*Warning 21+ Harap membaca dengan bijaksana* Menikah dengan Jacob yang lebih jahat dari Iblis membuat Natalie lelah. Untungnya, pernikahan keduanya hanya sebatas kontrak. Akan tetapi, kenapa Jacob malah mau buat ini jadi kontrak seumur hidup? “Kontrak boleh berakhir, tapi tidak dengan pernikahan ini." Napas Jacob yang memburu terasa hangat di tengkuk wanita itu. “Selamanya, kamu milikku!"
View MoreMelihat kedatangan Victoria, Ed segera memberi tanda agar Isabel pergi meninggalkan ruangannya dengan sembunyi- sembunyi. Seperti yang dia katakan tadi. Sebaiknya tidak ada yang mengetahui tentang hubungan mereka. Isabel segera menyelinap pergi dan keluar dari ruangan kamar Ed. Sebenarnya Isabel masih mau bercanda dan bermanja- manja dengan Ed. Tadi baru saja mereka saling terbuka, dan mengatakan isi hati mereka yang selama ini mereka tutup- tutupi, tapi sayangnya ibu tiri dari Jacob Owen bisa tiba- tiba muncul di rumah sakit ini. Sungguh aneh, apakah Ed segitu pentingnya sampai ketika dia sakit, wanita itu perlu muncul menjenguk? Tapi seiring langkah kaki Isabel menjauh dari kamar Ed, wanita itu semakin sibuk memperhatikan sekitarnya. Rumah sakit itu memang bukan rumah sakit biasa, rumah sakit untuk keluarga- keluarga kaya. Karena Ed memang asisten Jacob, pria itu dengan mudahnya bisa dirawat di rumah sakit itu. Isabel terus berjalan sambil mengagumi koridor rumah sakit yang di
Ciuman itu begitu manis dan istimewa seakan mengkonfirmasi semua perasaan yang memang sudah terkumpul sudah lama. Pria itu memangkunya dan memeluk Isabel dengan mesra. Jemari Isabel naik dan meraba pipi Ed yang bulat. Pria itu melepaskan ciumannya dan menatap gadis itu dengan penuh perasaan.“Kamu yakin dengan ini Is?” desahnya dengan suara serak. “Aku tidak pernah seyakin ini, Ed,” ucap Isabel sambil mengecup lembut bibir tebal pria itu lagi. “Aku sudah tua, jelek dan gendut,” erang pria itu pelan karena merasa tak pantas bersama gadis muda secantik Isabel.“Ed, kamu juga galak, menyebalkan dan tukang atur,” jawab Isabel yang membuat Ed menaikkan alisnya. Wanita itu kembali mengecup Ed dan memeluk pria itu dengan manja.“Tapi aku menyukainya. Kamu perhatian. Kamu juga mengerti aku, selama ini aku dimanja oleh kamu dari jauh. Aku pikir kamu melakukannya pada semua orang, tapi … ternyata aku beruntung,” ujar Isabel sambil berhati- hati menyentuh plester Ed.” Bola mata coklat hangat m
Setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya Ed boleh masuk ke kamar perawatan. Isabel dengan santainya menandatangani semua surat pembayaran yang disodorkan kepadanya, yang penting Ed menerima semua perawatannya. Wanita itu tersenyum lega saat melihat Ed akhirnya tertidur dengan tenangnya di kamar rumah sakit yang lebih nyaman. Berada di ruang UGD semacam berada di rumah teror. Sesekali ada bunyi- bunyi mesin mengerikan dan juga tangisan yang menyayat hati. Hati Isabel tak bisa tenang selama tuan Ed-nya tetap ada di ruang UGD itu. Kini pria itu tertidur dengan pulas sambil tetap memegang tangan Isabel. Pria itu menolak tidur jika Isabel menarik tangannya. Siapa sangka kalau Ed ternyata bisa manja juga. Dengan hati berbunga- bunga, Isabel tetap membiarkan pria itu memegang tangannya. Merasakan kehangatan tangan Ed juga membuat Isabel lebih tenang. Pria itu akan baik- baik saja sekarang. Namun saat Isabel mulai tenang, sepertinya tubuhnya juga menyadari hal itu, karena tiba- tiba perutn
Dokumen penting itu di tangannya tapi perhatian Isabel hanya tertuju pada Ed yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Karena panik dokumen itu hanya Isabel lipat dan masukkan begitu saja dalam tasnya. Wanita itu sibuk dengan kepanikannya sendiri dan segera memanggil dokter. Dengan jantung berdebar bak kereta cepat, Isabel memperhatikan dokter melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkan Ed. Jika tadi Isabel tidak melihat secara langsung bagaimana mengerikannya menunggu akan mati hidupnya seseorang, kini wanita muda itu melihatnya sendiri.Sepanjang waktu Isabel merasa tidak berdaya. Wanita itu hanya bisa memanjatkan doa dan berharap Yang Di atas mau mendengarkan doanya. Isabel tak pernah setakut itu di dalam hidupnya.Pada akhirnya satu demi satu dokter dan suster yang mengerubungi Ed meninggalkan tempat tidur sehingga Isabel dapat melihat Ed tersenyum kepadanya.Wanita itu segera kembali mendekat ke arah Ed dengan terisak.“Jangan pernah lakukan itu lagi!” ucap Isabel sambil mengusap air
