Suasana menjadi tegang, Kevin sendiri menelan salivanya ia juga tidak menyangka bahwa wajahnya akan terlihat. “Kau mungkin terkejut tapi aku jeli melihat orang baru,” ujarnya yang sembari membuang abu rokoknya di asbak. “Nadia, nyalakan hexos, aku benci makan dengan bau rokok,” celetuk salah satu direktur. Direktur tersebut juga melihat ke arah laki-laki yang menyalakan rokoknya tersebut. “Hei, ini jam makan siang harusnya kau bisa menahan sedikit untuk tidak menyalakan rokokmu,” ucapnya sembari menunjuk. “Aku tak tahan, hanya satu batang,” jawab laki-laki tersebut. Agus mendengus mendengar jawaban tak senonoh yang di lemparkan oleh laki-laki tersebut. Sementara dia sendiri berusaha untuk mencicipi makanan tersebut. “Baik, Pak Agus,” timpal Nadia. Nadia membungkuk 45° untuk meninggalkan para direktur yang sudah duduk di meja makan, ia berjalan menghindari mereka dan menyalakan hexos di ruangan yang telah di tata ala china. Ruangan tersebut benar-benar memiliki ciri khas china
Kevin sedikit bernafas lega setidaknya, ia sudah bisa menolong perusahaan tersebut yang sedang membutuhkan pertolongannya. Mr. Ryan dan kepala HRD hadir di tempat itu juga. Mereka melihat kondisi sudah mulai kondusif.Mr. Ryan menyolek Tan Xiao yang berdiri di sampingnya tersebut. “Kau sudah mencoba masakannya?” tanya Mr. Ryan.Pak Tan mendekatkan dirinya untuk mencoba masakan yang di buat oleh Kevin dan teman-temannya tersebut. Dia mengambil sendok dan mencicipinya, mata seakan bersinar ketika selesai mencicipi makanan tersebut.Sekali lagi Pak Tan mengambil untuk menyuapkan ke dalam mulutnya sendiri, ia lupa dan nyengir ke arah Mr. Ryan. “Enak, Pak,” sahut Pak Tan. Pak Tan kembali ke bagian makanan untuk mengambil makanan yang lainnya juga.Mr. Ryan mengambil sendok dan garpunya ia juga mengambil beberapa menu makanan yang sudah ia ingin cicipi dengan segera mungkin. Mr. Ryan mendekati makanan yang menjadi incarannya.Dengan segera ia mengambil makanan tersebut, ia menaruhnya di ata
Kevin keluar dari perusahaan tersebut dengan terburu-buru, ia seakan berusaha untuk mengejar waktu. Sekali lagi Kevin menerima panggilan dari Dinda, Kevin mengangkatnya. “Ada apa?” tanya Kevin.“Begini, Pak, tadi ada seseorang yang datang mencari Bapak,” jelas Dinda.“Mencari saya? Siapa? Saya tidak ada janjian,” cecar Kevin yang memberitahu Dinda.“Katanya dari Ibu Tania, dia ingin bicara dengan Bapak nanti sore katanya, dia sempat kemari untuk memberitahukan saya hal tersebut kepada Bapak setelah itu dia kembali belum lama, maka itu saya meminta Bapak untuk datang ke restaurant,” jelas Dinda.Kevin terduduk di atas sepeda motornya, ia terkejut mendengar ucapan pegawainya tersebut. “Ya sudah biarin saja, saya pikir ada apa,” ucap Kevin dengan nada kesal.“Bukan itu saja Pak Kevin, tadi ada pelanggan yang bertengkar. Makanya saya cepet-cepet hubungin Pak Kevin,” ujar Dinda.Kevin sedikit terkejut mendengar ucapan Dinda. “Ka..kalian tunggu saya akan ke sana. Kalian masih memintanya di
“Li…Linda?” kejut Kevin. Wanita bernama Linda tersebut tersenyum dengan bibirnya yang berwarna merah merona. “Se…sedang apa kau di sini?” tanya Kevin.“Lama kita tak jumpa,” sapa Linda.Aditya melihat putranya, Kevin, dengan penasaran. Ia menggidikkan matanya kearah putranya sendiri. Kevin mengigit bibirnya seakan ia sendiri tidak percaya, ia akan bertemu lagi dengan Linda.Kevin memandang kepada ayahnya sendiri dengan harapan ia bisa mengatasi Linda. “Ayah, boleh tinggalkan aku sebentar saja?” tanya Kevin.“Urus masalahmu dengan segera mungkin,” tegur Aditya. Aditya meremas pundak Kevin sendiri, ia tahu bahwa Kevin pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri, sementara Aditya berjalan masuk ke dalam restaurant.Kevin memandang kepada Linda. “Ada maksud apa?” tukas Kevin dengan jutek.Linda tersenyum manis memandang Kevin. Malah sebaliknya Kevin masih tidak menerima kehadiran dirinya. “Bagaimana kalau kita mengobrol di tempat kopi tak jauh dari sini?” usul Linda.“Jangan terlalu lama,” se
