Share

Bab 6 Aku Berani Membunuhmu, Mau Coba?

Aisa ketakutan sampai ke tulang-tulangnya!

Ada apa ini?

Bagaimana Dirga si gelandangan ini membuatku sangat ketakutan?

Aisa tanpa sadar gemetaran.

Ilusi!

Pasti ilusi!

Niat membunuh yang terpancar dari Dirga berlalu begitu saja, sekarang Aisa tidak bisa merasakannya sama sekali.

Saat ini, Zira hanya merasa terharu, terharu karena dilindungi oleh pasangannya sendiri. Selain itu, dia sama sekali tidak merasakan apa-apa!

Pada saat ini, pengawal Reno mundur ke sisinya dan berbisik dengan suara gemetar, "Tuan, anak ini agak jahat. Takutnya dia seorang master!"

"Plak!"

Reno menampar wajah pengawal itu dan berkata dengan marah, "Apa kalian buta?"

Setelah itu, Reno mengarahkan pandangannya pada Dirga.

"Dirga, aku nggak menyangka kamu dan ibumu akan mengalami kehidupan yang sulit, senang sekali memukuli aku dan tunanganku tadi malam, 'kan?"

"Kamu bisa bertarung, ya? Jangan bilang aku menggertakmu, lihat pengawal di belakangku?"

"Salah satu dari mereka bisa satu lawan sepuluh. Kalau kamu paham, bersujudlah dan benturkan kepalamu tiga kali kepadaku dan Lilly. Bayar biaya perlindungan sebanyak 200 juta, biarkan mereka pergi dan minum denganku. Aku akan melepaskan kamu dan ibumu!"

"Kalau kamu nggak mau, pengawalku akan membuatmu menyesal datang ke dunia ini!"

Setelah selesai bicara, Reno mengarahkan pandangannya pada Zira dan Aisa lagi.

Hasratnya sangat membuncah pada mereka berdua.

Dirga berusaha sekuat tenaga untuk menahan amarah di dalam hatinya, dia berkata dengan nada datar, "Ini adalah rumah sakit, kalau ada apa-apa kita bisa bicara di bawah. Jangan khawatir, aku akan memenuhi semua permintaanmu hari ini!"

Aisa mendengar dan mengutuk Dirga, "Dirga, kamu cari mati!"

Namun, dia langsung terdiam lagi setelah menerima tatapan suram dari Zira.

Zira menatap Dirga dan ekspresinya pun melunak.

"Aku bisa menanganinya!"

"Terima kasih, tapi nggak perlu. Aku, Dirga, nggak terbiasa membiarkan pasanganku sendiri untuk menggantikanku menghadapi masalah!"

"Kamu dan Nona Aisa tolong jaga ibuku di ruang rawat, aku akan segera kembali!"

Satu kalimat menghantam tali paling lembut di hati Zira, tanpa ragu dia berbalik dan menarik Aisa ke ruang rawat!

"Jen .... Nona, Dirga dia ...."

"Diam, aku percaya padanya!"

Untuk pertama kalinya, Zira mengalami perasaan dipedulikan dan dirawat. Rasa ingin tahunya tentang Dirga dan kepercayaan padanya sudah mencapai puncaknya!

Di luar ruang rawat.

Raut wajah Dirga berubah suram dan suhu di udara turun menjadi beku!

"Ayo, Tuan Reno, jangan khawatir. Keluarga Markus sangat kuat, dua wanita cantik itu nggak akan bisa kabur!"

Setelah itu, Dirga pun melangkah pergi.

Di sini adalah rumah sakit, tempat suci, dia tidak ingin membunuh di sini.

"Huh, anggap saja kamu cukup tahu diri."

Reno melihat Jager dan Dirga meninggalkan mereka di luar pintu ruang rawat. Kemudian, dia mengejar Dirga bersama Melly dan pengawal serta Jager dan yang lainnya!

Segera semua orang berada di garasi parkir bawah tanah rumah sakit.

"Dirga, aku nggak menyangka kamu cukup hebat. Diselingkuhi Lilly lalu secepat itu mendapatkan wanita cantik. Baiklah, silakan mulai penampilanmu!"

Reno tampak percaya diri akan mengalahkan Dirga.

"Reno, nggak seharusnya kamu membiarkan mereka menyakiti ibuku!"

Setelah itu, Dirga langsung menendang kaki Reno dengan keras, lalu membanting para pengawal dan kaki Jager bersama-sama!

Semua proses ini tidak sampai dua detik!

Melly yang berada di samping sudah ketakutan sedari tadi, dia terjatuh ke tanah dengan lembuht!

"Ah!"

Reno dan yang lainnya teriak kesakitan!

Pada saat ini, Dirga menginjak kaki Reno yang utuh dengan satu kaki.

"Dirga, berengsek, kamu, apa kamu gila?"

"Kamu berani mematahkan kakiku?! Tamat sudah kamu. Aku akan menghancurkan seluruh keluargamu!"

"Krek!"

Dirga menginjak keras dan suara patah tulang terdengar!

"Ah! Ah! Ah!"

Reno menyaksikan Dirga meremukkan lututnya kali ini!

"Dirga, kamu, kamu tamat riwayatmu. Pamanku akan membunuh seluruh keluargamu!"

"Tunggu saja aku!"

"Plak! Plak!"

Dirga menampar wajah Reno yang pucat beberapa kali dan mengucapkan kata demi kata, "Kalau kalian mematahkan satu kaki ibuku, aku akan mematahkan semua kakimu."

