ternyata, di mata semua orang, pengorbanannya ini hanyalah perdagangan kekuasaan dan kepentingan. Selain itu, dia mengalaminya semua ini karena rencana keluarganya sendiri.

Yuna menyeka sedikit darah dari wajahnya seraya tersenyum getir.

Yuna berkata dengan sikap keras kepala yang belum pernah dia tunjukkan sebelumnya, "Aku nggak akan mau diatur lagi oleh kalian dan nggak akan kembali ke sisi Wano lagi. Mulai sekarang, urus sendiri Keluarga Qalif. Semua ini nggak ada hubungannya denganku lagi."

Setelah mengatakannya, dia berbalik dan menuju ke luar.

Setelah berjalan beberapa langkah, Yuna melihat sosok ayahnya.

Wajahnya menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan.

Dia seolah-olah ingin menangis.

Yudha Qalif menutup dadanya dengan satu tangan sambil memandang Nuria dengan tak percaya.

Dia kemudian berkata lirih, "Ibu, apa aku ini nggak cukup mematuhimu? Apa memberikan hidupku saja nggak cukup bagi Keluarga Qalif sehingga kamu sampai hati melakukan ini kepada putriku?"

Saat menyadari bahwa putrinya telah diperalat oleh ibunya sendiri, Yudha merasa hatinya begitu pilu.

Butir-butir keringat langsung memenuhi keningnya.

Yuna merasa ada yang tidak beres dan segera berlari untuk memeluknya.

"Ayah, jangan marah. Aku baik-baik saja. Ayah baru saja menjalani operasi jantung, jadi Ayah nggak boleh marah-marah."

Yudha memandangnya dengan sedih, kemudian mengulurkan tangan besarnya untuk membelai luka di dahinya dengan lembut.

Suaranya serak terdengar lirih, "Maaf, ayah nggak bisa melindungimu dengan baik."

"Ayah, jangan bicara lagi. Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Yuna membantu ayahnya masuk ke dalam mobil dan langsung menuju rumah sakit.

Setelah diperiksa oleh dokter, Yuna diberitahu bahwa pasien mengalami kelelahan setelah operasi. Ditambah dengan stres yang baru saja dialaminya, telah berdampak besar pada pemulihan pascaoperasinya.

Yudha diharuskan untuk rawat inap supaya bisa diperiksa lebih lanjut.

Setelah Yuna menenangkan ayahnya, dia berjalan ke koridor sendirian dan menelepon sekretaris ayah.

Setelah mengetahui informasinya, dia akhirnya mengerti bahwa perusahaan ayahnya memiliki proyek kerjasama dengan Grup Lasegaf. Ayahnya melihat prospek yang baik sehingga mengalokasikan sebagian besar dana perusahaan untuk proyek tersebut.

Namun, kemarin, Grup Lasegaf tiba-tiba menghentikan kerjasama. Mereka bahkan menyatakan bahwa ayahnya telah membocorkan rahasia kepada pesaing.

Jika memang demikian adanya, Grup Qalif tidak hanya takkan mendapatkan kembali uangnya, tetapi ayahnya juga akan diselidiki secara hukum.

Ayahnya terancam dipenjara.

Yuna mengepalkan tangannya semakin erat.

Dia tahu bahwa proyek itu adalah bidang yang baru dikembangkan untuk Grup Lasegaf.

Prospeknya memang menjanjikan, jika berhasil, maka keuntungannya bisa berlipat ganda.

Yuna tidak percaya seseorang seperti ayahnya, yang sangat konsisten dengan sebuah janji akan melakukan hal semacam itu.

Pasti ada yang sudah menjebaknya.

Raut wajah Yuna berangsur-angsur menjadi dingin.

Dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Wano.

Dia telah menelepon berturut-turut, tetapi semuanya terputus.

Baru pada panggilannya yang kelima, terdengar suara dingin dan kejam dari ujung sana.

"Menyesal, ya?"

