ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 14Mendengar semua penuturan ibunya, Yusuf merasa tertampar hatinya berdenyut nyeri. Apa selama ini ia terlalu berlebihan pada Willia, itu yang saat ini yang memenuhi pikirannya."Bu–""Udah, jangan banyak tanya lagi. Sana cari istrimu sebelum diambil cowok lain!" Yusuf beranjak pergi, ia mengikuti kemana langkah kakinya itu bergerak. Bingung? tentu saja, ia tidak tahu kemana lagi harus mencari Willia. Bahkan anak buahnya yang dibayar dengar tinggi itu malah pergi karena Yusuf tidak bisa memberikan uang dimuka. Harusnya anak buahnya itu setia meskipun belum dapat bayaran. Toh, sudah pasti Yusuf akan memberikan mereka gaji dan bonus jika menemukan istrinya.Ia kembali memutari kota menggunakan ojek, karena uangnya tidak cukup untuk ongkos taksi. Awan yang mendung sore itu langsung mengguyur bumi disertai petir yang bersahutan. Yusuf dengan terpaksa menepi untuk menghindari tubuhnya basah kuyup. Bahkan sekarang ia berteduh di emperan toko, ciprat
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 15"Ya enggaklah, Ma. Kemarin ban mobilnya bocor jadi Papa simpen di bengkel. Kemarin juga Papa kehujanan karena pake ojek," jelas Yusuf."Di rumah loh ada mobil, kenapa gak Papa pake?"Yusuf tidak menjawab, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena menyadari kebodohannya."Mama jemput anak-anak dulu, ya. Nanti kalau ada Kinan dateng, kasih kunci mobilnya di meja ruang tengah," tutur Willia."Jangan lama-lama, ya!" teriak Yusuf saat Willia sudah jalan keluar kamar. Willia yang masih bisa mendengar teriakan suaminya hanya menggelengkan kepala pelan atas kelakuan manja suaminya itu.Willia merogoh benda pipih dalam tasnya yang seharga satu buah mobil itu. Ia melihat nama Mega tertera di layar ponselnya."Kenapa, Ga? Gue lagi mau jalan nih jemput anak-anak," seru Willia pada Mega di seberang telepon."Ke kantor bentar bisa gak, Wil?" tanya Mega."Oke, gue kesana," balas Willia lalu memutuskan sambungan telepon. Ia masuk ke dalam mobil, ia lebih
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 16"Eh … Pa, Mama kira tadi–""Mama kemana? Ini anak-anak udah dianterin sama ibu ke rumah," seru Yusuf dari seberang telepon memotong perkataan Willia."Ya udah. Mama pulang sekarang."Willia memutuskan sambungan telepon. Mungkin tadi ia terlalu lama berbincang bersama Mega hingga lupa waktu. Saat sampai rumah ia tidak mendapat mobil ibunya, mungkin wanita paruh baya itu sudah kembali pulang."Mama tadi ke kantor dulu, ada sedikit masalah," jelas Willia."Masalah apa?""Masalah kecil, udah beres kok," jawabnya berbohong. Tidak mungkin Willia mengatakan yang sebenarnya pada Yusuf, ia belum siap."Pa … kita pergi liburan yuk! Labuan bajo kayaknya seru, udah lama kita gak kesana. Terakhir itu waktu si kembar belum lahir.""Kenapa tiba-tiba ngajak liburan?" tanya Yusuf penasaran."Kenapa ... Papa gak mau? Ya udah, Papa tinggal di sini aja biar Mama sama anak-anak yang liburan," seru Willia. "Mau dong, biar Robby sama Arkan yang urus kantor sementar
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 17Niat hati setelah sampai penginapan Wilia akan beristirahat tapi pikirannya melayang. Saat tadi mereka pulang dari restoran Wilia masih merasa orang itu mengikutinya."Ayok tidur, Ma!" ajak Yusuf yang baru saja selesai mandi."Mama belum ngantuk, Pa. Papa tidur duluan aja," balas Wilia. Ia masih betah duduk di sofa di pojok ruangan, sedangkan Yusuf yang sudah merasa lelah langsung merebahkan diri di pembaringan.Anak-anak mereka sekarang bersama Raysa dan ibunya. Wilia masih penasaran dengan orang yang selalu mengikutinya, apa orang itu orang yang sama yang mengikuti dirinya saat di Bali? Apa motif orang itu sebenarnya? Semua itu berkecamuk di pikiran Wilia.Berjam-jam ia tidak melakukan apa-apa, hanya duduk diam dengan pikirannya yang melayang. Pukul 3 dini hari, Wilia baru beranjak untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sebenarnya sudah lelah itu.Baru saja dua jam terlelap, Yusuf membangunkannya mengajak untuk shalat dua raka'at. Dengan mata
