"Paman tampan!" Vince berlari menghampiri Aiden yang berdiri di gerbang sekolahnya. "Bukan 'Paman'! Panggil aku Papa mulai dari sekarang," ujar Aiden sambil mencubit pipinya dengan gemas. "Benarkah? Tapi kata mama, papaku sudah meninggal." "Apa papa terlihat berbohong? Sini Vince!" Aiden menggendong Vince dan memperlihatkan pantulan dirinya dan Vince di kaca mobil yang terparkir di dekat mereka. "Lihat, bagaimana penampilan kita di kaca itu?" tanya Aiden. Vince sangat cerdas, tentu saja dia memindai dengan baik kemiripan wajahnya dengan Aiden. "Ya, kita memang mirip. Tapi aku harus mengkonfirmasi hal ini dulu dengan mamaku. Kalau mamaku tidak mau mengakui kamu sebagai papaku, maka aku juga tidak. Turunkan aku, atau bahu Paman akan aku gigit." perintah Vince. "Kenapa harus menunggu mama kamu mengakui aku dulu?" tanya Aiden heran. "Mamaku orang yang baik, tidak mungkin dia menjauhkan kita tanpa sebab. Lagipula, beberapa kali aku mendengar obrolan bibi Mia dan paman Bria
Setelah beberapa waktu, kencan Bianca dan Daniel selalu gagal. Namun, Daniel tidak berputus asa. Kali ini Daniel mengajak Bianca pergi berkencan menonton teater drama musikal. "Aku akan menjemputmu pukul 6 sore," terdengar suara Daniel yang bersemangat. "Oke, kalau begitu aku akan bersiap-siap. Sampai jumpa, Daniel." Baru saja Bianca mengakhiri panggilan teleponnya, dan putra kecilnya itu datang naik ke pangkuannya. "Mama akan pergi berkencan dengan om Daniel?" tanya Vince. "Anak kecil, tahu dari mana kata-kata 'berkencan'?" "Aku sudah besar, Ma. Dan aku sering mendengar kata-kata itu." Vince menggerutu dengan pipi tembemnya yang menggembung dan mengempis, terlihat sangat lucu. "Mama mau nonton teater, Vince yang pintar ya di rumah. Main sama kakek dan nenek." "Rumah sepi sekali, bibi Mia dan paman Brian kapan kembali Ma?" "Paman dan bibimu sedang jalan-jalan dan berbulan madu. Mungkin sekitar satu bulan lagi baru mereka pulang. Bianca kemudian berdandan dan bersia
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata
"Ahh... hentikan.. aahh.. tolong hentikan!" tangis Hanna menggema lagi ketika pria itu berada diatasnya lagi memacu hasratnya yang seolah tidak ada habisnya."Berhenti? Haruskah aku berhenti? Apa kamu masih ingin melanjutkan untuk berpura-pura tidak mengingatku?" Aiden menggerakkan pinggangnya dengan kasar sehingga Hanna kesakitan."Tuan... aku mohon... aahh.. aku bukan Alena!"Entah sudah berapa hari Hanna menjadi tawanan dan pelampiasan nafsu bejat pria ini yang bernama Aiden Bradley. Dia bahkan tidak dapat melihat terang dan gelap di tempat ini.Bahkan tangan dan kakinya dirantai seperti hewan peliharaan."Aaggghh... sakiiittt...." Hanna berteriak kesakitan karena Aiden menggigit dadanya."Isteriku tersayang, sebegitu bencikah dirimu padaku sampai kamu harus merubah wajahmu dan berpura-pura tidak mengingatku Alena?""Sudah berapa kali kukatakan padamu, aku bukanlah Alena Hart. Namaku Hanna Miller huhuuuu...." Hanna berkata dengan putus asa sambil menangis.Hanna tidak tahu, mengapa
