Share

Bab 6

Aretha terlihat sibuk mondar-mandir di dalam kamar nya, belakangan ini ia terus kepikiran mengenai wanita yang telah mencuri kekasih hatinya.

Selama ini dia sudah menaruh hati pada Arion, bahkan jauh sejak mereka masih sama-sama berada dibangku kuliah. Wanita itu memuja ketampanan Arion, pesona laki-laki itu dan juga kekayaan nya yang berlimpah membuat Aretha terobsesi setengah mati pada Arion.

Aku akan mendapatkan mu, bagaimana pun caranya!! Tekad Aretha sudah bulat, ia rela mengambil jalan apapun asal bisa memiliki Arion, termasuk menjadi perusak rumah tangga orang.

Saat itu ponselnya berdering dan terlihat nama Clara disana. Dengan malas Aretha mengangkat telepon itu.

"Ada apa?" Tanya nya dengan nada sedikit ketus.

"Kau tidak datang, ke pesta Nino?"

"Malas!"

"Ayolah, aku sendiran. Siapa tahu nanti Arion muncul juga, secara mereka kan bersahabat."

Ia sejenak merenung kan kata-kata Clara, gadis itu ada benarnya juga. Akhirnya Aretha pun setuju untuk pergi ke pesta Nino. Dengan harapan ia bisa berjumpa dengan Arion.

Aretha memilih gaun malam diatas lutut, berwarna hitam yang terbuat dari bahan chiffon. Ia memoles wajah nya dengan make-up yang terlihat natural. Tak ketinggalan sepasang heels hitam berukuran 10cm dan juga sebuah tas tangan yang senada dengan pakaian yang ia kenakan.

Ia berdiri didepan cermin, memperhatikan pantulan dirinya. Setelah merasa puas, Aretha mengambil kunci BMW S-class miliknya. Dan melajukan mobil cantik itu ke jalanan menuju club malam tempat Nino menggelar pesta.

Aretha mengikuti petunjuk arah di ponsel nya, sesuai dengan alamat yang diberikan Clara tadi. Setelah satu jam lebih berputar-putar, akhirnya Aretha pun tiba di club malam bernama 'Fancy' tersebut.

Suasana dalam club malam tersebut terlihat meriah, dengan lampu kerlap-kerlip dan juga dentuman musik EDM yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey. Beberapa orang terlihat sedang asyik menari dilantai dansa. Aretha berjalan kesana kemari mencari Clara. Suasana yang gelap dan lampu yang berkedip-kedip membuatnya kesulitan untuk melihat.

Aretha sempat terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya. Ternyata itu Clara, gadis itu tampak memukau dengan gaun malam yang ia kenakan. Clara mengarahkan Aretha, untuk menuju meja yang telah disiapkan.

"Apa ada tanda-tanda Arion?" Tanya Aretha penuh harap.

"Kayaknya, belum deh. Mungkin nanti."

Aretha terlihat kecewa, padahal ia sudah berdandan secantik ini hanya untuk bertemu Arion. Tapi ternyata pria itu tak juga kelihatan batang hidungnya.

Dengan kesal, Aretha memilih untuk duduk sendirian di mejanya. Sementara Clara asyik berjoget bersama para tamu lain nya.

Sesekali Nino, si penyelanggara pesta, menghampiri nya mengajak Aretha untuk ikut menari bersama yang lain. Namun wanita itu masih enggan untuk beranjak dari mejanya.

***

Selama perjalanan pulang, Arion dan Alena tak banyak bicara, Alena sibuk memandang keluar jendela, sedangkan Arion sibuk dengan pikiran nya.

Pria itu senang, karena ibunya terlihat bahagia melihat kehadiran Alena. Namun, ia juga bingung bagaimana jika waktu kontrak mereka habis. Ibunya pasti akan sedih dengan perpisahan mereka.

Arion membuang napas kasar dan mengusap wajahnya. Ini semua akibat kebodohan nya, tidak berpikir hingga kesana. Yang ia pikirkan saat itu ialah menjaga kesehatan ibunya dan membuat ibunya bahagia.

Tiba-tiba ponsel milik Arion bergetar, panggilan dari Nino sahabat nya.

"Ada apa?" Tanyanya dingin tanpa basa-basi.

"Hei, pengantin baru!! Sombong banget nih, mentang-mentang istrinya cantik. Jadi nggak pernah ngumpul lagi sama gue!"

"Berisik!! Ada apa? Gue lagi dijalan."