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 18[Lo yakin, Wil? Perusahaan bisa rugi besar loh.]Mega mencoba memperingatkan Wilia agar wanita itu menyadari dengan keputusannya yang akan merugikan.[Rugi urusan belakangan.Turutin apa yang gue bilang, Ga. Sekarang juga!]Wilia dengan cepat mengirim pesan balasan pada Mega. Sedangkan Yusuf yang melihat gerak-gerik istrinya yang tidak biasa itu kini berjalan mendekat."Kenapa, Ma? Kok kaya tegang gitu," tanya Yusuf sambil mengelus pelan pundak sang istri."Enggak kok, Pa. Mama cuman ngerasa capek aja," balas Wilia dengan senyuman manisnya. Wilia meninggalkan suaminya dan menyibukkan diri untuk membereskan pakaian agar besok mereka bisa langsung berangkat.Beruntung kedua putrinya sudah tidur jadi Wilia tidak terlalu kerepotan. Mereka kembali mengambil penerbangan subuh karena jam 8 Yusuf sudah harus berada di kantor untuk memimpin pertemuan bersama koleganya. Raysa dan ibunya masih ingin berlibur dan tidak ikut pulang bersama keluarga kecil it
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 19Yusuf berjongkok memungut semua lembaran foto-foto itu. Matanya membelalak saat melihat foto tak senonoh istrinya. Ia menatap Wilia yang masih terdiam, ia bahkan tidak tahu penyebab kemarahan Raysa.Ia mengatakan pada para tamu untuk kembali menikmati pesta, ia juga menjelaskan yang terjadi hanya kesalah pahaman. Sepasang mata itu tersenyum puas melihat kejadian di depan matanya.Yusuf menatap Wilia mengisyaratkan agar wanita itu mengikutinya. Sedangkan Raysa berjalan menjauh bersama ibunya. Ibunya mencoba menenangkan gadis yang masih diliputi amarah itu.Yusuf dan Wilia kini tengah berada di kamar mereka. Lelaki itu mengepalkan tangannya menahan amarah, sorot matanya begitu tajam. Wilia menyentuh pundak Yusuf dan langsung di tepis dengan kasar oleh lelaki itu. "Bisa jelaskan padaku, apa maksud semua ini?" tanya Yusuf sambil melempar lembaran foto itu ke atas ranjang. Amarah yang menyelimuti membuat lelaki itu bahkan lupa memanggil Wilia deng
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 20Mega yang baru saja datang menghentikan Yusuf yang akan kembali menghantam wajah Gio."Cukup, Bang! Wilia pingsan kalian malah berantem!" sentak Mega. Wanita itu menyimpan cangkir di atas nakas dan berniat pergi."Karena Abang udah disini, aku pamit pulang," seru Mega. Sebenarnya ia hanya ingin melihat apa reaksi Yusuf."Tunggu, tolong temani Wilia. Kamu tahu kan apa yang terjadi, Wili pasti udah cerita," tutur Yusuf lalu berjalan pergi. Ia tidak bisa melihat wajah istrinya untuk saat ini, karena amarah saat ini yang menghinggapinya belum mereda.Gio yang melihat sikap Yusuf tentu heran, istrinya pingsan tapi ia malah seperti tidak peduli."Pak Gio, bisa keluar sebentar," pinta Mega. Gio mengangguk lalu berjalan keluar sambil menutup pintu.Netranya menyapu semua sudut tapi tidak mendapati keberadaan Yusuf. Gio masih penasaran dengan apa yang terjadi, pasti ada masalah diantara Wilia dan Yusuf."Sialan! Besok gue pemotretan, tapi muka gue mala
ISTRIKU YANG BULUK MENJADI REBUTANBAB 21Telepon itu tersambung tapi tidak kunjung diangkat. Kedua kali Yusuf mencoba akhirnya tersambung juga."Ini Mega. Wil baru aja istirahat, Bang. Katanya kepalanya masih pusing." suara Mega yang terdengar dari seberang telepon."Ya udah, nanti aku suruh dokter buat datang ke rumah. Tetap disana sampai aku pulang," pesan Yusuf sebelum memutus sambungan telepon."Persaingan sekarang itu ketat, Bro. Banyak yang terang-terangan mau jatuhin kita. Bisa jadi ini cara salah satu rival lo buat bikin Lo jatuh, kan?"Perkataan Robi memang benar, karena dalam dunia bisnis apapun bisa terjadi karena ingin menjadi pemenang. Bahkan terkadang orang bersaing dengan cara tidak sehat salah satunya mengusik ketenangan keluarga rivalnya, tapi Yusuf tidak pernah melakukan semua itu."Gue bener-bener gak bisa mikir sekarang," ungkap Yusuf. Ia bahkan dari tadi hanya menatap kosong layar laptop di depannya tanpa ada niat mengerjakan sesuatu."Tenangkan pikiran lo, benta