Share

Bab 3. Tawaran Menikah

“Ternyata mereka juga begitu kejam kepada anak sendiri,” ucap Alex yang jauh dari mereka.

Alex mendengar keributan di luar, ia memberanikan diri untuk keluar dan memeriksa apa yang sudah terjadi di sana.  Ternyata papanya Aurora yang memarahinya, karena sebuah dokumen. Alex hanya diam saja tidak berani melakukan sesuatu, ia juga tidak ingin ikut campur urusan orang lain.

“Tapi kasian juga dia, hanya karena dokumen dia harus dimarah sampai seperti itu,” kata Alex berusaha untuk mengabaikan mereka.

Akhirnya Alex kembali ke dalam kamarnya dan juga berbaring kembali, agar lukanya cepat pulih dan dia akan keluar dari rumah tersebut. Karena tidak bisa diam saja lalu merasa gelisa, Alex akhirnya berkeliling kamar Aurora yang cukup luas.

Ia melihat sekeliling dan di kamar tersebut tersusun rapi kebutuhan Aurora, dimulai dari sepatu, tas, baju dan aksesoris miliknya, dan ia menemukan sebuah pintu tetapi tidak tau pintu tersebut menuju ke arah mana.

“Apa aku termasuk lancang jika membuka pintu ini?” tanya Alex pada dirinya sendiri.

“Mungkin tidak, aku hanya memeriksa sedikit saja ada apa di balik pintu ini,” tegasnya pada dirinya sendiri.

Klek!

Alex membuka pintu tersebut, secara perlahan-lahan lalu ia mengintip-intip sedikit dan memeriksa di sekitarnya, ternyata ruangan tersebut adalah perpustakaan. Di sana juga ada ranjang, dan beberapa cemilan, lalu ada ruang untuk kerja juga.

Alex tidak ingin tau lebih banyak lagi, karena ia takut merusak privasi orang lain. Setelah berkeliling di ruangan yang cukup luas tersebut, akhirnya ia kembali lagi ke kamar Aurora.

“Jika wanita itu tau aku masuk kedalam ruang privasinya dia akan marah, lebih baik aku keluar sekarang,” guman Alex lalu keluar dari sana.

“Tapi, kenapa dia memiliki ruangan lain di dalam kamarnya? Terserah ini juga bukan urusan ku,” pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Namun, setelah masuk ke dalam kamarnya kembali, Alex mendengar suara pertengkaran di luar sana, ia melihat wanita itu dimarahi oleh sang papa dan ibunya yang berada di ruang kerjaanya sendiri. Karena bukan siapa-siapa, Alex, hanya melihat dari kejauhan dan tidak berani untuk mendekat.

Ia juga melihat wanita itu ditarik oleh seorang laki-laki paruh baya, semua orang hanya melihat saja tanpa menolong wanita tersebut.

“Maukah kau menikah dengan ku? Mari kita menikah?” ucap Aurora sebelum akhirnya ia jatuh pingsan di dalam pelukan sang laki-laki tersebut.

“Wanita yang aneh, terluka tapi masih saja berkata seperti itu,” ucap Alex lalu mengangkat tubuh Aurora, dan berjalan menuju ke dalam kamar wanita tersebut.

Alex meletakkan wanita tersebut secara perlahan-lahan di ranjang, ia merasa kasian karena wanita seperti dia harus menerima hukuman cambuk dari papa nya sendiri.

“Kenapa Aku merasa kasian padahal Aku lebih kejam dari papanya,” tegas Alex pada dirinya sendiri.

“Seharusnya kau lebih tegas dan juga sedikit melawan maka semua ini tidak akan terjadi padamu,” ucap Alex yang merasa kasihan kepada wanita tersebut.

Mengambil obat P3K yang terletak tidak jauh dari ranjang tersebut, Alex membawanya ke arah Aurora. Lalu secara perlahan-lahan dia menggobati luka cambuk ditubuh wanita tersebut. 

Betapa kagetnya Alex melihat luka ditubuh wanita itu yang ternyata tidak hanya sedikit tetapi hampir seluruh tubuhnya, meskipun terlihat mulus namun ada luka yang tersembunyi di dalamnya.

‘Apa dia selalu disiksa seperti ini setiap hari,’ batin Alex pada dirinya sendiri.