Tania kalah satu langkah dari Sandra. Diam-diam Sandra sudah melihat kejadian tersebut, ia mendekati Kevin. “Kevin, siapa dia?” tanya Sandra. Tania gigit jari, ia tidak menyangka bahwa Sandra melihat kejadian tersebut.“Sa…Sandra,” gagap Kevin terkejut melihat kehadiran Sandra.“Siapa dia?” tanya Sandra. “Kau tahu bahwa aku baru saja ingin mengatakan perasaanku kepadamu namun apa yang ku lihat ini!” pekik Sandra. Linda yang mengetahuinya melepas pelukannya.“Sandra, tolong jangan salah paham, kami hanya bertemu sebentar,” ucap Kevin. Sandra meninggalkan Kevin ia tidak ingin melihat Kevin lagi, namun Karen Kevin tahu bahwa posisinya tak salah ia mengejar Sandra yang sudah sedikit menjauh.Kevin meraih tangan Sandra. “Apa?” hentak Sandra, Sandra memandang Kevin dengan tatapan marah. “Kalau bukan lalu apa? Kau ingin berkelit dengan diriku? Aku melihat semuanya, Kevin!” teriak Sandra.“Aku dan Linda tidak punya hubungan apa-apa, aku sudah putus lama. Aku hanya ingin berfokus kepadamu. Ak
“Siapa yang mau bicara terlebih dahulu?” desak Kevin sembari memelototi mereka berdua. “Cepat memangnya kalian pikir, aku tidak akan bekerja lagi,” jengkel Kevin.Tania terdiam sejenak, ia juga tidak ingin orang-orang yang ada di hadapannya tersebut merasa bersalah dengan kejadian tersebut. “Sepertinya harusnya kau yang mengatakan kepada kami, ada hubungan apa kau dengan wanita tersebut?” cetus Tania kepada Kevin.Kevin menelan salivanya, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kevin sedikit terbawa dengan suasana tersebut. “Memangnya haruskah aku menjelaskan kepadamu?” gusar Kevin.“Tentu karena aku melihatnya dari awal,” sentak Tania kepada Linda.Linda tercengang bahwa Tania melihat perbuatan dirinya kepada Kevin, mata Tania berkilat marah memandang Linda. “Apa maksudmu melakukan hal tersebut? Kau tidak tahu bahwa Kevin dan Sandra saling mencintai sejak lama?” tegur Tania dengan kasar.Linda sendiri berusaha mencari kata-kata namun seakan tidak ada seseorang yang bisa membelanya sa
“Terima kasih sudah membantuku untuk mengatakannya,” ucap Sandra kepada Tania.“Tak masalah karena aku tahu bahwa tidak mudah bagimu untuk mengatakan hal tersebut kepadanya,” timpal Tania. Tania membersihkan sisa makanannya dari bibirnya tersebut. “Masakanmu sama enaknya dengan buatan dirimu,” celetuk Tania yang sembari mengunyah.“Hmm,” gumam Kevin, “Setidaknya ayahku bisa untuk membuat penghasilan dari masakan ini,” ucapnya yang memberitahu.Sandra ikut menikmati makanan yang di berikan oleh masakan ayah Kevin, ia juga menganggukkan kepalanya. “Pamanku pernah membeli di sini,” sahut Sandra yang memberitahu.“Ya aku bertemu dengan pamanmu, aku tidak sengaja menggratiskannya beberapa hari yang lalu,” timpal Kevin yang memberitahu.Tania merasa tak menyangka seorang laki-laki seperti Kevin bisa memberikan makanan secara gratis. “Woah, aku tak percaya dengan ucapanmu. Kau menggratiskannya?” bisik Tania.“Aku tidak menanyakannya, namun aku ingat rasanya. Sama dengan masakan ini,” kata Sa
Kevin menatap hampa langit-langit di meja kerjanya, ayahnya sendiri mengitil ke atas. “Kau ini kenapa?” cecarnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan kepada ayah,” omel Aditya.“Akulah penyebabnya.” Pikiran Kevin melayang mengingat kejadian tersebut seakan beribu-ribu ucapan maaf tidak ada gunanya untuk melumpuhkan dinding tebal yang di ciptakan sendiri oleh Sandra.Aditya meringis, seakan belum menyadari ucapan anaknya sendiri. “Kau yang menyebabkan hal tersebut?” tebak Aditya.Kevin berdeham sekali lagi. “Aku tidak tahu apa yang salah, aku memang mencintainya ayah tapi yang sudah aku ceritakan bahwa dirinya belum bisa meneriman diriku,” aku Kevin.Aditya menggeleng-gelengkan nestapa. “Wanita memang tidak bisa kita duga.” Ayah Kevin mendesah. “Lihat aku. Aku sendiri saja tidak bisa berkata-kata tapi jika memang ada masalah katakan saja siapa tahu ayah bisa membantumu, lihat umurmu kau sudah seharusnya menikah,” oceh Aditya dengan sikap anaknya tersebut.Kevin teringat akan masa lal