Nino menyampaikan maksud nya, mengundang Arion untuk datang ke pesta nya. Namun dengan mantap Arion menolak ajakan sahabat nya. Suasana hati nya sedang kurang bagus saat ini. Ia malas bertemu dengan banyak orang. Apalagi disaat pesta seperti ini, selalu saja ada wanita yang berusaha menempeli nya.

Arion kembali fokus pada jalanan, sesekali ia menengok ke arah Alena, wanita itu masih saja fokus memandang keluar jendela.

"Apa yang sebenarnya kau lihat daritadi?" Tanya Arion yang mulai penasaran kenapa Alena tak juga memalingkan pandangan nya.

"Tidak ada, aku hanya merasa canggung berada disini bersamamu. Jadi aku mencoba mengalihkan pikiran ku dengan melihat pemandangan diluar sana.."

"Maaf, jika aku membuat mu canggung. Tapi kau bisa bersikap biasa saja terhadap ku. Anggap saja kita teman, bagaimana?"

Alena menganggukkan kepalanya. Perlahan ia berusaha untuk bersikap santai. Kini ia tak lagi berdiam diri, sesekali ia membuka pembicaraan dengan menanyakan hal-hal random yang menurut Arion terdengar aneh.

Saat dilampu merah, Arion kembali mengecek ponselnya. Dia membuka sosial media nya untuk menghilangkan jenuh sebab menunggu lampu merah yang terasa sangat lama. Apalagi disebelahnya, Alena sedang mengoceh tak jelas, membicarakan apa saja yang menurut nya tak penting.

Ia meng-scroll layar dari benda pipih tersebut dan sesaat ekspresi wajahnya berubah. Rahangnya mengetat dan urat dileher nya tampak menonjol, jelas ia sedang menahan marah saat ini.

Kembali ia membaca berita yang muncul di sosial media nya. Dan ekspresi nya semakin kentara bahwa ada sesuatu yang menyulut emosinya.

"Ada apa? Apa kau sakit?" Tanya Alena yang terlihat khawatir dengan perubahan Arion, "Arion??" Panggil wanita itu sekali lagi.

Namun, Arion masih fokus membaca kolom komentar dari postingan yang mengabarkan pernikahan Sandra dengan seorang pengusaha sukses asal Italia. Hatinya terasa teriris, selama ini ia menunggu lama agar Sandra bisa kembali padanya. Namun kabar pernikahan ini seakan membuktikan kebodohan nya sekali lagi.

"Apa kau bisa diam, Alena!!" Bentak Arion tiba-tiba pada Alena yang sejak tadi terus bertanya apa ada yang salah dengan nya.

Wanita itu tertunduk lesu, ia tak menyangka Arion akan bereaksi seperti itu. "Maaf ..." Ucapnya lirih.

Dan sepanjang perjalanan itu Alena kembali terdiam, begitu pun Arion yang sibuk mengumpat dalam hatinya. Karena tanpa sengaja ia malah membentak Alena.

Ketika akhirnya mobil mereka tiba dirumah. Arion memarkir mobil seperti biasa, tapi ia tak lantas turun. Perasaan bersalah kepada Alena menahan nya.

"Alena ...." Panggil nya lembut pada wanita itu.

Alena tak menjawab, ia hanya menoleh, menatap dengan tatapan mata yang sendu. Melihat hal itu Arion semakin merasa bersalah, padahal wanita itu hanya khawatir padanya.

"Aku minta maaf, aku tak bermaksud membentak mu, aku hanya ...."

"Tidak apa, Arion. Aku tahu mungkin aku yang terlalu melampaui batas. Aku lupa status ku hanya seorang istri kontrak."

Arion menatap Alena, ia tahu wanita itu sakit hati. Dan kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya membuat perasaan bersalah itu semakin besar. "Kalau begitu, turunlah! Aku masih ada urusan." Entah mengapa malah kalimat itu yang keluar dari mulutnya saat ini. Sedangkan, Alena, wanita itu dengan patuh turun dari mobil Rolls-Royce berwarna hitam yang tadi membawa dirinya.

Arion memutar balik kendaraan nya, niatnya untuk memeriksa pekerjaan kantor nya dirumah telah urung, dan saat ini ia dalam perjalanan ke tempat Nino. Mungkin minum beberapa gelas alkohol dapat meringankan kerja otaknya. Yang mendadak jadi lambat sejak kabar pernikahan Sandra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status