"Terus awasi setiap gerik-geriknya, lakukan seperti biasa. Pahaammm!!!!"
"Siap bos..!!!".
David lagi-lagi memerintah anak buahnya untuk terus mengawasi setiap gerak gerik Grace. Namun tanpa ia sadari bahwa dirinya bahkan keluarga nya juga kini tengah di awasi oleh orang-orang suruhannya Gabby.
'Jadi, disini siapa yang mengawasi siapa? '
"Hon, aku mandi dulu ya. Lengket banget soalnya". Ungkap Grace setelah tiba di Mansion milik keluarga Gabby. Kebetulan Mansion itu selalu sepi karna kedua orang tua Gabby berada di London dan ditinggalkan seorang diri dengan beberapa maid yang akan membantunya untuk mengurus rumah besar itu.
"Mau mandi bareng, huh? " Tawar Gabby. Grace terlihat malu-malu karna pipinya yang memerah.
"Iiii ga,, maluuu lah". Ucapnya lalu berhamburan ke kamar mandi. Gabby hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sang kekasih. Sebelum Grace selesai mandi, ia turun ke la
"Eeeehhhh" Gabby terlihat mulai membuka matanya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah jam yang ada didinding kamar, waktu masih menunjukkan jam 5 pagi.Masih terlalu pagi untuk bangun dan beraktifitas, gumamnya. Kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah dimana kini sosok wanita cantik tengah terlelap begitu pulas dengan wajah innocentnya dan badannya yang masih full naked didalam selimut dan masih berada dalam pelukannya Gabby.Gabby tersenyum sembari mengelus lembut pipi mulus sang kekasihnya itu. Namun tiba-tiba pipinya kini mulai bersemu merah karna mengingat apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Grace.Desahan demi desahan yang keluar dari mulut Grace sungguh membuatnya kehilangan akal.“aahhhh Honney,,,, Aa,,,, aa,, ak,, aku udah ga tahan”. Grace terdengar sangat kesulitan untuk berucap disetiap katanya karna sudah tidah kuat menahan gejolak nafsu yang ada dalam dirinya akibat u
"Udah slese..?? " Tanya David sambil berdiri dari tempat duduknya yang aku anggukin sebagai tanda "iya" lalu berjalan kearahnya. "Udah,, yuk balik" Jawabku sesampainya dihadapan David. "Nih minum dulu, kamu pasti capek karna latihan dari tadi" Sembari memberikan botol minuman yang tidak pernah lupa ia bawakan untukku disaat aku sedang ada latihan Exchool Dance disekolahku. Seperti biasa di saat aku sedang minum, David selalu suka mengelus-elus kepala ku seperti anak kucing kesayangannya namun entah kenapa aku juga selalu menyukainya ketika ia memperlakukanku seperti itu. "Kita makan dulu ya, baru pulang. Aku tau kamu pasti belum makan kan dari tadi siang?" Ucapnya melanjutkan pembicaraan yang langsung aku anggukin sebagai tanda "iya" Seperti biasa. David Moela Antariksa, anak seorang pengusaha property tersukses dikotaku. Anaknya pintar, ramah juga penyayang dan yang paling penting dia termasuk kategori cowok
"Cepetan Anjirrr,, tar kita kehilangan jejak...!!! " Aku menarik tangan Alice begitu kuat sudah seperti menarik becak yang kehilangan kudanya. "Iyaaa baweell,,, tapi pakek helm dulu nyet,, tar kena tilaangg". Sambil memakaikan helm di kepalaku. Beginilah Alice, ia selalu siap siaga dalam hal apapun itu. Termasuk jika itu menyangkut keselamatan sahabatnya, aku misalnya. Ya iyalah,tentu saja ia akan sangat memanjakanku karna satu-satunya sahabat yang dia miliki hanya aku seorang dimuka bumi ini. Haha Walaupun Yaa mungkin kata-kata sapaan kami terdengar sedikit kurang sopan, namun percayalah, jika berbicara tentang kesetiaan dan kasih sayang, mungkin kami tidak perlu diragukan. "I Love Youuuu". Aku berteriak kepada Alice saat kendaraan tengah berpacu dijalanan. Dengan senyum sumringahnya, bukan jawaban romantis yang aku dapatkan tapi yang ada malah toyoran. Ya, Alice memukul helm ku dengan cukup keras sambil berteriak " Pas gini
Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan dalam diriku. Namun apapun itu, intinya aku bahagia dan hanya perasaan itu yang aku tau. "Dia, si gadis popular, tahu siapa namaku". Bagiku itu sudah lebih dari kata cukup karna setidaknya, dari sekian banyak penggemar yang ia punya di sekolah, dia tahu siapa namaku dan aku bangga akan hal itu. Rasanya semua ini seperti mimpi terindah yang pernah aku alami sampai saat ini. Entah seperti apa orang-orang menatapku saat ini, aku tidak peduli. Namun yang membuat ku sedikit bingung, dari mana ia tahu namaku? Karna sampai sejauh ini, aku tidak pernah berbincang secara langsung dengannya. Kalaupun iya kami pernah ngobrol, pasti hanya seputar pertanyaan biasa seperti ketika seseorang menanyakan suatu alamat disaat ia mulai mereka tersesat dan tidak tahu Arah. Lalu, dari mana ia mengetahui namaku? Karna yang aku tahu aku tidak sepopuler dirinya. "Gabby, kamu memang satu-satunya orang yan
