Mau tak mau, Noah mengantarkan Julian dan manajer pria muda itu untuk menemui Heru di ruangannya. Anehnya, setelah Julian memasuki ruangan sang paman, Noah tak kunjung pergi. Justru pemuda itu menyandarkan tubuhnya pada dinding yang berada tepat di samping papan penanda ruangan.Noah memiringkan kepala, dengan bodoh malah mencabut anak rambutnya satu per satu. "Aduh! Ini aku kenapa sih? Kenapa malah nungguin di sini? Ck! Ada yang nggak beres nih! Kayaknya aku lapar? Atau butuh tidur ya?"Mengabaikan ketidakberesan yang menyerang, Noah melangkah perlahan meninggalkan lorong tersebut. Namun baru saja berbelok, tidak taunya dia berpapasan dengan Tara yang terlihat akan menuju ruangan sang paman. Lagi pula, tidak ada ruangan lagi pada lorong yang dijejakinya selain milik paman dan bibinya."Eh! Mau ke mana?!" Tau-tau saja, Noah menghadang langkah kesekian yang akan Tara tempuh. Wanita muda itu menyimpan ponsel pada saku kardigan, kemudian melayangkan tatapan tajam. "Seharusnya aku yang t
Begitu keluar dari ruangan Heru, Tara terlonjak mundur saat mendapati Noah yang menyandarkan dirinya pada kerangka pintu. Julian yang berada tepat di belakang Tara pun menahan punggung wanita muda itu agar tidak terjengkang. Tara berbalik, bertemu tatap dengan Julian. "Te-terima kasih, Pak! Eh? Mas? Kak?"Julian tersenyum meneduhkan. "Panggil Julian saja, sepertinya kita seumuran kok!" Tatapan pria muda itu beralih pada Noah. "Kamu kenapa bikin kaget Tara sih, Noah?"Noah berjengit tak suka. Pemandangan macam apa yang sedang tersaji di depannya ini? Apakah ini salah satu adegan dalam web dramanya yang ditampilkan secara nyata? Baru saja hendak membuka mulut, Tara malah menyelanya dengan segenggam kalimat yang membuat kesal. "Ya mau bagaimana lagi ya, Jull? Anak ini memamg sukanya membuat saya jantungan. Biasa, bocil kemarin sore."Noah melotot, sedangkan Julian terlihat menahan senyum entah karena apa. Merasa sudah tak memiliki kepentingan apa pun, Tara pamit undur diri. Sesungguhny
Tara sangat ingin menjotos pemuda tengik itu sekarang juga. Mendengar ucapan Noah yang sengaja dikeraskan itu, tentu saja Julian cukup terkejut. Bahkan pria muda itu menurunkan americanonya secara perlahan, nyaris tumpah.Cell memberi tanda bagi Radu untuk menyeret Noah dari hadapan mereka. Begitu tersadar dari keterkejutan yang sama, Radu mencubit tengkuk Noah seperti ibu kucing yang membawa anaknya pergi. Tara mendengus lega, akhirnya si biang kerok itu pergi juga. Akan tetapi, terdapat satu hal yang harus dibenahi secepat mungkin. Wanita muda itu menengok ke arah Julian Wiratmaja yang masih mematung. Di tengah momen tersebut, Tara sempat mengagumi bagaimana wajah tampan Julian bisa tetap memesona meski sedang linglung."Ta-tadi, Noah ....""Jangan dipedulikan, Kak Julian!" Cell menyahut, memutuskan untuk memanggil Julian demikian. "Noah memang suka begitu, bercanda yang kelewatan. Tanya saja sama staf perempuan yang ada di sini, mereka pasti pernah mendengar perkataan Noah yang se
Terlalu penasaran, Noah segera berdiri untuk mengekori Tara. Wanita itu masih bercakap-cakap dengan seseorang yang dipanggil sebagai Rendi dalam keakraban yang mampu terdengar. Saat pintu lift terbuka, tau-tau saja terdapat Radu yang muncul dari besi berjalan tersebut.Radu menyapa Tara, lalu menarik lengan kaus Noah untuk tak mengejar wanita muda itu. Noah mendengus kesal. Kalah sudah. Padahal dia ingin mengetahui sosok bernama Rendi yang tadi sempat terdengar sudah menunggu di lobi entah untuk apa."Bang! Udahlah! Jangan dipegangin kayak gini! Ada Bang Julian tuh!" Dagunya terarah ke sisi ruang tunggu yang dihuni oleh Julian. Aktor tampan yang satu itu malah senyam-senyum sendiri saat melihat catatan yang diberikan oleh Tara tadi. Noah mencibir pelan, hatinya terganggu dengan senyuman yang pria muda itu layangkan."Ya terus, kenapa? Udah dibilang jangan gangguin Tara lagi, kok malah mau diam-diam ngikutin dia masuk lift. Memangnya kamu mau buat adegan roman picisan di dalam sana? Bu