Isabel mencoba mendekati pintu kamar nyonyanya dengan perlahan karena tadinya terdengar teriakan dan omelan nyonyanya, kini sama sekali hening.Jantungnya ke depan keras karena takut mendengar suara yang meresahkan seperti tadi pagi. Tapi, kali ini hening. Sebenarnya hening lebih mengerikan daripada teriakan atau bahkan lenguhan seperti tadi pagi tetap lebih baik daripada harus berdebar takut karena tak ada suara sama sekali di dalam. “Apa yang terjadi?” tanya Isabel sambil menempelkan telinganya ke pintu kamar Naftalie. Tapi tetap saja tak ada suara apa- apa.“Duh … bagaimana ini, aku harus memeriksa Ed. Bagaimana kalau dia parah? Pasti parah, kalau nggak parah nggak mungkin dia di IGD!” erang Isabel pada diri sendiri.Wanita itu kembali menempelkan telinganya dan akhirnya dia mendengar sesuatu. Untungnya bukan lenguhan tapi malah berupa dengkuran.“Mereka tidur?” tanya Isabel sambil mengepalkan jarinya. Wanita itu mendesah lalu melihat ke sekelilingnya sampai akhirnya melihat sesu
“Pergi kamu Jacob!” pekik Naftalie saat menyadari pria itu mengikutinya masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang baru saja tadi pagi mereka menghabiskan waktu dengan panas di atas tempat tidur. Kini, Jacob bahkan telah menanamkan kenangan akan dirinya di rumah ini, padahal Naftalie baru saja berpikir dia akan bisa lebih mudah melupakan pria itu jika jauh- jauh dari semua yang membuat Naftalie kembali mengingat Jacob. Tapi pria itu kembali dengan penuh amarah, memaksanya untuk kembali menyatu di dalam semua cemooh dan makiannya. Jacob mencekik, menampar dan memukul Naftalie dengan seenaknya, dan sekarang seenaknya datang mengatakan kalau mereka belum bercerai? “Nat, kita harus ngomong!” geram pria itu lalu menarik tangan Naftalie dengan paksa.“Apa? Apalagi yang harus diomongin!” pekik Naftalie dengan penuh amarah. “Semua yang kamu mau udah aku turutin, Jake!” omel wanita itu sambil memukul dada Jacob. Pria itu menerimanya tanpa mengelak kali ini.“Aku sudah melakukan semuanya untuk kam
Jantung Jacob berdebar kencang saat menyuruh supir untuk membawanya kembali ke rumah kecil tempat istrinya berada. Pria itu bahkan hampir memecat supir karena berhenti di lampu merah. Jacob harus segera sampai ke Naftalie secepatnya. Dia harus bertanya, dia harus tau, semua ini tidak mungkin, mungkinkah?Pria itu hampir melayang saat berlari di halaman rumah kecil itu, dia tak mengetuk pintu dia segera membuka pintu dan memaki saat harus memasukkan kode. Tanggal ulang tahun pernikahan mereka, konyol kan? Pintu itu terbuka dan Jacob masuk dengan napas terengah- engah. Pandangannya segera memutar mencari bayangan rambut merah yang sudah sangat dia hafal. Namun kali ini indra penglihatannya dikalahkan oleh indra pendengarannya. Terdengar suara denting yang amat Jacob rindukan. Pria itu segera berlari mendekati asal suara itu. Dia tak ingat memerintahkan Ed untuk memberikan piano untuk Naftalie, namun sepertinya asistennya itu sudah tahu dan memberikan piano baru di rumah kecil ini. Jac
Cecilia menatap Jacob yang terlihat begitu berbeda dari biasanya. Cecil biasa melihat pria itu ketika menjemput Naftalie selesai latihan. Dari tatapan dan senyumannya, Cecilia dapat melihat dan juga merasakan betapa cintanya pria itu terhadap istrinya. Kali ini tatapan pria itu kosong, dan Cecilia tak mengerti kenapa. Namun saat foto itu muncul Cecil mengerti. Ini hanya salah paham konyol saja.“Selingkuh? Sama siapa? Aku nggak ada hubungan sama siapa- siapa, sumpah Cecil!” pekik William sambil menatap Cecil yang sedang menyeruput kopinya.Cecil terkekeh. “Aku nggak bilang kamu selingkuh, gimana bisa aku menempel dan mengawasimu sepanjang hari.” Jacob mengerutkan keningnya dengan heran dan menatap wajah William yang panik menatap Cecil. Pria itu duduk lagi dan memperhatikan foto yang sudah remuk. Wanita yang bernama Cecil itu pun juga ada di foto. Baru kali ini foto itu Jacob perhatikan dengan seksama. Selama ini pandangannya hanya tertuju istrinya yang memeluk William dengan ter
Pagi itu kepala Jacob terasa seperti makhluk asing yang menempel di badannya. Dia separuh melayang, ada bagian di kepalanya terasa berdenyut yang semakin lama membuatnya merasa mual. Jacob benci wanita itu, tapi di suatu saat dia sangat merindukannya. Terbangun di samping wanita itu tadi suatu dilema. Otaknya segera menyuruhnya pergi tapi dirinya, seluruh hati Jacob ingin memeluk dan melupakan semua yang terjadi. Tapi, bagaimana kata dunia? Kalau seorang Jacob Owen, menerima perselingkuhan istrinya dan menerima anak haram itu … menjadi anaknya sendiri? Konyol sekali. Habis semua harga dirinya. Dampak pada perusahaan yang dipegang Jacob pasti juga akan hancur kredibilitasnya. Tidak, Jacob tak bisa menghancurkan perusahaan yang dibangun puluhan tahun ini, dari generasi ke generasi hanya untuk bersama Naftalie? Jacob tak bisa seegois itu. Jacob tak boleh mengambil resiko ribuan karyawannya mengalami resesi. Jacob bertanggungjawab atas berapa keluarga, dan memikirkan itu semua membuat p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.