"Hanya aku yang bisa membuatmu bisa berdiri kembali. Aku akan memberimu kesempatan untuk berdiri kembali. Dalam dua hari, siapkan 10 miliar untuk meminta maaf kepada ibuku!"

"Kalau nggak, aku akan mengeluarkan Keluarga Markus dari Kota Langgara!"

Dalam sekejap, Reno dan yang lainnya merasakan udara di sekitar mereka merosot ke titik beku, terutama Melly. Dia tidak menyangka Dirga yang telah berada di penjara selama lima tahun, menjadi begitu hebat dalam bertarung.

"Dirga, kamu, kamu tamat sudah. Kamu tinggal tunggu mati saja! Beraninya kamu mematahkan kaki Kak Reno ...."

"Plak!"

Dirga menampar Melly hingga membuat tubuhnya terpental!

"Kamu ... kamu berani menamparku?"

"Plak!"

Dirga menghampiri Melly dalam sekejap dan menginjak wajahnya!

"Aku juga berani membunuhmu. Mau coba?"

"Kamu!"

Melly dibuat ketakutan oleh mata galak Dirga dan menelan kembali kata-kata itu.

"Ingat, kamu dan Reno hanya punya dua hari. Kalau aku nggak lihat uang 10 miliar sebagai permintaan maaf dari kalian dalam dua hari, keluarga Martino dan Keluarga Markus akan menghilang dari Kota Langgara!"

Dirga pun pergi.

Dia dengan cepat kembali ke ruang rawat. Ibunya belum bangun, tetapi kaki dan tubuhnya yang patah sudah tidak fatal lagi.

"Cepat sekali sudah kembali lagi? Mereka tidak mempersulitmu?"

Aisa terkejut melihat Dirga kembali tanpa cedera.

"Aku beralasan dengan mereka!"

"Apa kamu pikir aku ini anak tiga tahun? Dirga, nggak disangka, kamu pengecut sekali? Beraninya kamu membiarkanku dan Nona pergi minum dengan si bodoh itu?"

"Aku akan membunuhmu!"

Aisa bergegas menghantam Dirga, tetapi dia terkejut dengan tatapan galak Zira.

Begitu Zira ingin marah, dia dengan lembut meraih Dirga dan berkata, "Kenapa kamu nggak nurut lagi? Bukannya aku sudah bilang kamu jangan marah?"

"Jangan marah-marah lagi, ya!"

"Oke, aku akan mendengarkanmu, nggak akan marah, nggak akan!"

Zira mengangguk patuh. Dirga bisa kembali dalam keadaan utuh, Zira percaya bahwa Dirga sudah menyelesaikan masalah ini secara menyeluruh.

Dirga menatap Aisa dan berkata, "Nona Aisa, aku nggak tahu apa yang salah denganmu yang membuatmu memusuhiku. Aku nggak cukup kompeten. Aku bahkan nggak bisa melindungi ibuku sendiri. Aku masuk penjara dan diselingkuhi istriku sendiri setelah keluar dari penjara!"

"Tapi, sekalipun aku nggak berguna, aku nggak akan mengandalkan Nona Zira dan kamu untuk bertahan hidup. Nona Zira terluka sekarang. Apa kamu tahu konsekuensi membuatnya marah?"

"Karena kamu memanggilnya Nona, kamu harus memikirkan keselamatannya. Kalau kamu nggak suka padaku, kamu bisa menemuiku sendiri setelah Nona Zira sembuh!"

Dirga tahu sejak awal, Aisa sangat memusuhinya. Dirga tidak pernah keberatan.

Namun, tidak bisa dibiarkan jika Aisa sampai memengaruhi Zira!

Saat ini, Aisa pun sadar dirinya sudah salah, dia pun buru-buru minta maaf kepada Zira.

"Aisa, kamu minta maaf bukan kepadaku, tapi kepada Dirga."

Aisa meminta maaf kepada Dirga meskipun dia enggan.

Pada saat ini, Dirga bertanya dengan rasa ingin tahu, "Nona Zira, kalian berdua tentara, 'kan?"

"Ya, Departemen Perang!"

Zira dengan jujur mengakuinya. Apa pun yang Dirga ingin ketahui, Zira akan menjawabnya dengan jujur.

Siapa sangka, Dirga justru berkata dengan wajah patah hati, "Nggak heran kamu terluka parah. Apa yang dilakukan bajingan-bajingan di Departemen Perang itu? Apa semua pria di Departemen Perang sudah mati?"

"Bagaimana bisa sampai membuatmu begitu terluka parah!"

"Nona Zira, terima kasih sudah datang menjenguk ibuku. Begini, kamu dan Nona Aisa pulang dulu. Kamu harus beristirahat dengan baik, makan dan minum obat sesuai dengan resep yang aku berikan padamu!"

"Aku harus membawa ibuku pulang. Cedera ibuku akan memakan waktu sekitar empat hari untuk sembuh. Aku akan merawatmu ketika cedera ibuku sembuh!"

"Beri tahu aku kalau selama beberapa hari ini kamu nggak enak badan."

"Mari kita bertukar nomor ponsel!"

Meskipun Dirga bukan dari Departemen Perang, dia tahu bahwa Departemen Perang memiliki aturan kerahasiaan yang ketat, jadi dia tidak bertanya lagi.

Setelah bertukar kontak dengan Dirga, Zira dan Aisa meninggalkan rumah sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status