"Jadi, disfungsinya termasuk parah tidak, Dok?" tanya Radu.Dokter kelamin bernamakan Dokter Widjianto itu berdecak pelan. "Kata kamu, kamu benar-benar tidak bisa merasakan ketegangan itu lagi kan? Kalau begitu, sebelum parah, harus diobati. Saya resepkan obatnya, nanti kamu tebus ya, Noah."Radu menyenggol lengan Noah yang tak ada semangat-semangatnya sejak diseret keluar dari gedung Hacer. Akhirnya pemuda itu berkunjung ke dokter untuk memeriksakan kesehatan aset berharganya. Entah mengapa, langkahnya terasa begitu berat. Seperti enggan datang, padahal dia sendiri mendambakan malam panas bersama para wanita panggilannya."Tapi, Dok ...." Noah baru membuka suara. "Pas saya sama perempuan lain, saya memang nggak merasakan ketegangan itu lagi, Dok. Tapi pas saya sama satu perempuan yang menyebabkan tongkat saya jadi begini, saya langsung turn on, Dok!""Ha?"Radu menepuk kening. Antara polos dan sengaja memancing emosi, Radu tak paham bagaimana jalan pikiran seorang Noah Alejandro. "Ma
Noah tak bersemangat untuk menjalani hari, padahal dia harus menghadiri pembacaan naskah pertama bersama seluruh pemeran serta penulis secara langsung. Radu sampai harus menyeret Noah dari tempat tidur agar mau ke kamar mandi. Jika Heru dan Rosalie tau bagaimana sikap Noah saat ini, tentunya dia akan diceramahi habis-habisan. Beruntung, Radu sudah terlalu malas untuk mengadu pada pasangan tersebut."Ini!" Radu menyodorkan sebotol minuman kemasan berperisa jeruk yang belakangan Noah gemari. Keduanya telah berada di dalam mobil, melakukan perjalanan ke tempat pertemuan yang merupakan ruang rapat di salah satu hotel ternama. Menyadari bahwa dia takkan bertandang ke kantor Hacer terlebih dulu, Noah jadi terserang setan malas—atau memang dirinya sudah begitu?"Kenapa sih? Kenapa mukamu kayak nggak makan bertahun-tahun? Padahal semalam kamu makan banyak, Noah!" Radu menepuk bahu si berandal yang satu itu. "Jangan beginilah, Noah! Kamu bakalan ketemu sama pemeran lainnya. Kamu harus tampil b
Mendengar antusiasme yang hadir dari ketiga orang yang menemaninya makan siang hari itu, pada malam harinya Tara segera berbelanja ke pasar agro yang beroperasi sejak matahari terbenam hingga keesokan paginya. Senyum wanita itu tak kunjung luntur, sebab dia baru saja merasakan hawa segar yang menyelubungi setelah berada pada titik jenuh mengenai alur hidupnya.Menu makanan yang dibuat oleh Tara, disajikan tepat saat istirahat makan siang pada hari berikutnya. Mengambil posisi yang nyaman di kafetaria, Tara menyodorkan masakan buatannya untuk dicicipi oleh tiga orang yang sama seperti kemarin. Sejujurnya, dia sedikit terharu lantaran Radu dan Noah rela untuk tidak makan apa pun setelah selesai dengan diskusi ringan bersama penulis web drama yang Noah lakoni."Gimana?" tanya Tara harap-harap cemas. "Enak nggak?"Wanita muda itu tak mampu menilai arti dari tatapan yang ketiganya berikan. Sesaat setelah mengambil suapan pertama, kening ketiganya memberikan kernyitan dalam roman yang berbe
Noah tidak berani bertanya pada Tara. Bahkan sampai esok harinya, dia hanya memandangi wanita muda itu dari kejauhan. Kabarnya, tersisa dua hari lagi bagi Tara untuk mengajarkan bahasa Korea secara kilat pada Julian. Sebab akhir pekan nanti, agensi sudah setuju untuk berkunjung ke luar kota. Mengunjungi beberapa agrowisata yang ada, lalu membuat dokumentasi untuk dibagikan ke website resmi Hacer Entertainment.Acara ini memang sudah menjadi agenda tetap yang berlangsung tiap 4 bulan sekali. Kata pamannya, biar para penggemar terpuaskan dengan momen seluruh artis yang berada di naungan Hacer, hitung-hitung refreshing pula—padahal mereka baru saja menghabiskan beberapa hari di luar negeri pada pekan sebelumnya."Ngapain berdiri di sini?" Noah tersentak, mundur selangkah saat mendapati Cell yang tampak begitu kacau. Kantung mata wanita muda itu terlihat kentara, belum lagi dengan rambut panjang yang diikat seadanya menggunakan karet nasi bungkus."Lah? Kamu kayak nggak tidur semalaman,