Jika di tempat makan mewah itu sedang dipenuhi kebahagiaan keluarga Bharadja dan kegelisahan Angie, berbeda keadaan dengan mereka yang ada di rumah sakit. Itu karena Sammy yang sudah bangun dan mulai mencari keberadaan Bibi Bee-nya.Joe mengusap kepala putranya yang kini terlilit perban, “Kenapa bisa jadi seperti ini,” gumamnya pelan.“Cepatlah bangun dan jangan buat Papa tersiksa seperti ini, Sammy. Cukup mama-mu saja yang meninggalkan papa, aku tidak akan bisa hidup kalau terjadi hal fatal padamu, Nak…”“Papa…” suara serak si kecil terdengar.“Sammy sudah bangun?” Joe bertanya pelan.Sammy mengerjapkan matanya pelan, anak kecil itu ingin mengubah posisinya, dan sang papa yang peka langsung bergerak cepat membantu putranya untuk duduk di sandaran ranjang.“Ingin sesuatu?”Sammy menggeleng pelan lalu menoleh ke samping, “Paman Ben,” gumam Sammy melihat pamannya yang tidur di sofa sambil duduk. Pamannya itu terlihat lelah.“Di mana Bibi Bee?” Joe terdiam saat putranya itu menatapnya s
“Kau masih marah padaku, ya? Gerakanmu seperti monster yang penuh dendam,” ejek Axe.“Diam dan lawan aku dengan benar!” jawab Angie kesal.‘Bagaimana aku tidak bertambah suka melihatmu, Bidadari Kecilku yang cantik? Ada banyak sekali hal menarik di dirimu yang tidak hanya cantik dan pintar, tapi tenagamu juga kuat sekali. Kau sangat cocok menjadi Ibu Negara, Babe,’ ucap Axe dalam hatinya memuji Angie.Sementara Axe terus menurunkan konsentrasinya, Angie dengan lincah terus menyerang Axe dan sesekali menangkis serangan tanpa isi dari pria itu.“Habislah, kau!” ucap Angie sebelum memberi gerakan cepat sebagai serangan terakhirnya.‘Bugh!’ Axe jatuh di bawah kaki Angie setelah tertarik tangannya dan dibanting oleh wanita itu.Pelatih menyudahi pertandingan mereka dengan hasil Angie-lah yang menjad
Setelah merasa lebih tenang dan melihat wajahnya lebih baik dari sebelumnya, Angie keluar dari toilet dan berjalan linglung, tidak memperhatikan orang yang berlalu lalang di sana, apalagi menyadari sepasang mata sedang memperhatikannya dengan tatapan kerinduan.Tepat di lorong toilet yang sebelumnya ia masuki, tangan Angie tertarik ke ruangan di sebelah toilet, tempat di mana peralatan kebersihan berada.Jantungnya hampir melompat ketika tubuhnya didekap erat dari belakang.“Sayanh, aku merindukanmu...” suara berat dan lirih itu jelas Angie tahu siapa pemiliknya. Ya, itu Joe yang membuat tubuh Angie semakin bergetar, tapi itu bukan takut melainkan sedih.“Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku,”“Lepaskan aku,” Angie yang sekuat tenaga menahan sesak tangis yang hampir keluar, hanya bisa mengucap penolakan singkat, tapi sepertinya Joe tidak peduli.
