Aiska harus segera hamil, dia ingin membuat Arun jatuh cinta padanya. Dia akan buktikan kalau dia pantas untuk Arun.Aiska menyimpan ATM itu di dalam dompet lalu menyiapkan air untuk Arun mandi. Meskipun tidak diperlakukan dengan baik oleh Arun, dia tetap melayani Arun."Air mandinya sudah siap, Mas," ucap Aiska. "Cepat mandi keburu magrib," kata Aiska."Bawel kayak emak-emak," kata Arun kesal sambil membawa handuk ke kamar mandi.Aiska pergi ke dapur mengecek apa masakan sudah siap apa belum. Ternyata belum siap, jadi Aiska membantu menyiapkannya."Non, cantik-cantik kok masuk dapur. Kalau Non Aiska begini terus, Bibi yakin Juragan Arun pasti jatuh cinta,'' kata pembantu Arun.Aiska hanya menanggapi dengan senyuman, dia tak mau terlalu percaya diri. Perjuangan dia mendapatkan Arun masih sangat panjang.Saat makan malam, Arun beberapa kali nambah. Tampaknya sejak menikah dengan Aiska nafsu makannya bertambah. Bagaimana tidak? Aiska selalu memasak untuk Arun. Dan masakan Aiska tak pern
Arun mendekati pria itu, dia sama sekali tidak mengenal orang tersebut. "Dia hanya menjalankan perintah, tetapi dia sendiri tidak tahu orangnya. Dia di perintah melalui sambungan telfon dan nomornya sudah tidak aktif lagi," kata Polisi."Bagaimana dia mendapatkan bayaran?" tanya Arun."Dia dibayar melalui transfer setelah kamu selidiki ternyata dia transfer melalui agen bukan rekening pribadi," jawab Polisi. "Ini sangat sulit, Pak Arun," kata Polisi.Pria itu di masukkan ke dalam sel, Arun merasa orang itu sangat membenci Arun. Tetapi dia tidak bisa menuduh siapapun.Sampai di rumah, Arun segera merebahkan tubuhnya. Dia terlalu lelah dengan masalah yang terjadi."Beruntung hanya sebagian gudang yang terbakar. Kalau semua aku bisa bangkrut," ucapnya. Tanpa terasa dia terlelap hingga tak menyadari kedatangan Aiska.Aiska tahu Arun lelah, dia tak berani membangunkan Arun. Dia memilih membantu Bibi mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak berapa lama, Nawang datang. Dia menanyakan keberadaan A
Nesya tampak terkejut, apalagi pria di sebelahnya dia tampak ketakutan."Jadi selama ini benar kata mama, kalian ada hubungan," kata Arun. "Mulai saat ini kamu Nesya jauhi aku!" ucap Arun lantang."Arun, kamu salah faham. Aku dan Bram hanya berteman. Kami kan pernah menjadi ipar jadi wajar kalau kami masih dekat," kata Nesya membela diri.Aiska hanya bisa menonton kejadian itu. Dia tidak mau ikut campur. Dia berharap setelah kejadian ini Arun tidak lagi dekat dengan Nesya."Lalu untuk apa kamu minta dia menceraikan istrinya? Kalau itu mau kamu, aku akan kabulkan. Aku akan buat Soraya menceraikan pria bodoh ini," kata Arun.Arun mengajak Aiska pergi, Nesya berusaha menyusulnya tetapi di cegah oleh Bram."Percuma saja, dia udah tahu semua," kata Bram. "Kalau aku bercerai dengan Soraya, maka kita akan segera menikah," kata Bram senang."Gak, aku gak mau menikah sama kamu. Kamu tidak ada apa-apanya di bandingkan Arun," bantah Nesya.Nesya segera mengambil tasnya dan menyusul Arun. Dia mem
Arun memeluk Aiska, lalu di lepaskan pelukannya dan di pandangi wajah Aiska. Wajah keduanya sangat dekat, Aiska mendadak gugup. Jantungnya terus berdetak lebih cepat dari biasanya.Arun mendekatkan wajahnya lebih dekat, hanya berjarak satu senti dari wajah Aiska. Aiska yang gugup reflek memejamkan mata.CupSatu kecupan mendarat di bibir Aiska. Aiska yang belum pernah merasakan hal itu seketika menjadi panas dingin."Jangan kaku," kata Arun.Aiska membuka mata, baru saja mata terbuka Arun kembali mengecup Aiska. Kali ini lebih lama dan bukan lagi kecupan melainkan ciuman.Aiska merasa malu karena dia hanya bisa diam layaknya patung. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dia lakukan di situasi seperti ini."Sepertinya kamu belum pernah," kata Arun. Aiska hanya menganggukkan kepala. "Sini aku ajari," kata Arun.Dan akhirnya Arun menjadi guru les privat Aiska dalam hal bercinta. Malam itu, apa yang diinginkan Aiska terjadi. Mereka merajut tali cinta bersama.Meskipun cinta belum tumb
