Bee melirik suaminya yang sedang sibuk dengan banyak berkas di ruangan sebrang.Ia tidak pernah membayangkan bila Akbi akan memberinya ijin bekerja namun dengan pria itu yang ikut juga bersamanya.Tadi pagi Akbi mengajaknya pergi, ia sempat bingung mengingat lelaki itu sudah memakai stelan kerja yang lengkap.Bee pikir bila Akbi akan membawanya ke kantor tapi ternyata sang suami membawanya ke rumah produksi Ibu Aneu.Akbi begitu mengkhawatirkan Bee yang tampak pucat dan lemah pagi ini ditambah Bee yang muntah-muntah hebat.Namun bila ia bersikeras melarang Bee bekerja, sang istri pasti akan diam-diam pergi tanpa ijinnya.Alhasil saat ini meja kerja Bee menjadi tempat lelaki itu bekerja, Akbi meminta Rani membawakan semua berkas yang perlu ia periksa dan tanda tangani.Memindahkan jadwal bertemu klien menjadi esok atau lusa agar hari ini bisa ikut menemani sang istri bekerja. Tapi seakan pekerjaan tidak ada habisnya, ia tenggelam dalam berkas-berkas dan kumpulan angka pada laptop.Bi
Akbi mendorong pintu rumah kedua orang tuanya, sudah beberapa bulan berlalu semenjak kepergiannya setelah insiden sang Mama melukai dan hampir mencelakai Bee dan sekarang Akbi baru menginjakan kaki lagi di sini.Ketika masuk aromanya masih sama, hati Akbi bergetar hebat tapi bukan karena merindukan sang Mama tapi karena di rumah ini lah kisah cintanya bersama Bee bermula.Mungkin bagi sebagian orang cinta Ibu tidak akan pernah tergantikan tapi bagi Akbi yang memiliki seorang Ibu seperti Diana, justru segala kasih sayang dan perhatian juga cinta itu ia dapatkan dari Bee.Bee memperlakukannya seperti seorang manusia, menghormati dan menghargainya sebagai seorang suami.Bersama Bee, ia seakan menjadi seseorang yang memiliki nilai.Dan ketika Bee tersakiti, untuk menjaga agar ia tidak semakin berdosa kepada sang Mama maka ia memutuskan untuk pergi.Menurutnya itu adalah keputusan yang baik untuk mereka bertiga.Dan kedatangan Akbi ke rumah ini tidak lain adalah karena sang Papa yang memin
“Mas ... Bee masih agak lama, Mas masuk aja dulu ... di sini banyak nyamuk,” kata Jessie yang menyebulkan setengah bagian tubuhnya dari balik pintu.Aldo yang menoleh sejak perempuan itu memanggilnya Mas langsung tersenyum tipis.“Alamaaaak, gantengnyaaaa ...,” Jessie membatin.“Kalau Akbi lagi nungguin Bee, dia nunggunya di mana?” “Kalau enggak di mobil, di ruang tamu ... Mas tunggu di ruang tamu aja ...,” balas Jessie sambil membuka pintu lebar-lebar.Pria jangkung nan tampan itu pun berdiri dari kursi teras lalu berjalan mendekati Jessie yang mematung di ambang pintu karena debaran jantungnya yang menggila.“Kamu meminta saya masuk, kan?” Jessie mengangguk pelan sambil menatap Aldo tanpa berkedip. “Trus kenapa kamu hanya berdiri di sini? Bagaimana saya bisa masuk?” Jessie mengerjap, benar juga kata pria titisan Dewa itu bagaimana bisa masuk bila ia berdiri di ambang pintu seperti ini. Jessie mundur dua langkah memberi jalan agar Aldo bisa masuk.“Ma ... mau minum apa Mas?” Jes
Akbi nyaris memutar tubuh untuk kembali melangkah keluar saat baru saja ia masuk ke ruangannya setelah meeting selesai karena melihat sosok perempuan yang tidak ingin ia temui sedang duduk di kursi kerjanya.Ia telah berusaha mempercepat meetingnya sore ini agar bisa menemani Bee di saat sang istri tengah sibuk dikejar waktu memenuhi kerjasama dengan salah satu stasiun televisi.Jujur saja, Akbi sangat mengkhawatirkan Bee terlebih sang istri tengah mengandung anaknya dan kondisi perempuan itu sangat lemah.Demi apapun ia ingin istrinya di rumah saja akan tetapi sudah tentu bukan itu yang membuat Bee bahagia.Maka demi kebahagiaan Bee, Akbi memilih untuk mengikuti keinginan sang istri namun tetap berusaha menempatkan Bee selalu dalam pengawasannya.Walau Akbi tidak bisa banyak membantu tapi dengan berada di samping Bee, ia merasa tenang dan dapat melakukan apapun yang bisa memembuat istrinya nyaman.Namun tampaknya Akbi tidak bisa melakukan niatnya tersebut dengan segera karena saat in