Sementara itu, di gedung latihan Teratai Mekar saat ini. Angie terlihat sibuk memberikan serangan membabi buta pada trainer senior di tempat pelatihan tersebut. Atas permintaan Angie mereka melakukan latih tanding.Kekesalannya pada Axe dan Joe dibawanya sampai ke tempat itu. Ia meluapkan semuanya dengan mengeluarkan tenaga saat latihan fisik tersebut.“Nona, kita sudahi saja latihan kali ini. Aku kelelahan. Aku harus istirahat karena nanti malam adalah jadwalku mengajari anak SMA terpilih,” trainer tersebut terdengar mengeluh tanpa berani mengurangi konsentrasinya karena kalau tidak, wajahnya pasti akan terkena tendangan Angie.Angie tidak menjawab dan terus memberikan serangan. Hingga berjalan sepuluh menit kemudian, Angie mulai menurunkan serangan dan mundur, “Baik, kita selesai,” jawabnya lalu memberikan salam pada trainernya.“Latihan fisik memang yang terbaik. Seti
Angie duduk sendirian di depan meja bartender dengan menggerak-gerakkan gelas jusnya seperti orang yang sedang bosan. Isi dalam gelasnya hampir tumpah, saat suara pria yang ia kenal amat dekat terdengar.“Kenapa tidak mengajakku kalau ingin minum? Aku akan menemanimu,” ucap Joe lembut di telinga Angie, membuatnya tersenyum tanpa berbalik.“Kenapa kau ke sini? Bagaimana kau bisa tahu aku ada di–, ah, kenapa aku menanyakan pertanyaan bodoh seperti ini?” Angie menarik lagi pertanyaannya, karena bagi Joe mencari orang di sudut di kota ini adalah hal mudah.“Karena aku memang harus menemukanmu dan bicara. Tolong maafkan ibuku. Ma
Angie marah pada keduanya. Ia merasa tidak memiliki pilihan bahkan untuk tubuh dan hidupnya sendiri.Axe tersenyum tipis sebelum mendekat lagi pada wanita kesayangannya itu, “Baiklah, aku akan membiarkanmu sementara waktu. Tapi itu tidak lama, Babe, jadi jangan membuatku menunggu terlalu lama dan membuat hal-hal aneh di belakangku,”“Mungkin kau tahu siapa aku, tapi kau belum tahu bagaimana aku sangat kesulitan menahan sabar,” ucapnya lagi lalu tersenyum sebelum pergi meninggalkan Angie bersama Joe yang terlihat masih marah.“Hai, Bajingan. Kau mau ke mana, ha?!” Joe berteriak, tapi tetap di tempatnya karena tangan Angie masih menahannya. Setelah Axe keluar dari bar tersebut barulah Angie melepaskan Joe.
Angie kini sudah lebih tenang tidur di ranjang milik Joe. Pria itu mencium dahinya sebelum menjauh dari mendekat ke lemari pakaiannya. Dari laci tersebut ia mengeluarkan sesuatu.Joe tersenyum memandang kotak baldu biru dengan ukuran 15cmx15cmx8cm yang isinya hanya Joe yang tahu. Ia meletakkan kotak tersebut di meja kecil di sebelah ranjang Angie. Kemudian ia duduk di sebelah Angie, memposisikan tubuhnya duduk senyaman mungkin di samping kekasihnya itu.“Sebentar lagi kita tidak akan terpisah. Kau akan jadi milikku seutuhnya, Sayang,” ucap Joe lembut sambil mengelus wajah Angie perlahan di mengecup lembut dahinya lagi.Joe dengan perlahan menarik tangan Angie sambil membuka kotak tersebut. Ternyata isinya adalah sebuah benda datar, seperti layar berwarna gelap. I
Angie dengan cepat menyelesaikan mandinya. Akan tetapi, masalah baru muncul di sana.“Handuknya di mana?” gumamnya bingung sambil terus mencari di mana letak keberadaan handuk, hingga akhirnya ia menemukannya, “tapi ini kecil sekali. Tidak mungkin aku keluar hanya memakai handuk rambut seperti ini, kan? Bajuku juga sudah basah,”“Bodoh sekali kau ini, Angie?... Bisa-bisanya aku langsung mandi tanpa memikirkan pakaian ganti. Astaga. Bagaimana kalau Joe masih di luar?”Angie terus bergumam cemas seolah kecemasannya itu besar sekali saat Joe melihat penampilannya yang seperti itu.“Tapi kalau aku tidak keluar, aku akan terkena flu di sini. Aku akan mengintip dulu, siapa tahu Joe tidak di dalam kamar,” ia mencoba
