Sepanjang jalan tak ada yang berbicara. Axzel sepertinya sedang dalam kondisi marah. Qeera tak peduli Axzel marah kepadanya. Baginya sejak pagi itu saat Qeera menemukan Bella di kamar mereka, Axzel bukan siapa-siapanya lagi."Turunkan aku di halte bis, terima kasih."Axzel menatapnya tajam, hatinya bergemuruh marah dan juga kecewa atas permintaan Qeera. Namun, ia sadar jika sikap Qeera seperti ini akibat perlakuannya kepada istrinya selama ini."Kamu mau kemana?" Qeera tak menjawab dan hanya mengamati jalanan yang mereka lalui. "Qeera?!"Dengan terpaksa Qeera menyebutkan alamat tujuannya. Keduanya sama-sama diam selama di perjalanan. Axzel kecewa dengan sikap Qeera yang begitu dingin kepadanya, padahal Axzel mencoba mengubah sikap dan perlakuannya demi gadis itu. Apa sudah tak ada harapan hubungan mereka membaik."Qeera, maafkan sikap dan perkataan nenek tadi." Qeera tetap diam. "Bukan Kakak yang mengizinkan Bella datang ke rumah tetapi kakek nenekku. Bisakah kamu mengerti aku tak bi
"Jangan membantah, Qeera."Dengan geraman kesal Qeera mengikuti langkah Axzel, apalagi suaminya itu sudah menarik tangannya, meski dengan lembut. "Itu---"Axzel tak peduli dengan protes Qeera. Sesungguhnya Qeera tak nyaman saat telah memutuskan menjauh dari suaminya. Apalagi sikap Axzel saat ini sangat berbeda dengan sikap pria itu selama ini.Mereka berkendera dalam diam, baik Axzel maupun Qeera tak ada yang bicara. Qeera memilih abai dan menatap kendaraan yang sama-sama melewati jalanan padat ibu kota. "Kakak tak suka kamu terlalu dekat pria itu."Qeera mendengus dan memutar matanya kesal. Apa Axzel ingin Qeera menjadi gila setelah kehilangan anaknya? Apa karena itu Axzel tiba-tiba berubah?"Abaikan saja, seperti aku mengabaikan kedekatan-MU dengan Bella."Axzel kalah. Jika Qeera mengungkit hubungannya dengan Bella, serta pengabaian keberatan-keberatan istrinya atas kedekatan mereka, Axzel tak berkutik."Jadi kamu sudah yakin dengan membuat brand sendiri?" tanya Axzel mencari aman
"Maaf untuk semuanya." Qeera diam tak menjawab ataupun membalas pelukan Axzel. Lama mereka dalam posisi tersebut sampai pintu ada yang mengetuk membuat Axzel mengurai pelukannya."Tuan, maaf, kita ada jadwal meeting setengah jam lagi.""Hm." Axzel tak langsung pergi. Pria itu masih diam dan tetap mengamati wajahnya. "Kamu masih di sini? Pulang meeting Kakak jemput kamu."Tanpa bisa di tahan kepala Qeera mengangguk dan hal itu membuat Axzel tersenyum dan menepuk kepala Qeera pelan."Kakak pergi dulu, jam tujuh Kakak datang."***Brak!Bella melempar gelas penuh dengan anggur merah yang langsung menodai karpet. Bella marah mendengar laporan dari orang kepercayaannya, jika Axzel menemani istrinya belanja di sebuah pusat pembelanjaan bahan kain, bahkan dengan sengaja makan bersama di tempat umum.Bahkan beberapa hari lalu Axzel dengan sengaja datang ke acara pameran desainer muda dan pendatang baru untuk memamerkan karya mereka. Berita kedatangan Axzel mendukung acara tersebut demi mend
Ting.Suara notifikasi mengejutkan Qeera. Tangannya sontak bergetar setiap kali membuka notifikasi karena selalu mendapat kiriman gambar dan pesan yang hampir mirip.Video atau foto suaminya Axzel bersama sekertarisnya. Meski bukan foto atau video bermesraan, tetapi setiap foto membuat Qeera selalu bertanya-tanya. Benarkan mereka sepupu? "Kamu terlalu cemburu pada Bella, dia sepupuku. Jika saya memiliki hubungan kekasih dengannya, bukan kamu yang saya nikahi, tetapi Bella!"Begitu jawaban Axzel setiap kali Qeera menyatakan protes dan memintanya mencari asisten atau sekertaris pria. Senyum puas Bella yang muncul setiap kali Axzel membelanya dari protes Qeera membuatnya kian terpuruk. Apalagi sekarang Qeera tengah mengandung.Di kamar, Qeera mengamati Axzel yang tengah bersiap keluar kota selama tiga hari. Begitu yang dia katakan. Tak lama ART datang mengabarkan jika sekertarisnya sudah sampai. Qeera mendongak terkejut."Kamu pergi ke luar kota sama wanita itu?"Brak!Axzel membantin
