“Ternyata mereka juga begitu kejam kepada anak sendiri,” ucap Alex yang jauh dari mereka.
Alex mendengar keributan di luar, ia memberanikan diri untuk keluar dan memeriksa apa yang sudah terjadi di sana. Ternyata papanya Aurora yang memarahinya, karena sebuah dokumen. Alex hanya diam saja tidak berani melakukan sesuatu, ia juga tidak ingin ikut campur urusan orang lain.
“Tapi kasian juga dia, hanya karena dokumen dia harus dimarah sampai seperti itu,” kata Alex berusaha untuk mengabaikan mereka.
Akhirnya Alex kembali ke dalam kamarnya dan juga berbaring kembali, agar lukanya cepat pulih dan dia akan keluar dari rumah tersebut. Karena tidak bisa diam saja lalu merasa gelisa, Alex akhirnya berkeliling kamar Aurora yang cukup luas.
Ia melihat sekeliling dan di kamar tersebut tersusun rapi kebutuhan Aurora, dimulai dari sepatu, tas, baju dan aksesoris miliknya, dan ia menemukan sebuah pintu tetapi tidak tau pintu tersebut menuju ke arah mana.
“Apa aku termasuk lancang jika membuka pintu ini?” tanya Alex pada dirinya sendiri.
“Mungkin tidak, aku hanya memeriksa sedikit saja ada apa di balik pintu ini,” tegasnya pada dirinya sendiri.
Klek!
Alex membuka pintu tersebut, secara perlahan-lahan lalu ia mengintip-intip sedikit dan memeriksa di sekitarnya, ternyata ruangan tersebut adalah perpustakaan. Di sana juga ada ranjang, dan beberapa cemilan, lalu ada ruang untuk kerja juga.
Alex tidak ingin tau lebih banyak lagi, karena ia takut merusak privasi orang lain. Setelah berkeliling di ruangan yang cukup luas tersebut, akhirnya ia kembali lagi ke kamar Aurora.
“Jika wanita itu tau aku masuk kedalam ruang privasinya dia akan marah, lebih baik aku keluar sekarang,” guman Alex lalu keluar dari sana.
“Tapi, kenapa dia memiliki ruangan lain di dalam kamarnya? Terserah ini juga bukan urusan ku,” pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Namun, setelah masuk ke dalam kamarnya kembali, Alex mendengar suara pertengkaran di luar sana, ia melihat wanita itu dimarahi oleh sang papa dan ibunya yang berada di ruang kerjaanya sendiri. Karena bukan siapa-siapa, Alex, hanya melihat dari kejauhan dan tidak berani untuk mendekat.
Ia juga melihat wanita itu ditarik oleh seorang laki-laki paruh baya, semua orang hanya melihat saja tanpa menolong wanita tersebut.
“Maukah kau menikah dengan ku? Mari kita menikah?” ucap Aurora sebelum akhirnya ia jatuh pingsan di dalam pelukan sang laki-laki tersebut.
“Wanita yang aneh, terluka tapi masih saja berkata seperti itu,” ucap Alex lalu mengangkat tubuh Aurora, dan berjalan menuju ke dalam kamar wanita tersebut.
Alex meletakkan wanita tersebut secara perlahan-lahan di ranjang, ia merasa kasian karena wanita seperti dia harus menerima hukuman cambuk dari papa nya sendiri.
“Kenapa Aku merasa kasian padahal Aku lebih kejam dari papanya,” tegas Alex pada dirinya sendiri.
“Seharusnya kau lebih tegas dan juga sedikit melawan maka semua ini tidak akan terjadi padamu,” ucap Alex yang merasa kasihan kepada wanita tersebut.
Mengambil obat P3K yang terletak tidak jauh dari ranjang tersebut, Alex membawanya ke arah Aurora. Lalu secara perlahan-lahan dia menggobati luka cambuk ditubuh wanita tersebut.
Betapa kagetnya Alex melihat luka ditubuh wanita itu yang ternyata tidak hanya sedikit tetapi hampir seluruh tubuhnya, meskipun terlihat mulus namun ada luka yang tersembunyi di dalamnya.
‘Apa dia selalu disiksa seperti ini setiap hari,’ batin Alex pada dirinya sendiri.
‘Ternyata semua orang di rumah ini bukan orang yang saling menyayangi, meskipun aku sangat kejam, tetapi. Aku tidak menyakiti orang-orang yang aku sayangi,’ batin Alex yang masih mengoleskan obat ditubuh wanita tersebut.
