Sekar dan Inge sudah berdiri di tengah arena. Inge tampak tersenyum menyeringai, Sekar sendiri tampak terintimidasi karena senyuman Inge tersebut.
"Sekar berjuanglah!!! Jangan kalah dari nenek lampir itu!" teriak Abimana berusaha memberi semangat Sekar.
"Diam kau Abimana!!" jerit Sekar kemudian. Abimana pun menjadi ciut. Bukannya tambah semangat, teriakan Abimana di ruangan justru membuatnya tertekan sangat malu.
"Sekar belahan jiwaku! Berjuanglah!" teriak seseorang lagi, dan ternyata itu adalah Laksmana.
"Kau juga diam!!!" Sekar sungguh naik pitam.
"Sekar, masih ada waktu untuk menyerah. Seperti yang kau tahu, kau tidak akan bisa mengalahkan aku," ucap Inge dengan nada provokasi.
"Diam kau Inge pesek! Aku tidak akan menyerah darimu!"
"Apa kau bilang? Pesek? Dasar dada rata!"
"Apa!!!"
Eka terlihat jengah, padahal pertarungan belum dimulai, tapi keduanya sudah sangat berisik di arena pertarungan.&n
Para pendekar yang lain cukup kaget dengan hasil imbang tersebut. Beberapa dari mereka juga baru tahu ternyata jika kedua pendekar tidak dapat melanjutkan pertandingan maka keduanya akan dianggap gugur."Sekar! Kau sudah melakukan yang terbaik!" jerit Abimana.Sekar yang mendengar Abimana berteriak tidak marah lagi kepadanya. Sekar hanya melemparkan senyum saat beberapa pengawas menggotongnya dengan tandu, di pertarungannya dengan Inge barusan jika Abimana tidak berteriak ketika Inge melakukan jurus pemindah jiwa, mungkin ia akan kalah saat itu.Sekar walau telah dianggap gugur pada ujian pendekar. Ia sangat senang dengan hasil pertandingannya terakhir, dulu ia pikir ia tidak bisa melampaui Inge, tapi ternyata tidak. Sekar bisa menyeimbangi Inge.Sementara Inge yang setengah sadar saat digotong oleh beberapa pengawas. Ia sangat kesal tidak bisa mengalahkan Sekar pada saat itu."Uhuk...baiklah aku akan mengambil kertas untuk
Lika maju ke arena dengan perasaan yang sangat takut. Sementara Yodha tampak biasa saja dan terlihat yakin dapat mengalahkan Lika."Mereka berdua dari keluarga yang sama? Tapi berbeda desa?" celetuk Abimana polos."Ya begitulah, keluarga Kusuma tidak hanya ada di Asoka. Mereka juga ada di tempat lain yang masih kekuasaan Kerajaan Geni, tapi Desa Alamanda jumlah anggota keluarga Kusumanya hampir sama banyak seperti Desa Asoka," jelas Sadana.Abimana pun termangu-mangu mengerti."Nona Lika, aku tidak akan menahan diri. Aku akan menghabisimu disini," ujar Yodha, pendekar dengan rambut dikepang tersebut."Ba..iklah," balas Lika masih takut."Djani, kali ini muridmu akan tidak baik-baik saja," celetuk Rumi yang melihat pertarungan tersebut."Cih. Aku sudah tahu itu, Yodha, pendekar pemula terbaik asal Desa Alamanda pasti akan menyulitkan Lika," balas Djani.