Setelah dua hari selama di Semarang, Axzel sama sekali tak memberi kabar. Qeera kembali mendapat kiriman foto dan video berisi kebersamaan sang suami dan Bella yang pergi ke klub malam.Qeera membanting ponselnya untuk kesekian kali. Bahkan, Axzel tak pernah mengangkat telponnya saat dihubungi, seolah dia sengaja menghindarinya. Apa karena pertengkaran mereka sebelum berangkat? "Kalian tega!" Qeera mencoba mencari kesibukan supaya pikirannya tak selalu tertuju pada Axzel dan Bella, apalagi wanita itu terus memberikan video saat mereka tengah dinner berdua, lalu pergi ke klub malam di sana. “Kamu tak akan menang, Jalang!” maki Qeera marah.Dari setiap Bella sengaja mengirim kebersamaan mereka, terlihat wanita itu sengaja memprovokasi. Entah tujuannya apa, yang pasti untuk memisahkan Axzel darinya.Rasanya lelah menjadi istri Axzel apalagi jika sang suami selalu membela sepupunya. Axzel tak tahu jika Bella terus mengirim gambar yang membuat Qeera semakin mencurigai hubungan mereka. A
Dalam kondisi lelah baru pulang dari Semarang, Axzel langsung pergi ke panti asuhan.Seorang pria yang sedang menggendong gadis kecil mendatanginya. "Suatu kehormatan gubuk kami yang sederhana ini mendapat kunjungan dari Tuan Axzel Candra Mahardika," ucapnya sambil menurunkan gadis kecil yang terkekeh lucu.“Pergi, main dengan teman-temanmu,” usir pria itu kepada anak-anak yang mengikutinya.Pria itu mendekati Axzel yang melangkah menuju teras. Axzel langsung mengeluarkan rokok dan mulai menyulutnya. Hanya tempat ini yang tiba-tiba teringat saat dirinya bingung menghadapi Qeera. Pria itu ikut mengambil rokok dan mengamati Axzel yang menghisap rokoknya kuat-kuat sebelum mengembuskannya dengan sama kerasnya untuk menghilangkan kemarahannya."Ada angin apa sehingga seorang Axzel tiba-tiba mampir ke gubuk jelek ini?"Axzel tak menggubris ucapan lelaki itu, dia hanya terus mengembuskan asap rokok. Matanya melihat beberapa anak panti yang mengintipnya dari balik pintu dan jendela. Ia meli
"Dari mana, Kak?" tanya Qeera. "Bukan urusanmu!" Axzel melangkah menuju ruangannya. Qeera yang kembali mendapat perlakuan seperti ini hanya bisa diam. Matanya berkaca-kaca menahan air mata supaya tak turun. Hatinya sakit kembali tak dipedulikan sang suami. Axzel baru pulang, menemuinya hanya untuk mengejek, lalu kembali pergi berjam-jam. Saat Qeera bertanya ke mana perginya, kembali jawaban menyakitkan yang Axzel katakan. Mau sampai kapan perlakuan Axzel seperti ini. Tak bisakah dia menganggap Qeera istri yang pantas dihargai, disayang, dan dimanja. Apalagi saat tengah hamil sekarang ini. Jika melihat di media sosial, banyak wanita hamil yang begitu di manja suaminya, tetapi lain halnya dengan Qeera. Jangankan dimanja dan di perhatikan, ia saja tak yakin suaminya menyayanginya. Sejak menikah sikap Axzel selalu dingin. Menyakitkan rasanya ketika suami lebih nyaman bersama wanita lain daripada istri sendiri. Meski mengaku sebagai sepupu. Qeera keluar dari ruang olah raga. Semenjak
"Aduh!" Tangan Qeera memegang perutnya yang tiba-tiba terasa nyeri. Ia terus merintih, Axzel yang berada tak jauh dari tempat Qeera hanya menoleh tanpa menghiraukannya. Dia terlalu disibukkan dengan pekerjaannya “Kenapa?” tanyanya dengan mata masih terfokus ke laptop yang ada di hadapannya. “Tidak tahu, tapi perutku sakit sekali.” Qeera mengusap perutnya mencoba meredakan rasa sakitnya. Namun, rasa perih di perutnya tak kunjung hilang. Sejak Axzel tak jadi menemaninya, Qeera tak lagi mau meminta apapun pada Axzel. Hatinya masih sakit karena perbuatan suaminya yang selalu memilih sepupunya. Tapi, kali ini ada yang berbeda. Insting Qeera terasa tidak enak, dia takut akan terjadi sesuatu dengan janin yang ada di kandungannya itu.“Kak, bisakah hari ini kakak mengantarkanku ke dokter kandungan? Rasa sakit di perutku tak kunjung hilang. Aku khawatir.” Mohonnya dengan bibir meringis menahan rasa nyeri. "Jangan manja, hari saya ada meeting penting. Jangan berusaha menarik perhatian saya