Setelah selesai Alex menyelimuti tubuh Aurora yang sudah ia olesi obat, ia kemudian duduk di samping Aurora yang masih belum sadarkan diri. Ia juga merasa semua orang di rumah ini tidak ada yang peduli pada wanita tersebut.
Bahkan disaat seperti ini, mereka tidak ada yang bertanya, apa wanita tersebut baik-baik saja atau bagaimana dengan bekas cambuk yang ia dapatkan.
Namun, tidak ada sama sekali. Alex hanya duduk bersandar disamping wanita tersebut, dengan ditemani oleh beberapa buku yang ia ambil dari perpustakaan milik Aurora.
Sementara, di dalam ruangan lain. Gabriell sangat bahagia karena ia berhasil membuat sang kakak dihukum. Ia merasa Aurora itu tidak pantass untuk menjadi putri sulung keluarga Zucca, dengan sifat kekanak-kanakannya tersebut.
“Aurora, ini belum seberapa. Kamu akan mendapatkan hal yang lebih lagi dari ini, Aku juga tidak peduli kau sakit ataupun tidak,” ucap Gabriel di dalam kamarnya tersebut.
“Tunggu dan lihatlah nanti, hahahaha,” tertawa puas dengan apa yang telah ia lakukan.
Seorang wanita yang cukup berusia masuk kedalam kamar Gabriell, ia membawa sepiring buah-buahan dan juga susu untuk putrinya tersayang, wanita itu tersenyum lalu memanjakan anak kesayangan tersebut.
“Mama, kenapa ke sini?” tanya Gabriell yang terkejut melihat kedatangan sang mama, Victoria Zucca.
“Kamu kenapa bertanya seperti itu? Mama harus merawat kamu dengan baik dan menjadikan mu wanita yang paling cantik dan juga pintar di rumah ini,” tegas Victoria kepada putrinya, Gabriella Zucca.
Mereka berdua berbicara banyak hal, dan memakan buah-buahan tersebut dengan bahagia. Terlihat sangat menikmati, Namun, berbeda dengan laki-laki paruh baya yang berada di ruang kerjanya tersebut yang merasa sangat gelisah.
“Bagaimana dengan keadaannya sekarang,” ucap laki-laki yang terus merasa gelisah, Alano Zucca.
“Aku harus melihat keadaannya sekarang, akan kupastikan terlebih dahulu apa dia baik-baik saja atau tidak,” pergi meninggalkan ruangan tersebut menuju kamar Aurora.
Saat ingin pergi menuju kamar sang putri sulung, Alano berhenti melangkahkkan kakinya lalu kembali lagi kedalam ruang kerjanya tersebut, ia menghentikan niat baiknya untuk melihat Aurora.
‘Lebih baik seperti ini saja? Aku harus membuat dia tidak manja dan juga sedikit memberinya perhitungan,’ batin Alano lalu menyelesaikan kembali pekerjaannya.
Alex masih memikirkan ucapan wanita tersebut yang ingin menikah dengan dirinya, ia tidak tau apa yang diinginkan oleh wanita tersebut kepada dirinya.
Alex masih memandang wanita di depannya tersebut dengan penuh dengan pertanyaan.
Ia tidak tau keluarga seperti apa yang ia tinggali sekarang, Alex sama sekali tidak mengerti tentang kasih sayang keluarga mereka, yang saling menyakiti dan tidak ada yang saling menyayangi sama sekali.
“Sebenarnya dalam keluarga kalian apa yang bisa aku mengerti? Semuanya penuh dengan teka-teki,” ucap Alex yang masih memandang wajah Aurora yang masih tidak sadarkan diri.
“Menikah? Kenapa kau ingin aku menikahi mu? Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyanya kepadamu?” keluh Alex.
Tidak tau apa yang harus dilakukannya sekarang, Alex sudah memutuskan apa yang harus dia lakukan sekarang.
“Mari kita menikah,” ucap Alex menawarkan diri kepada Aurora yang ternyata sudah sadarkan diri.
