Share

Jodoh

Untuk kedua kalinya kakek Janned menampar pipi Joan sang cucu, setelah bibi Miu membawa seorang gadis yang berada di atas kasur yang sama dengan Joan.

Dimana gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Ara, pingsan. Dan dengan segera kakek Janned menyuruh Zack memanggil dokter keluarganya untuk memeriksa gadis tersebut.

Setelah mendapat tamparan keras dari sang kakek, membuat Joan yang sekarang sudah mengenakan celana boxer, mengingat apa yang terjadi semalam.

Dan dirinya sangat yakin, melakukan hubungan badan dengan Violet kekasihnya, tepatnya sih, mantan kekasihnya.

"Sejak kapan kakek mengajari kamu berbuat seperti binatang hah?!" kakek Janned benar-benar emosi mendapati sang cucu berada di dalam kamar dengan seorang gadis tanpa menggunakan pakaian.

"Kek, aku melakukan dengan Vio. Hal yang wajar melakukan tersebut dengan seorang kekasih."

Kakek Janned benar-benar tidak bisa menerima apa yang sang cucu katakan, karena baginya hubungan intim hanya di lakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Dan agama manapun, juga melarang hubungan intim di luar nikah.

Kakek Janned tidak lagi menampar pipi Joan, yang ada sekarang ia memukul dengan kencang perut sang cucu.

Membuat Joan meringis kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Ya, ampun Kek. Sakit,"

Tentu saja Kakek Janned tidak menghiraukan rintih kesakitan dari Joan. Yang ada menatapnya dengan tatapan tajam.

"Vio kamu bilang. Apa mata kamu buta, iya?!"

Joan tidak menjawab pertanyaan dari sang kakek, karena memang ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, memang bukan Vio yang berada di atas kasur, tapi seorang gadis yang sama sekali tidak dirinya kenal.

Kemudian Joan mengingat sedikit kejadian semalam saat mabuk berat, dimana ia turun dari dalam mobil, lalu menarik tangan Vio masuk ke dalam, dan dirinya melakukan sedikit kekerasan saat Vio menolak melakukan hubungan badan, hingga akhirnya dirinya merasa puas berhasil meniduri sang kekasih.

Tautan kening menghiasi wajah Joan, kala ia menatap sosok gadis lain setelah dirinya puas melampiaskan nafsunya, sebelum akhirnya ia tertidur lelap.

Joan yang masih berada di dalam kamar tamu, menatap sprei yang terdapat banyak bercak darah, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar tersebut meninggalkan sang kakek.

"Joan!" teriak kakek Janned ingin menghentikan langkah sang cucu.

Namun, tidak dihiraukan oleh Joan, dan setelah berada di luar kamar, dirinya langsung memanggil Zack. "Zack!" panggilnya dengan berteriak.

Tak berselang lama, pemilik nama segera menghampiri Joan. "Iya, Tuan. Ada yang bisa aku bantu."

"Ikut denganku!" Joan kembali melangkahkan kakinya menuju ruang pemantau cctv.

Untuk memastikan kejadian semalam.

Zack memutar kembali rekaman cctv yang mengarah ke halaman rumah dan juga pagar, mengikuti perintah dari Joan.

Setelah menemukan jawaban dari rekaman cctv, jika bukan Violet mantan kekasihnya yang ia paksa masuk, melainkan gadis yang tidak sama sekali Joan kenal.

Dan itu artinya, semalam Joan tidak meniduri Violet melainkan gadis lain.

Membuatnya sekarang menendang meja yang terdapat beberapa layar monitor pemantau cctv.

"Sial!" ucapnya lalu mengacak rambutnya dengan kasar.

"Aku sudah mengatakan pada Tuan, jangan minum minuman beralkohol dengan kadar yang lumayan tinggi apalagi sampai mabuk . Karena itu bisa membuat orang tidak waras, seperti Tuan." Zack menyindir Joan.

"Diam! Aku tidak butuh ceramah dirimu, bodoh!" seru Joan, lalu menendang kursi yang diduduki Zack, sebelum akhirnya meninggalkan ruangan tersebut, sambil mengumpat.

Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi semalam.

Bibi Miu meninggalkan gadis yang belum sadar, meskipun sudah mendapat penanganan dari dokter keluarga tempatnya selama ini bekerja.

Dan mendekati kakek Janned yang sedang duduk di ruang tengah, sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan pada gadis yang sudah di tiduri oleh Joan.

Apakah sang cucu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah dilakukannya pada gadis itu, dengan menikahkan keduanya.