‘Ternyata semua orang di rumah ini bukan orang yang saling menyayangi, meskipun aku sangat kejam, tetapi. Aku tidak menyakiti orang-orang yang aku sayangi,’ batin Alex yang masih mengoleskan obat ditubuh wanita tersebut.

Setelah selesai Alex menyelimuti tubuh Aurora yang sudah ia olesi obat, ia kemudian duduk di samping Aurora yang masih belum sadarkan diri. Ia juga merasa semua orang di rumah ini tidak ada yang peduli pada wanita tersebut.

Bahkan disaat seperti ini, mereka tidak ada yang bertanya, apa wanita tersebut baik-baik saja atau bagaimana dengan bekas cambuk yang ia dapatkan. 

Namun, tidak ada sama sekali. Alex hanya duduk bersandar disamping wanita tersebut, dengan ditemani oleh beberapa buku yang ia ambil dari perpustakaan milik Aurora.

Sementara, di dalam ruangan lain. Gabriell sangat bahagia karena ia berhasil membuat sang kakak dihukum. Ia merasa Aurora itu tidak pantass untuk menjadi putri sulung keluarga Zucca, dengan sifat kekanak-kanakannya tersebut.

“Aurora, ini belum seberapa. Kamu akan mendapatkan hal yang lebih lagi dari ini, Aku juga tidak peduli kau sakit ataupun tidak,” ucap Gabriel di dalam kamarnya tersebut.

“Tunggu dan lihatlah nanti, hahahaha,” tertawa puas dengan apa yang telah ia lakukan.

Seorang wanita yang cukup berusia masuk kedalam kamar Gabriell,  ia membawa sepiring buah-buahan dan juga susu untuk putrinya tersayang, wanita itu tersenyum lalu memanjakan anak kesayangan tersebut.

“Mama, kenapa ke sini?” tanya Gabriell yang terkejut melihat kedatangan sang mama, Victoria Zucca.

“Kamu kenapa bertanya seperti itu? Mama harus merawat kamu dengan baik dan menjadikan mu wanita yang paling cantik dan juga pintar di rumah ini,” tegas Victoria kepada putrinya, Gabriella Zucca.

Mereka berdua berbicara banyak hal, dan memakan buah-buahan tersebut dengan bahagia. Terlihat sangat menikmati, Namun, berbeda dengan laki-laki paruh baya yang berada di ruang kerjanya tersebut yang merasa sangat gelisah.

“Bagaimana dengan keadaannya sekarang,” ucap laki-laki yang terus merasa gelisah, Alano Zucca.

“Aku harus melihat keadaannya sekarang, akan kupastikan terlebih dahulu apa dia baik-baik saja atau tidak,” pergi meninggalkan ruangan tersebut menuju kamar Aurora.

Saat ingin pergi menuju kamar sang putri sulung, Alano berhenti melangkahkkan kakinya lalu kembali lagi kedalam ruang kerjanya tersebut, ia menghentikan niat baiknya untuk melihat Aurora.

‘Lebih baik seperti ini saja? Aku harus membuat dia tidak manja dan juga sedikit memberinya perhitungan,’ batin Alano lalu menyelesaikan kembali pekerjaannya.

Alex masih memikirkan ucapan wanita tersebut yang ingin menikah dengan dirinya, ia tidak tau apa yang diinginkan oleh wanita tersebut kepada dirinya. 

Alex masih memandang wanita di depannya tersebut dengan penuh dengan pertanyaan.

Ia tidak tau keluarga seperti apa yang ia tinggali sekarang, Alex sama sekali tidak mengerti tentang kasih sayang keluarga mereka, yang saling menyakiti dan tidak ada yang saling menyayangi sama sekali.

“Sebenarnya dalam keluarga kalian apa yang bisa aku mengerti? Semuanya penuh dengan teka-teki,” ucap Alex yang masih memandang wajah Aurora yang masih tidak sadarkan diri.

“Menikah? Kenapa kau ingin aku menikahi mu? Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyanya kepadamu?” keluh Alex.

Tidak tau apa yang harus dilakukannya sekarang, Alex sudah memutuskan apa yang harus dia lakukan sekarang. 

“Mari kita menikah,” ucap Alex menawarkan diri kepada Aurora yang ternyata sudah sadarkan diri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status