“Mari kita menikah,” ucap Alex menawarkan diri kepada Aurora yang ternyata sudah sadarkan diri.“Apa kau sudah memutuskan untuk menikah dengan ku? Kau yakin akan menikahi ku?” tanya Aurora, dengan dengan gelagapan ia masih tidak percaya.Alex hanya tersenyum tidak mengeluarkan satu kata pun, dengan senang hati Aurora memeluk tubuh Alex yang masih berada di samping tersebut.“Terima kasih, Aku berjanji akan menjadi istri yang baik lalu merawatmu dengan baik,” ucap Aurora yang terlihat sangat bahagia.Satu bulan telah berlalu, Alex menikahi wanita tersebut yang bernama Aurora Violetta Zucca, putri sulung dari grup Zucca, yang bernama Alano Zucca. Sekarang ia masih tidak mengerti keluarga seperti apa yang ia dapatkan sekarang.“Kenapa Tuan besar mau menikahkan tuan muda tampan itu kepada nona Aurora. Bukankah dia lebih cocok menikah dengan nona muda Gabriell, yang lebih pintar dan menggoda?” ucap pelayan rumah tersebut.“Iya kau benar, nona Aurora dan juga nona Gabriell sangat jauh berb
“Alex! Bolehkah aku ikut pergi ke kantor bersama mu,” ucap Gabriell, penuh dengan semangat.“Mobilmu, bukankah kau punya mobil sendiri?” tanya Alex.“Lagi di bengkel,” jawab Gabriell dengan santai.Melihat Alex yang ingin pergi ke kantor, Gabriel mengambil kesempatan untuk pergi bersama dengan kakak iparnya tersebut dengan alasan tidak membawa mobil, Alex menerima tawarannya dan mereka pergi bersama.“Terima kasih sudah mau pergi bersama,” ucap Gabriell.“Iya, kita satu kantor juga!” jawabnya ketus.Selama diperjalanan Alex hanya diam dan tidak bicara satu katapun kepada adik iparnya tersebut, dia hanya fokus menyetir.Sementara, Gabriell yang merasa sangat bahagia dan juga tidak ingin menyia-yiakan kesempatan. Ia terus mempercantik dirinya dengan memakai lipstik kembali agar Alex tergoda oleh dirinya.“Alex menurut mu lipstik mana yang cantik,” menunjukan dua lipstik ke pada Alex.Alex merasa terganggu namun, dia juga tidak mungkin mengabaikan Gabriell akhirnya Alex pun menjawab. “Se
“Maaf aku tidak sengaja menabrak seseorang, untung saja tidak apa-apa,” ucap Aurora.“Kenapa bisa menabrak mereka?” tanya Alex kepada istrinya.Aurora hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan dari suaminya tersebut. Tetapi Alex yang menggambil kotak P3K berhenti melangkahkan kakinya ketika tidak ada jawaban dari sang istrinya.Setelah menggambil kotak tersebut, Alex pergi kearah Aurora yang duduk di sofa. Tatapan tajam A;ex seakan-akan ingin menelan Aurora hidup-hidup, Aurora yang takut dengan tatapan tersebut langsung menundukan kepala tidak berani menatap Alex.“Kenapa diam, aku bertanya padamu?!” tanya Alex dengan nada sedikit marah.“Aku… mengantuk,” jawab Aurora berbohong.Mendengar jawaban itu, Alex hanya bisa menghela napas panjang. Dia tidak tau harus berkata apa lagi. Alex membuka kota obat tersebut, lalu mengambil kapas dan menggoleskan betadin di kapas.“Jika kau mengantuk kenapa pergi ke kantor, kau bisa istirahat di rumah,” ucap Alex, menggoleskan obat di dahi Aurora yang
"Tema apa yang akan diambil kali ini?” tanya Genaro, kepada Florenza yang massih fokus dengan komputernya.“Aku tidak tau, lebih baik kau tanyakan saja kepada tim desain sendiri. Aku masih sibuk dengan pekerjaan, di tambah gagalnya kita mendapatkan investor tersebut!” jawab Florenza, dengan sedikit ketus.Genaro hanya bisa menarik napas panjang mendengar jawaban dari sang kekasihnya itu, lalu ia pergi dari ruangannya dan menuju ke ruangan tim desain.Saat berjalan menuju ke ruangan tim desain, tiba-tiba Genaro merasa bahwa ia pernah melihat wanita Aurora. Namun, ia lupa kalau pernah melihat Aurora dimana.“Apa perasaan ku saja ya, tapi aku merasa pernah melihatnya. Tetapi dimana ya?” tanya Genaro kepada dirinya sendiri, lalu melajutkan tujuannya keluar dari ruangannya tersebut.“Tunggu… bukankah wanita itu mirip sekali dengan… tapi tidak mungkin,” ucap Genaro yang bingung dengan dirinya sendiri.Genaro masuk kedalam ruang desain Romano Grup, ia melihat direktur desain yang masih sibuk