Sedangkan kakek Janned sudah menentukan siapa istri untuk cucunya itu.

"Tuan," ucap bibi Miu yang sudah mendekati majikannya tersebut.

Kakek Janned sejenak melupakan apa yang sedang dipikirkannya, lalu menatap pada bibi Miu. "Bagaimana, gadis itu sudah sadar?"

"Belum Tuan. Oh ya, Tuan. Sepertinya aku mengenali gadis itu,"

Kakek Janned memicingkan matanya mendengar apa yang bibi Miu katakan. "Benarkah?"

"Ya Tuan."

Kakek Janned yang sudah berada di dalam kamar gadis yang belum sadarkan diri.

Menatap sebuah foto yang berada di tangannya, bergantian menatap gadis yang masih belum sadarkan diri.

Apakah benar foto gadis kecil yang ada ditanganya dan gadis yang masih belum sadarkan diri adalah gadis yang sama?

Itu yang sedang kakek Janned amati, jika benar. Kakek Janned akan sangat bahagia, karena memang dirinya sedang mencari gadis kecil yang berada di foto tersebut.

"Tuan, aku yakin gadis ini adalah gadis yang Tuan cari selama ini, meskipun foto itu adalah foto jadul, tapi wajah keduanya hampir sama." ujar Bibi Miu.

Kakek Janned menoleh pada bibi Miu. "Jika benar, itu artinya Tuhan dan juga semesta merestui keinginanku Mi." kebahagian kini menghiasi wajah kakek Janned.

"Benar Tuan,"

Namun, setelahnya kakek Janned memasang wajah murung. "Bagaimana jika dia bukan gadis yang aku cari Mi?"

"Untuk memastikan, kita tunggu saja dia sadar. Apakah dia mengenali foto Hardi atau tidak."

Kakek Janned menganggukkan kepalanya. Dan ia mengingat Hardi, supir pribadi yang sudah mengorbankan nyawa untuknya. Saat salah satu pesaing perusahaannya ingin melesatkan tembakan, dan tembakan itu di hadang oleh Hardi yang membuatnya tewas di tempat.

Dan dari kejadian lebih dari sepuluh tahun silam, kakek Janned yang mendapati Hardi memiliki anak gadis yang di bawa pergi oleh istrinya.

Bertekad untuk mencari anak gadis Hardi, dan menjodohkan dengan Joan sang cucu.

Tak berselang lama Ara membuka ke dua bola matanya, dan kali ini ia tidak lagi merasa lemas seperti sebelumnya, mungkin efek beberapa vitamin yang sudah disuntikkan dokter ke tubuhnya.

Namun, ia masih merasa perih di area sinsitifnya.

"Istirahat saja, jangan banyak bergerak," kata bibi Miu.

"Aku haus,"

Bibi Miu membantu Ara beranjak dari tidurnya, kemudian mengambil gelas berisi air mineral yang berada di atas meja nakas. "Minumlah."

Ara segera menghabiskan seluruh isi air mineral yang barada di dalam gelas.

"Kamu ingin makan?" Bibi Miu menawari Ara untuk makan.

Ara menggelengkan kepalanya. "Tolong, aku ingin pergi dari sini."

Kakek Janned yang sedari tadi duduk di sofa yang terdapat di kamar tersebut, segera berjalan mendekati Ara.

"Nama kamu siapa?" tanya Kakek Janned.

Namun, tidak di jawab oleh Ara. Dirinya masih trauma dengan kejadian semalam, jika melihat seorang pria.

"Kamu tidak perlu takut," bibi Miu mengelus lengan Ara ketika melihat gadis tersebut ketakutan ketika melihat kakek Janned. "Tuan sangat baik, apa kita boleh tahu, kamu namanya siapa?"

"Dinara," ucap Ara.

"Nama yang sangat bagus," kakek Janned memuji nama Ara. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu,"

Kakek Janned sudah tidak sabar menanyakan pada gadis tersebut, apakah dia gadis yang sedang dicarinya atau bukan.

"Kamu mengenal foto ini?" kakek Janned menunjukkan foto Hardi.

Ara menautkan keningnya melihat foto pria yang sangat ia rindukan.

Membuatnya segera mengambil foto tersebut dari tangan kakek Janned. "Ayah? Dari mana anda mendapat foto ayah?" tanya Ara pada kakek Janned.

Namun, bukannya menjawab pertanyaan dari Ara, yang ada kakek Janned tersenyum penuh dengan kebahagiaan, karena jodoh untuk sang cucu yang selama ini dicarinya, kini datang sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status