Sebuah daratan bernama Jawa, disebut-sebut sebagai surganya dunia. Karena apapun yang ditanam disana akan berbuah. Segala jenis rempah tersedia disana. Tidak hanya rempah, sayang dan kasih juga tumbuh subur disini. Semua yang tinggal disana sangat bahagia. Mereka hanya bekerja untuk perut mereka di hari itu. Tidak tahu menahu cara menyimpan harta di gudang mereka. Begitu sederhana. Hingga orang-orang negeri asing menemukan daratan surga dunia itu. Para penduduk daratan Jawa menyambut mereka dengan ramah tamah tapi para pendatang asing itu semena-mena. Tidak ada lagi bahagia, yang ada hanya derita. Setiap hari akan terjadi perang antara si penjajah dan si terjajah di beragam daerah. Tapi orang-orang daratan Jawa selalu kalah, karena pada era itu mereka baru mengerti cara menyakiti ora
Seorang pemuda baru saja terbangun dari tidurnya, dengan sedikit kantuk ia menghampiri meja makan yang tidak jauh dari tempat ia tidur. Dengan sedikit menguap ia membuka tudung saji yang berisi makanan kemarin malam. Ia pun melahap ubi rebus tersebut walau sudah sedikit aneh rasanya, tapi ia yakin tetap bisa memberinya sedikit tenaga di hari itu. "Hoaaah. Misi apa yang akan diberikan kakek tua itu ya. Pasti misi-misi rendahan lagi. Kalau begitu kapan aku menjadi kuatnya," gumamnya sambil menyantap makanan paginya. Setelah merasa cukup kenyang ia pergi ke bagian belakang rumahnya untuk sedikit membersihkan diri. Pemuda itu adalah Abimana Yasa, ia adalah pemuda 19 tahun dengan paras yang cukup tampan. Rambutnya pendek dan te
Beberapa saat sebelum Abimana menyusul. Seorang penunggang kuda yang mengenakan pakaian serba hitam itu melempar sebuah rantai yang di ujung rantai tersebut terdapat sebilah pisau berukuran sedang. Pria itu melemparkan senjatanya ke arah roda kereta yang ia kejar sehingga kereta itu pun terbalik ketika pria tersebut menarik rantai tersebut yang sengaja ia sangkutkan. "Kenapa kau membuat pekerjaanku sulit? Andai kau tidak kabur mungkin kematianmu akan aku buat lebih mudah," ucap pria tersebut menyeringai sambil memutar-mutar senjata rantainya. Pria lain yang terluka parah karena kereta yang ia kendarai jatuh terbalik di tanah tidak menjawab apapun. Dengan wajah penuh darah karena terseret tanah ia hanya mengatur nafasnya yang sangat menggebu. Sepintas ia sudah berpikir sepertinya memang pagi
Abimana berlari kencang ke arah balai desa. Ia yakin sudah terlambat dari janji temunya bersama dua temannya. Tapi ia tidak begitu khawatir karena ia baru saja menyelamatkan seseorang. Perasaannya sangat bagus sekarang. "Aku tidak sabar memberitahunya kepada Sekar. Ia pasti sangat bangga kepadaku," gumam Abimana sendiri sambil berlari. Beberapa saat kemudian, akhirnya Abimana sampai di balai desa. Seperti biasa suasananya ramai diisi oleh pendekar yang hendak mengambil misi atau pun melaporkan misi. Mata Abimana mencari ke segala arah, hingga akhirnya ia mendapati dua temannya ternyata sudah menunggu dengan kesal di luar balai desa. "Abimana! Kemana saja kau! Beraninya kau membuat kami menunggu!" jerit Sekar. Ia adalah pendekar perempuan yang mempunyai kemampuan pengobatan. Rambutnya
Batara tahu betul kenapa Giri sangat ingin menjalankan misi tingkat menengah. Ia tahu, Giri juga berambisi untuk menjadi jauh lebih kuat. Tapi tidak seperti Abimana, yang berambisi menjadi Raja. Giri berambisi jauh lebih kuat hanya sekedar balas dendam.Giri Mahasura, berasal dari keluarga yang disegani Desa Asoka. Tapi malangnya kini hanya ia sendirilah satu-satunya orang yang berasal dari keluarga Mahasura.Beberapa tahun yang lalu, seluruh garis keturunan Mahasura dibantai oleh seorang yang tidak dikenal, termasuk ayah dan ibu Giri. Giri satu-satunya Mahasura yang selamat atas insiden tersebut karena saat itu ia sedang berlatih di hutan selepas belajar dari perguruan.Sejak saat itu Giri bersumpah akan mencari pelaku atas pembantaian itu. Tapi Giri yang
Di gerbang Desa Asoka, Regu 1 sudah berkumpul bersama Pangeran Jati serta para pengawalnya. Hanya satu orang lagi yang sedang mereka tunggu saat itu."Ah sial, kenapa pria itu harus ikut? Bukankah kita bisa mengawal Jati sendiri hingga sampai ke rumahnya?" gerutu Abimana sembari melipat tangannya dan menghentak-hentakan kakinya. Sementara orang-orang yang disana hanya pura-pura tidak mendengar ocehan Abimana termasuk dua temannya Sekar dan Giri."Sekar, kau sependapat denganku bukan?"Buk! Sekar malah menjitak kepala Abimana dengan cukup keras."Argh Sekar kenapa kau selalu memukulku?""Sopanlah kepada Pangeran Jati. Kau tidak bisa begitu saja menyebut namanya seolah dia temanmu! Kau juga tidak boleh meremehkan misi ini!" bentak Sekar geram."Ah baiklah-baiklah." Abimana segera menciut saat Sekar memarahinya. Sementara Giri sungguh malu melihat tingkah Abimana dan Sekar di depan Pangeran Jati."Pangeran apa