“Tidak ada hal yang harus aku jawab,” ucap Aurora, lalu pergi meninggalkan Alex yang masih berada di toilet tersebut.Alex berjalan menggikuti Aurora dari belakang, ia ingin melihat kemana istrinya tersebut akan pergi. Kali ini Alex juga ingin tau apa rencana Gabriell untuk mencelakai Aurora.“Dia sangat keras kepala, aku sungguh tidak bisa melakukan apa-apa,” ucap Alex yang masih kesal dengan tingkah Aurora.Gabriell melihat Aurora dan Alex yang terlihat berjalan beriringan, dia yang sangat penasaran akhirnya mengikuti mereka berdua. Tidak sampai di sana, Gabriell juga melihat raut wajah sanga kakak yang terlihat sangat sedih, membuat dia sangat bahagia.Menurut Gabriell kebahagiannya adalah melihat sang kakak yang menderita dan dibenci oleh orang di sekitarnya. Ditambah sang Nenek dan juga seluruh keluarga besar Zucca tidak menyukainya.“Ini baru permulaan Aurora, kau tunggu saja hal menarik dan kejutan untukmu akan segera tiba!” ucap Gabriell yang masih memandang Aurora dan juga A
“Ada apa, apa yang kau temukan?” tanya Leon penasaran, lalu mendekati Renzo.“Oh Tuhan… apa ini nyata?” ucap Leon, masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Mereka bertiga masih menggali informasi tentang sniper tersebut, ternyata selama ini sniper tersebut yang belum berhasil ditundukan oleh Genaro. Achilleo Cammaro, seorang laki-laki keturunan Afganistan. Ia adalah seorang tentara angkatan udara, yang difitnah lalu pergi dari Afganistan, dan menjadi anak buah Alex pada beberapa tahun yang lalu.“Renzo, coba lihat dengan teliti lagi. Mungkin kita bisa menemukan tempat tinggalnya sekarang,” ucap Roman.“Informasinya sudah tidak ada lagi, tidak mungkin kita akan menemukannya dengan mudah. Kau tau pekerjaannya itu berurusan dengan nyawa,” jawab Leon.“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Renzo.Mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk meretas data pribadi Achilleo Cammaro lebih dalam lagi, setelah selesai mereka menemukan petunjuk tentang Achilleo.Achilleo adalah
“Di mana Alex, kenapa dia belum pulang sampai sekarang,” Aurora yang masih menunggu Alex yang belum pulang.“Apa dia pergi bersama dengan Gabriell, dia juga belum pulang,” ucap Aurora, yang tiba-tiba muncul dalam pikirannya.Aurora yang masih terus menunggu kedatangan suaminya, tiba-tiba ibu tirinya datang menghampiri, ia tau bahwa anak tirinya tersebut menunggu kepulangan sang menantu.Dengan sedikit tersenyum ia berkata, “Untuk apa kau menunggu suamimu pulang, dia belum pulang sekarang karena pergi bersama Gabriell,” ucap Victoria.Aurora yang dari tadi mondar mandir tiba-tiba berhenti dan menatap tajam sang mama, “Apa yang mama katakan,” tanya Gabriell dengan gelagapan.“Apa kau tuli, mereka berdua pergi bersama,” ucapnya sekali lagi.“Kemana, kanapa aku tidak tau,” tanyanya kembali.Victoria tidak menjawab pertanyaan Aurora, ia langsung masuk kedalam rumah dan meninggalkan Aurora sendirian kembali.‘Kemana dia pergi, apa benar yang diucapkan oleh Mama, kenapa Alex tidak memberitah
Tok! Tok!“Mungkin itu Alex dan Gabriel sudah pulang Ma,” ucap Aurora, lalu pergi menuju kepintu masuk untuk membukanya.Mereka berdua pergi menuju ke arah ketukan pintu tersebut, Aurora berharap yang pulang tersebut Alex meskipun ia harus kecewa karena akan melihat Gabriel yang pulang bersama suaminya.Klek!Benar apa yang ia pikirkan ternyata Alex pulang bersama Gabriel, mereka berdua sama-sama mabuk. Supir pribadi Papanya yang mengantarkan mereka berdua pulang, karena tidak memungkinkan untuk mereka berdua menyetir mobil sendiri.“Nyonya, Nona. Nona muda dan Tuan muda mabuk dia masih ada di dalam mobil,” ucap sang supir tersebut, karena ia membawa Gabriel terlebih dahulu untuk keluar mobil.“Baiklah, terima kasih sudah mengantarkannya pulang dengan selamat,” ucap Aurora, dengan suara gelagapan dan dengan nada yang ditekan menahan air mata.Victoria membawa putrinya masuk kedalam bersama dengan sang supir tersebut, sementara Aurora mengangkat Alex yang terlihat masih tak sadarkan d