Hari sudah mulai sore, mega-mega merah diufuk barat sudah terlihat menampakkan diri. Awan yang tadinya berwarna biru, kini mulai Berubah warna menjadi jingga. Kendaraan dijalan raya juga sudah mulai terlihat ramai. Hawa dingin mulai menyelimuti jalanan bak suasana pegunungan, sejuk namun terasa begitu menenangkan. Aku dan Alice terlihat masih begitu menikmati perjalanan ini. Bercanda ria diatas kendaraan roda dua yang kini kami tumpangi yang tentu nya akan menjadi suatu kenangan yang tidak akan pernah terlupakan dimasa tua nanti. Kendaraan yang lalu lalang menambahkan suasana menjadi semakin ramai bak jalan raya ibu kota. Pedagang kaki lima mulai terlihat sibuk menjajakan jualannya. Mulai dari pedagang gorengan sampai pedagang jajanan yang katanya serba kekinian itu kini mulai ramai kedatangan pelanggan setia mereka. Semua orang terlihat sibuk dengan urusan masing-masing namun tidak jarang terlihat sesekali orang-orang yang saling bertegur sap
Jalanan mulai terlihat sepi. Hawa dingin semakin terasa menyentuh kulit ku. Aku hanya duduk termangu disamping kiri kemudi. Terlihat David tengah Memperhatikan ku sembari tersenyum manis, namun aku bersikap seolah aku tak melihatnya. Aku merasa lelah, aku butuh istirahat. Aku meraih ponselku dari dalam tas kecil milikku. Kunyalakan layar ponselku, terlihat dengan jelas waktu sudah menunjukkan pukul 22:41. Aku menghembuskan nafas perlahan yang di imbangi dengan badanku yang serasa menggigil karna Hawa dingin yang begitu terasa menusuk kulit ku saat ini. David terlihat panik, segera ia membuka jaket yang ia kenakan lalu memasangkannya ke tubuhku. Untuk sejenak, aku merasa sedikit lebih baik. "Terimakasih". Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir mungil ini.Mataku mulai terasa berat,seperti ada yang menghipnotisku agar aku segera terlelap. Aku pun mulai memejamkan mata sampai akhirnya aku terbangun karna terasa ada sentuhan hangat di pipi
"Udah,, itu doang kan??". Tanya nya dengan nada angkuhnya yang tak pernah hilang. Aku hanya mengangguk kan kepala sembari tersenyum kepadanya namun ia segera memalingkan pandangannya dari wajahku. Gabby, sampai sejauh ini aku masih tidak mengerti kenapa ia bersikap begitu dingin terhadapku. Aku sering melihat ia tertawa lepas saat bersama yang lain, namun saat melihatku, seakan-akan semuanya mulai membeku layaknya kutup utara yang dipenuhi dengan salju. "Apakah ia membenciku?? Tapi kenapa?? And karena apa?? ". Pertanyaan ini selalu muncul dikepalaku namun aku selalu berusaha berfikir positif karna aku merasa kita hanya perlu mengenal satu sama lain secara lebih mendalam. Ia pun berlalu, bermaksud meninggalkan aku dan Alice. Tapi, belum jauh ia melangkah dari hadapan kami. Ia menghentikan langkahnya dan membalikkan pandangannya kearah dimana aku dan Alice berdiri saat ini. "Lu berdua belum sarapan kan?? Tunggu bentar" U
Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Ya, aku diterima kuliah dikampus yang sama dengan Gabby dan tentu saja hal itu membuat ku merasa sangat bahagia karna aku berpikir bahwa dengan begini aku akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bisa dekat dengannya setiap hari atau bahkan setiap saat.Oh god, memikirkannya saja sudah membuat jantungku berdegup sangat keras.Gabby, kamu benar-benar membuatku hilang akal.Ini adalah bulan ketiga aku berkuliah dikampus ini, rasanya aku masih tidak percaya dengan semua yang terjadi saat ini.Sebenarnya apa yang dikatakan David memang tidak sepenuhnya salah mengenai aku yang bisa saja kuliah dimanapun yang aku mau karna mengingat nilai akademik ku dari dulu yang tidak begitu mengecewakan, karna setidaknya aku selalu masuk sebagai peringkat ke-dua dikelasku, yang artinya aku tidak bego-bego amat. Note, bukan bermaksut sombong ya. Tapi tetap saja aku tidak pernah bisa men