Baju sekolah kedua putri majikannya ia simpan di tangan kirinya sambil berjalan ke dapur, mengambil gelas lalu ia pun melanjutkan pekerjaannya kembali."Nona besar, nona kecil, ini jusnya." ia menuangkan jus mangga ke dalam gelas dan meletakkannya di meja sofa. "Makasih bi." ucap mereka berdua serempak dan lanjut menonton kartun.Saking seriusnya nonton kartun, mereka berdua tidak menyadari miminya bolak-balik dari kamar tidur ke kamar mandi. Sampai dia berdiri di belakang sofa sambil menghisap rokoknya. "How your school today baby (bagaimana sekolahmu hari ini sayang)?" kedua putrinya sontak kaget seketika menoleh ke arahnya."Good (baik) mih." sahut Alana, Alena mengangguk dengan wajah yang melongo. "Nice baby (bagus sayang) nanti malam jangan lupa mulai ngaji ya sama bi Minah." sambil mendudukkan badannya di sofa, kedua putrinya menganggukkan kepalanya."Bi, tolong kopi ya." perintahnya, pembantunya mengangg
Diliriknya jam dinding, ia masih sibuk dengan ponselnya membalas pesan dari teman, sahabatnya juga dari pria yang selalu berada dalam hati dan pikirannya."Jam setengah lima." ia memanggil pembantunya. "Bi ... Bi Minah." pembantunya langsung berjalan cepat dari arah dapur."Saya, bu bos." ia berdiri dengan tangan sebelah kanan memegang tangan sebelah kirinya diletakkan depan pahanya, sambil membungkukkan punggungnya sedikit, adat sopan orang Jawa. "Sudah sore, tolong mandikan anak-anak." ia kembali sibuk dengan ponselnya, pembantunya anggukkan kepala.Tanpa a ba ta tsa lagi pembantunya segera membawa kedua putri majikannya ke kamar mandi, mengurus mereka berdua dengan sangat hati-hati dan telaten. Setelah kedua putrinya selesai mandi, ia langsung beranjak dari sofa berjalan menuju kamar tidurnya, ponselnya dicharger lalu memutar badannya ke luar kamar tidur menuju kamar mandi, melakukan ritual mandinya yang super duper lama.
Flower memutar badannya ke kanan kiri di depan cermin merapihkan gaunnya."Oke, sexy! Ulala ..." ia langsung melakukan ritual make up naturalnya. Tapi sebelumnya ia mengirim pesan line kepada orang pintar atau paranormal yang memegang dia jika sedang bekerja agar dapat customer. "Abah, saya kerja ya malem ini." "Oke." Selesai make up Flower dan ke tiga sahabatnya segera berjalan ke lobby, tempat lc berkumpul di sofa-sofa berwarna merah dengan meja marmer putih gading. Sambil menunggu para tamu datang, ia dan sahabat-sahabatnya patungan memesan cemilan gorengan bakwan tahu, tempe mendoan, Thai spingroll dan minuman kaleng dengan harga lc. "Semuanya dua ratus tujuh puluh ribu, lima puluh-lima puluh sini. Kembaliannya buat waitresnya." celetuk Flower ketika akan membayar bill, ketiga sahabatnya mengangguk dan memberikan uangnya."Nih! Sisanya buat tip ya kak, maaci." sembari memberikan kertas bill dan uangnya pada waitres. "Makasih juga kak.