Yuna menggigit bibirnya dan mencoba menenangkan dirinya.

Dengan suara serak yang sedikit kelelahan, Yuna berkata, "Wano, ayahku bukan tipikal orang yang suka ingkar janji. Jika memang mau balas dendam padaku, lakukan saja padaku, jangan mencemarkan nama baiknya."

"Ayahku selalu menganggap reputasi lebih berharga daripada hidupnya sendiri. Dia juga baru saja menjalani operasi, tindakanmu yang seperti ini bisa membahayakan nyawanya, apa kamu nggak menyadari itu?"

Setelah mendengarnya, Wano terdiam sejenak, kemudian terpancar kilatan yang dalam dari matanya.

"Mau menyelamatkan ayahmu, nggak?"

Dia tersenyum lembut dan berkata, "Temui aku di tempat parkir rumah sakit."

Meskipun Yuna telah curiga bahwa Wano terlibat, mendengarnya mengakui secara langsung adalah pengalaman yang berbeda baginya.

Yuna sungguh tak menyangka bahwa Wano benar-benar tidak memedulikan tiga tahun yang mereka habiskan bersama.

Namun, jika benar Wano pernah menaruh perasaan untuknya, meskipun hanya sesaat, dia pasti takkan bersikap seenaknya seperti ini.

Memikirkan hal ini membuat tenggorokan Yuna tiba-tiba merasa tercekat, matanya pun kini ikut terasa basah.

Dia menengadahkan kepalanya, menatap cahaya terang di lorong, lalu berkata dengan dingin, "Wano, tunggu saja, aku pasti akan mencari keadilan untuk ayahku. Aku nggak akan membiarkanmu menyalahkan orang yang nggak bersalah seenakmu saja."

Wano terkekeh, "Oke, mari kita lihat bagaimana kamu akan mencari keadilanmu itu."

Lima menit kemudian.

Yuna menemukan mobil Wano di garasi bawah tanah.

Zakri yang melihatnya datang segera melambai padanya, "Bu Yuna, Pak Wano sudah menunggumu di dalam mobil."

Dia membuka pintu mobil, mempersilakan Yuna duduk, lalu berjalan menjauh dengan sikap yang santun.

Ketika Yuna masuk, Wano langsung melihat luka di dahi Yuna dalam sekejap.

Mata hitam legamnya seketika dipenuhi amarah.

"Siapa yang melakukannya padamu?"

Dia meraih dagu Yuna dan menatap Yuna dengan mata hitamnya.

Yuna menoleh dan berkata dengan marah, "Kamu nggak perlu mengkhawatirkannya."

"Yuna, ini yang kamu maksud dengan bisa hidup tanpaku? Kamu memilih hidup yang seperti ini!"

Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan salep dari kotak penyimpanan dan membantu Yuna mengoleskan pada lukanya.

Dia kemudian mengambil selembar plester dengan gambar yang sangat jelek. Yuna dulu membelinya sebagai hukuman karena Wano pernah tidak sengaja melukai dirinya sendiri karena kebanyakan minum.

Melihat plester jelek itu, Yuna mundur seraya berkata, "Aku nggak mau memakainya."

Wano menarik Yuna ke dalam pelukannya dan menempelkan plester di dahinya.

Setelah menempelkan plester itu, Wano bahkan dengan sengaja menggigit bibirnya, sambil mengejek, "Jelek sekali!"

Yuna tampak memucat saking marahnya.

Wano sudah mengendalikan Keluarga Qalif sampai sejauh ini, namun dia masih berniat mempermainkannya.

"Wano, bagaimana caranya agar kamu melepaskan ayahmu?"

Wano menatapnya dengan tajam, sementara sebuah senyum dingin terukir di bibirnya.

"Gampang saja, kembalilah padaku. Aku jamin, bukan hanya ayahmu yang akan aman, melainkan nasib keluargamu juga akan kembali seperti semula."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status