Aiden telah menunggu selama 20 menit di meja makan dan Hanna belum juga datang."Mengapa dia lama sekali?" gumamnya gelisah.Aiden kemudian beranjak dari meja makan dan berjalan menuju kamar yang dulunya adalah miliknya dan Alena.Ketika membuka pintu dia terkejut melihat Mira pingsan dan tergeletak di lantai. Matanya melihat sekeliling dan dia tidak menemukan sosok Hanna."Mira! Mira!" ujar Aiden sambil menepuk-nepuk pipi dan pundak Mira.Mira perlahan mulai membuka matanya dan ketika dia tersadar penuh dia berkata dengan gugup dan gelisah."Tuan, maafkan saya, saya telah lalai. Tadi Nyonya meminta obat untuk mengobati luka lecet di pergelangan tangan dan kakinya. Kemudian... kemudian saya merasa seperti sesuatu menyengat di kulit telinga saya dan tiba-tiba penglihatan saya gelap Tuan.""Pengawal! Pengawal!" teriak Aiden memanggil."Ya, Bos!" para bodyguard Aiden kemudian datang."Segera kejar dan temukan Hanna!""Siap, Bos!""Sial, aku baru saja menemukanmu dari persembunyian setela
Memasuki musim semi, harum aroma bunga tercium dimana-mana. Kampus Universitas Harvard sedang mengumpulkan orang-orang terkenal di bidang pengetahuan teknologi.Hari ini salah satu dari orang terkenal tersebut adalah Hanna Miller. Hanna saat ini adalah seorang dokter ahli bedah jantung ternama di dunia dan dia akan hadir disana untuk memberikan seminar.Layar besar elektronik di alun-alun kampus menampilkan tulisan, "Seminar Hari Ini Bersama Profesor Dokter Hanna Miller", kemudian menampilkan video tayangan seorang wanita cantik yang mengenakan baju dokter dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku bajunya.Tidak ada ekspresi lebih pada wajahnya. Wajahnya yang tenang tampak dingin, elegan, dan sombong.Tidak lama kemudian datang sebuah mobil Cadillac berwarna merah. Mobil ini berhenti tepat di depan kerumunan reporter Amerika dan asing.Para reporter mengangkat kamera bersiap mengabadikan sosok yang sudah mereka nantikan.Pintu belakang mobil perlahan terbuka dan memperlihatkan sepatu
Hanna kemudian kembali untuk melakukan operasi bypass jantung seorang pasien yang cukup berumur.Seorang wanita berusia 76 tahun. Namun, jika hanya melihat penampilannya sekilas dia masih nampak seperti berusia 50an.Kulit dan tubuhnya masih terawat, dan garis wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat cantik ketika muda.Wanita tua itu melakukan pemeriksaan seminggu sebelumnya. Operasi ini memiliki tingkat keberhasilan hanya 50 persen jika dokter-dokter ahli lain yang menangani.Pihak keluarga wanita itu tidak ingin menyerahkan penanganan operasi yang memiliki resiko gagal dan berakhir kematian 50 persen.Ketika pihak keluarga membawanya kepada Hanna, dengan yakin dia berkata, "Aku memiliki keyakinan keberhasilan operasi ini 80 persen. Tapi bahkan angka 20 persen sekalipun, itu sudah cukup besar untuk sebuah resiko yang akan diambil di meja operasi."Keluarga semula ragu, namun wanita tua itu cukup yakin."Baiklah, bahkan 80 persen sudah memberikanku secercah harapan. Aku akan mencoba dan
Setelah sekitar 7 jam, Betsy telah sadar. Hanna bergegas memeriksa kondisinya."Sepertinya kondisi Nenek sudah cukup stabil, tapi untuk berjaga-jaga sebaiknya Nenek masih tinggal di ruang observasi dulu ya selama 17 jam kedepan. Setelahnya Nenek bisa masuk ruang perawatan dan bertemu dengan anggota keluarga Nenek," ucap Hanna sambil tersenyum.Betsy yang masih lemah hanya bisa mengangguk dan tersenyum kepada Hanna.Sesampai Hanna di ruang prakteknya, Mia melapor kepada Hanna."Ada seorang pria diluar bernama James, katanya dia putera dari Nyonya Betsy.""Suruh dia masuk."Kemudian seorang pria tampan berusia 30an masuk keruangan, dia memiliki tinggi 185cm, dengan kulit kuning kecoklatan. Dia menggunakan pakaian kasual edisi terbatas, jika diliat sekilas bahkan dia terlihat seperti masih berada di umur 25 tahunan."Halo dokter, saya James, putera Betsy. Bagaimana kondisinya sekarang?""Wow, dia sangat tampan," pikir Hanna dalam hati.Untuk sesaat Hanna hilang fokus kemudian berkata, "Be