"Flower!" Leny mencolek punggungnya, ia sontak kaget seketika membuka mata dan menoleh ke belakang. Martin melepas pelukannya."Hem! Kenapa Len?" ia memegang tangan Martin. "Bentar ya koh." Martin hanya menganggukkan kepalanya, Leny langsung menarik tangan Flower ke toilet."Mau ngapain tuh bocah dua?" pikir Ani, ia melirik ke arah mereka berdua sampai masuk toileT raut wajahnya penasaran. "Ada apa Lenong? Ganggu saja nih!" ia mengangkat rok dan membuka g-stringnya lalu duduk di toilet."Masih ada gak ineknya?" ia merapihkan baju dan rambutnya. "Ebusyet kirain kenapa, kagak ada!" ia membersihkan area kemaluannya dengan air menyekanya dengan tisu, ngeflush toiletnya memakai g-stringnya dan merapihkan roknya kembali."Mintalah ke tamu yang sama dirimu, dia kan yang ulang tahun pasti bawa banyak." ia mengerlingkan matanya. "Sotoy, minta sendiri gih! Dah ah!" ia langsung keluar dari toilet berjalan kembali ke room dan langsung duduk samping Ma
Flower dan Martin berjalan kembali ke sofa, ia mengajak tos minum Flower. Dia membakar rokok untuk Flower dan untuknya sendiri, wanita berlesung pipi satu di sudut bibir kanannya itu tergugu. Pria berambut panjang sebahu itu meraih tangan dan memberikan rokok ke tangannya, spontan membuatnya terkejut."Eh, kenapa jadi dia yang servis aku? Barang bagus!" ia tersenyum lebar menghisap rokoknya, Martin tersenyum simpul. "Wah, kalau kamu yang servis aku berarti aku dong yang ngetips kamu." candanya, ia melirik ke arah Martin. Martin tertawa terbahak-bahak mendengarnya, membuat semua yang ada di room menoleh ke arahnya dan tersenyum lebar. "Emang gak boleh?" ia menatap dengan mata berbinar-binar, Flower nyengir kuda."Boleh sih, tapi ya mana tahu minta tips juga ya kan ..." ia menaikkan sebelah alis kanannya. "Gak, gak salah lagi maksudnya. Ya gak lah, Ada-ada saja. Gemesin banget sih kamu." ia mencubit pelan hidung mancungnya, mereka berdua pun tersenyum
Ting!Mereka semua berhamburan keluar lift langsung melangkahkan kakinya ke loker. Mereka langsung menghitung uang tips yang mereka dapat dengan raut wajah sumringah. Mereka duduk di sofa loker membuka dompet dan langsung menghitung uang tipsnya. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas, enam belas, tujuh belas, delapan belas, jadi sejuta delapan ratus alhamdulillah." Flower merapihkan lembaran kertas berwarna merah dan biru itu. "Lumayan dapet sejuta alhamdulillah rejeki anak soleh!" Ani mengipas-ngipaskan lembaran kertas merah ke wajahnya sambil tersenyum lebar, semua yang di loker tersenyum lebar melihat kelakuannya. "Cucok ah! Aku cuma lima ratus tapi ya alhamdulillah sih secara ya kan tamu baru terus tamunya gak pada rese." Murti tersenyum lebar. "Emberan cyin, tamuku juga baik aku dapet lima ratus juga alhamdulillah." Leny tersenyum lebar.
"Mau pada dateng jam sepuluh, kerja dong! Kan sudah direserve kita cong rejeki jangan ditolak ya kan lumayan kan tipsnya gope, duduk manis." timpalnya dengan raut wajah senang dan mata yang berbinar-binar."Emberan cyin, cemungud ya." ia Menggoyang-goyangkan pelan kepalanya sambil bersenandung. "Haus euy!" ia beranjak dari singgasana peraduan dan duduk di kursi, diraihnya botol pocari sweat dituang ke gelas.Glek! Glek! Glek! "Calon gak tidur nih.""Sama lah." "Aku makan setengah saja masih kenceng apalagi satu makanya kusimpan yang setengahnya lagi buat suamiku, dirimu neken satu kan?" Murti melirik ke arah Flower."Ho'oh." Flower mengerucutkan bibir mungilnya. "Untung barangnya bagus coba kalau dapat yang jelek, kelar hidup!" Murti memberi kode gorok leher, mereka berdua cengar-cengir.Jam di ruang tengah berdentang sembilan kali sempat membuat Murti kaget dia celingak-celinguk mencari sumber suara itu dengan raut wajah bingung.
"Makan dikit ah paksain bikin bubur saja." ia meraih bubur instan rasa soto, ia membuatnya sendiri dan duduk di meja makan.Dibukanya tudung saji, "Sepertinya ini makan siang anak-anak, kok masih pada utuh sih?" ia menyicipi air sayur sop ayamnya. "Enak!" ia menutup kembali tudung saji, ia mulai makan perlahan bubur instan soto yang sudah ia tambahkan banyak potongan cabai setan sehingga tercipta rasa pedes yang tiada tara. Dia makan sampai berkeringat dan bibir terasa panas sambil menonton tv."Ah kenyang alhamdulillah gak sanggup aku habisinnya." ia minum air hangat agar rasa pedas cepat hilang, buburnya habis setengah porsi. Flower menyimpan sisa buburnya dengan makan siang anaknya di balik tudung saji ia berjalan kembali ke kamar tidurnya, ia membuka gorden dan meraih bungkus rokok dan membakarnya, ia mulai menghisapnya sambil berdiri memandang ke luar jendela. "Hari ini panas sekali tapi hidupku terasa damai sudah seminggu ini tidak ada chat caci m