“Bini lo belum makan malam, udah gue paksa tetep enggak mau ... dia tegang menjelang acara, dia overthinking takut gaunnya ada yang rusak atau lepas accesoriesnya pada saat acara nanti, lo masuk deh buruan.” Gio yang berpapasan dengan Akbi di pintu utama rumah produksi memberitau.Lelaki itu tampak gelisah dampak dari perhatian yang besar kepada Bee.Wajar saja Bee seperti itu mengingat kejadian buruk yang pernah ia alami karena Anggit dan ia berpikir bila dewi fortuna belum tentu mendatanginya untuk yang kedua kali.“Dimana dia sekarang?” “Di belakang ... gue udah suruh yang lain istirahat sebentar dengan maksud biar Bee juga istirahat, tapi dia keras kepala ... gue nyerah, mungkin sama lo dia mau nurut,” kata Gio lagi, kecewa.“Gue masuk dulu,” Akbi berujar, menghentikan curhatan Gio yang mengangguk lalu dengan kode melalui matanya mempersilahkan Akbi agar segera masuk.Langkah panjang Akbi memburu istrinya yang berada di bagian belakang rumah namun terhenti ketika melihat Jessie
Untuk menghibur Bee yang sedang tertekan meski perempuan itu tidak pernah mengungkapkannya, Akbi mengajak Zidan dan Raka Juga Verro membantu Bee pada hari berlangsungnya acara yang digelar salah satu stasiun televisi.Hari ini bukan hanya hari besar bagi stasiun televisi tersebut tapi juga hari bersejarah bagi Bee karena di awal karirnya ia menangani semua kostum para artis wanita dalam acara bergengsi tersebut.Sudah pasti Aldo juga tidak ingin ketinggalan, beruntung acara itu diadakan malam minggu sehingga Aldo bisa ikut menjadi tim sukses bersama yang lain semenjak pagi.Penerimaan Ibu Aneu yang ramah membuat mereka semua nyaman, bahkan satu ruangan berisi makanan telah disiapkan Ibu Aneu untuk mengganjal perut mereka yang lapar saat membantu Bee.“Semangat Bee!” kata Zidan sambil membawa dus perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara nanti dan Bee tersenyum menanggapi dengan sorot mata yang menyiratkan beribu terimakasih.“Om Beni memang enggak salah cari mantu, kamu membanggakan Be
Akbi yang masih panik setelah kejadian beberapa jam lalu menatap Bee yang sedang terlelap tanpa jeda.Sang istri terbaring untuk yang kedua kalinya di ranjang rumah sakit setelah dinyatakan mengandung.Rasanya Akbi ingin marah, mengumpat hingga menghancurkan barang-barang di sekitarnya namun lagi-lagi harus ia tahan mengingat itu akan menyakiti hati sang istri.Akbi kesal dengan keadaan yang membuat Bee harus mengalami ini lagi akan tetapi cintanya yang besar pada Bee harus bisa menahan itu semua.Harus melihat sang istri yang lemah dan muntah-muntah saja sudah membuat Akbi panik dan sekarang ia harus menemani sang istri terbaring di rumah sakit setelah sang istri menuntaskan kewajibannya yang seharusnya dirayakan dengan penuh suka cita. Tepat ketika acara bergengsi itu selesai, di saat itu pula Bee tidak sadarkan diri hingga harus dilarikan ke rumah sakit meskipun acara berjalan lancar tanpa ada cela karena Anggit tidak ada di sana.Sebelum menerima kerjasama itu, Bee sudah mengecek
Langkah panjang Akbi menderap memasuki rumahnya, ia yakin sang istri berada di dalam karena malam sudah turun dan Bee sudah tidak dikejar deadline lagi seperti beberapa hari lalu sehingga tidak mungkin ia masih berada di rumah produksi Ibu Aneu.Ketika turun dari mobil tadi ia sempat menyapa Gio yang sedang merokok di balkon kamarnya di lantai dua.Terkadang setan dalam hatinya menghasut agar Akbi menyesali kepindahannya ke sini karena bisa saja Gio menyelinap masuk dan berselingkuh dengan istrinya ketika ia sedang tidak ada secara Gio selalu ada di rumah Ibu Aneu yang hanya berjarak lima langkah dari rumahnya, lelaki itu juga tidak memiliki pekerjaan tetap selama tiga bulan masa libur berlayarnya. Namun Akbi menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum penuh makna, perempuan lain mungkin bisa seperti itu tapi Bee tidak akan pernah melakukannya.Akbi juga melakukan semua ini semata-mata untuk mempermudah Bee dalam urusan pekerjaannya.Sang istri bisa langsung pulang setelah lelah beke