"Kenapa kau datang?" Angie langsung bertanya pada Joe. Kini mereka duduk berdua di tempat sebelumnya, di mana Joe mendapati Angie dan Icas tadi.Angie berbohong, ia tidak mengajak Joe ke kamarnya untuk menemui Angie, tapi mengajak Joe untuk bicara berdua."Kata tanya apa itu? Setelah berbulan-bulan lamanya hanya kalimat itu yang kau tanyakan pada suamimu?" Joe memprotes, "Angie, kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" sambungnya berucap lembut sambil menarik tangan Angie untuk digenggam."Kenapa kau selalu menghindariku saat menelepon Sammy? Salahku apa, Angie?" Joe kembali bertanya."Bukan kau yang salah, tapi aku," Angie menjawab dan membalas tatapan Joe, "Aku yang salah karena berharap banyak darimu." Sambungnya."Apa maksudmu?""Aku salah karena berharap banyak darimu. Aku terlalu besar kepala dan percaya diri kalau kau mencintaiku seperti apa yang selalu kau katakan.""Aku memang mencintaimu. Aku tidak percaya kau mempertanyakan
Icas mendengkus napas kasar sambil tersenyum miris, "Itu alasan kuno, Angie. Mana mungkin perempuan muda sepertimu memiliki anak yang usianya sepuluh tahun. Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan kalau kau sudah memiliki suami? Kau konyol, Angie!" sambungnya berucap miris."Aku memang—""Dia memang sudah memiliki anak berusia sepuluh tahun. Dia bahkan sudah memiliki suami yang akan menjemputnya kembali ke Indonesia!"Ucapan Angie terpotong dengan suara berat pria yang sepertinya ia kenal. Angie menoleh ke belakang, tempat di mana sumber suara berasal."J-Joe? Kau di sini?" sebutnya gagap.Icas ikut menoleh ke belakang dan mendapati ada seorang pria yang berdiri sambil menggendong seorang anak laki-laki yang tertidur di pelukannya."Sedang apa kau di situ? Bangunlah dan bawa Sammy ke dalam. Pinggangku hampir patah karena sepanjang jalan menggendong Sammy yang tertidur!" pria yang memang benar adalah Joe menyambung kalimatnya de
Di sisi lain kelas, Olaf mendengarkan cerita Solana yang ketakutan dengan perlakukan kasar Demoun dan Gecco pada Angie yang notabene adalah perempuan. Olaf cemas dan langsung menceritakan hal itu pada Icas, hingga akhirnya mereka menelepon guru mereka yang tidak lain dan bukan adalah Tuan Royce. Setelah itu mereka pergi bersama untuk menyelamatkan Angie.Sesampainya di tempat Demoun dan Gecco menyekap Angie. Olaf dan Icas langsung disambut dengan Gecco yang sudah menunggu untuk baku hantam dua lawan satu. Tapi apa itu benar? Jelas tidak.Di ruangan olahraga itu Gecco menyuruh para pelajar lain yang sudah menjadi anak buahnya bertarung untuk melawan Olaf dan Gecco habis-habisan. Walaupun sempat kewalahan menghadapi anak buah Gecco, keduanya berhasil mengalahkan Gecco dan yang lain berkat kerja sama tim hingga akhirnya Olaf dan Icas berhasil melumpuhkan semuanya sebelum menuju ke ruangan OSIS.Ternyata isu tentang Angie yang dibawa ke ruangan olahraga hanyal
Tuan Royce senang melihat Icas ikut ke rumahnya. Seingatnya, Olaf menyebutkan nama Icas sebagai tiga murid berpengaruh di sekolah itu. Terlebih setelah Icas menceritakan tentang latar belakang keluarganya yang berhubungan dengan Pixy.cas bercerita kalau perusahaan kakeknya terpisah setelah pamannya (ayah Tior) memaksa membagi aset perusahaan Pixy untuk beralih fungsi menjadi sarana pesatnya pertumbuhan gangster di kota.Menerima informasi yang cukup banyak dari Icas dan merasa kalau Icas memiliki niat untuk menjadi murid baik, Tuan Royce setuju mengajarkannya dan juga Olaf sebuah teknik yang bisa sangat berguna bernama Teratai Duri.Teratai Duri sebenarnya adalah jurus ciptaannya yang mengadaptasi satu teknik Taekwondo yang digabungkan dengan beberapa teknik bertarung bebas yang ia tahu. Tuan Royce mempelajari itu ketika dirinya mulai bertekad keluar dari kehidupan gangster dan senjata. Ia lebih memilih memperkuat diri dan melindungi diri dengan latihan f