"Aiska, dia Juragan Arun. Bapak dan ibu memiliki hutang besar.” Wanita paruh baya itu mengusap hidung merah dengan tangan, berat rasanya untuk kembali berucap. “ Dan kamu sebagai jaminan hutangnya.” Mata memerah itu kembali mengeluarkan bening air.Aiska gadis berusia 19 tahun mengernyitkan dahi, “ Maksud Ibu apa?”“Kami tidak mampu membayarnya, Nak. Untuk itu sebagai pelunas hutang kau harus menikah dengan beliau.” Sang ayah melontarkan kalimat yang membuat hati Aiska bak disambar petir, Aiska dipaksa menikah dengan pria sedingin Juragan Arun. Tetapi Aiska tak punya pilihan lain."Kenapa kalian tidak pernah membicarakan masalah ini padaku? Kenapa kalian mengambil keputusan sepihak?”cebik Aiska, dadanya naik turun. Biar bagaimanapun, dia harus tahu sebelum memutuskan semua.“Aku tidak ingin waktuku terbuang sia-sia, jadi bagaimana?” tanya Arun yang tidak sabar. Pria dingin itu menekan kedua orang tua Aiska.“Beri kami waktu, aku akan coba mencicil hutangnya.” Dengan berani Aiska berk
“Apalagi yang harus aku pertahankan? Kekasihku sudah berselingkuh dengan temanku, hutang keluarga tidak bisa terbayar, dan sekarang ayah membutuhkan uang untuk biaya operasi. Setidaknya dengan menerima perjodohan dengan Anda, aku terhindar dari lelaki bajingan yang hanya menginginkan tubuhku saja,” keluh Aiska.Arun terdiam tanpa ekspresi, bahkan ketika mereka sampai di depan ruang IGD, lalu sampai akhir operasi dilakukan. Dalam pikiran Aiska ada sedikit penyesalan, mengapa dia sebodoh itu untuk melontarkan sesuatu yang jelas-jelas tidak ingin dia lakukan. Pada akhirnya, kini Aiska berada di sebuah rumah makan mewah tidak jauh dari rumah sakit. Bagaimana dia berada di sana, tentu saja setelah keterkejutan akan keadaan mendesak sang bapak yang membuat linglung.“Aku sudah melunasi biaya rumah sakit, kini giliranmu menepati janji,” kata Arun yang kini duduk berseberangan terhalang meja kaca di tengah. Salah satu anak buahnya membawa sebuah map lalu menyerahkan pada Arun. “Ini surat perj
Wanita itu mendekati Farid dan memeluknya. Dia mendekap Farid seakan tak ingin ditinggal. Namun, Farid justru menghindar dan mendekati Aiska yang pingsan dengan darah mengucur di pelipis.“Ais, Sayang, aku mohon sadarlah, maafkan aku.” Farid hendak mengelus pipi Aiska. Namun, Arun segera menepis tangannya. “Kau!” Farid menatap nyalang.Arun melirik ke arah wanita itu kemudian menatap Farid dengan senyum menyeringai. “Berhenti mengganggu istri orang, urus saja wanitamu itu!” “Kau, kau yang telah merebutnya dariku!” Farid tidak mau mengalah.“Farid, sudahlah, tinggalkan dia. Ayo kita pulang!” rengek Maya kembali bergelayut pada Farid.Arun tidak peduli dengan penentangan Farid, terlebih karena ulah mantan kekasih istrinya itu Aiska terluka. Lelaki matang tersebut langsung mengangkat istrinya dan meninggalkan sepasang kekasih gila itu.“Farid ayo pulang!” Maya semakin mengoceh.Farid menghempaskan tangan Maya, menatap nyalang wanita itu, “Lepaskan Maya!” pekik Farid. “Suaramu mengganggu
Arun kembali ke kamar, dia tanpa menyapa Aiska dan langsung saja pergi ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Setelah itu naik ke atas ranjang."Juragan...Juragan," panggil Aiska memberanikan diri.Tak mendapatkan jawaban, Aiska mendekatkan diri ke arah ranjang."Juragan, bagaimana ini? Ais bingung," kata Aiska."Berisik, bingung apa lagi?" tanya Arun kesal karena terganggu. "Jangan mendekat lagi!" larang Arun.Aiska memberanikan diri untuk bicara, dia tak mau jika terus kepikiran soal permintaan orang tua Arun."Juragan, Bagaimana saya bisa hamil kalau kita tidak saling bersentuhan? Sementara keluarga Juragan menekan kita untuk segera mempunyai keturunan," kata Aiska."Sudah jangan pikirkan hal itu, lagi pula waktu satu tahun itu masih lama," ucap Arun. "lebih baik kamu segera tidur dan jangan ganggu aku lagi," Arun menutupi tubuhnya dengan selimut.Aiska kembali ke sofa dan berusaha untuk tidur walaupun dia sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Sementara itu, terdengar dengk