Di esok pagi yang cerah, Icas terlihat sedang sendirian berbaring di sebuah bangku panjang di bawah pohon besar yang rimbun. Icas tidak mengikuti pelajaran karena masih malas bertemu dengan Demoun karena percakapan mereka tadi malam. Ia lebih menikmati segarnya udara pagi di taman sekolah dengan merebahkan tubuhnya dan bersantai.Tanpa disadari seorang pria yang bukan pelajar duduk di bangku yang sama di mana Icas berbaring."Kenapa kau tidak belajar? Kau harus menjadi pewaris yang hebat, kan?" ucapan dari pria tersebut terdengar mengejek di telinga Icas hingga membuka mata dari tidur santainya. Mendengar suara pria itu saja Icas sudah tahu siapa orang tersebut."Mau apa kau ke sini? Mau menyambung pendidikanmu yang kau tinggalkan?" Icas menjawab dengan cibiran sebelum duduk dan menoleh pada pria di dekatnya."Itu bukan pujian. Ternyata mulutmu masih sama pedasnya," pria tersebut membalas lagi, "Apa alasanmu melarang Demoun bergabung dengan Pixy? Jika kau
Ya, Sammy memang sedang berada bersama Joe saat Angie memutuskan ingin menolong dan mencari anak pemilik warung Mie saat itu. Akan tetapi di satu momen pembicaraan, Angie kesal karena Joe tidak menjemput sendiri putra mereka, melainkan menyuruh mertuanya yang mengantarkan Sammy demi keamanan.“Entah mengapa aku merasa canggung bertatap muka dengannya. Ada kekesalan dalam hatiku padanya tentang kenapa dia tidak menjengukku di sini dan menjemput Sammy sendiri,”“Kalau dia merindukanku, kenapa dia menahan semua itu dan tidak menemuiku di sini. Padahal dia tahu aku belum diizinkan keimigrasian untuk kembali ke negara itu.” Angie menjawab apa yang dirasakannya selama ini.“Tapi kau juga sangat tahu kalau tidak ada satupun keluarga Clayton yang bisa keluar negeri mengingat kejadian besar waktu itu, kan? Ayah juga harus menggunakan identitas palsu untuk mengantarkan Sammy ke sana. Harusnya kau juga
Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Hari-hari bahagia datang, tapi semua itu nyatanya belum cukup untuk membuat semua orang tenang. Joe dan Ben harus disibukkan dengan kepolisian yang masih belum menutup buku kasus yang banyak Axe lakukan.Sementara itu Angie sendiri harus kembali ke Bangkok bersama ayahnya setelah keduanya diberikan sanksi deportasi ringan dari negara ini. Itu bukan hal besar bagi Angie dan Tuan Royce. Mereka patuh dan sepakat dengan Joe tanpa perdebatan panjang yang awalnya ditolak Joe.Bagaimana mungkin dirinya bisa dipisahkan jarak oleh istri tercintanya, ditambah lagi dengan Sammy yang memilih ikut ibu sambungnya dan juga kakek yang mengasyikkan daripada tinggal bersama dua pria kaku seperti paman dan papanya.Tapi Joe mengerti kalau semua itu demi kebaikan bersama dan juga Angie yang memerlukan waktu untuk melatih ototnya yang tegang pasca operasi tempo hari.Sore hari setelah Angie baru kembali dari markas Teratai Mekar untuk melakukan latihan rutinnya dalam menembak, ia meminta anak buah Tuan Ro
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya pada hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik Tuan Royce. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Joe dan Angie yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti Bill dan kenalan dekat lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat dekat Tuan Royce dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Tuan Royce. Itu semua bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang ingin memberikan hal terbaik bagi putri tunggalnya dan juga sang cucu–Sammy–yang berulang tahun ke 10 tahun ini."Ya. Sebelum kue tart pernik